Oleh: Sudirman M, Aktivis Dakwah Kampus Makassar
âTELAH tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), âBepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).â (Q.S. Ar Rum (30) : 41-42)
Banyak ahli tafsir menjelaskan bahwa âperbuatan tangan manusiaâ (bimaa kasabat ai-dinnas) pada ayat di atas adalah kemaksiatan (dosa) manusia. Imam Abul âAliyah ar-Riyah, seorang tabiâin, pernah berkata: âBarang siapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi berarti dia telah berbuat kerusakan di dalamnya, karena bumi dan langit baik hanya dengan ketaatan kepada Allahâ. Lihat tafsir Ibnu Katsir (7/183), tahqiq oleh Dr Abdullah Alu Syaikh.
Syrikh Abdurrahman as Saâdi berkata dalam kitab Taisirul Karimir Rahman: âBahwa segala musibah yang menimpa manusia, baik yang terjadi pada dirinya, harta, anak-anak, dan keluarga mereka tidak lain disebabkan oleh maksiat yang pernah mereka lakukanâ (Dikutip dari As Sunnah, edisi 01 Th.XIV, 1431 H).
Kerusakan-kerusakan moral generasi muda barat mempengaruhi moral umat islam moral dalam islam disebut akhlak, perilaku sopan dan berbudi pekerti merupakan ciri utama penilaian kepribadian seseorang dalam kehidupannya. dalam ilmu-ilmu filsafat yunani telah dikaji bahwa etika itu adalah baik buruknya perbuatan.
Yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah landasan suatu perbuatan itu dikatakan baik ataupun buruk semua itu dapat kita lihat dengan sumber pengambilan atau hukum yang mengikat suatu keadaan atau wilayah yang telah menjadi suatu kesepakatan bersama seperti adat dan budaya masyarakat yang diberlakukan.
Bicara budaya memang cukup beragam setiap negeri, bangsa, suku, ras, dan kelompok bahkan individu memiliki landasan hidup tertentu apakah ia harus terikat ataupun tidak pada peraturan itu. sehingga keaneka ragaman persepsi dapat kita lihat dengan jelas, hampir didiunia ini perbedaan dalam menilai sesuatu pasti ada selalu perbedaan!
Mengapa keadaan ini bisa saja terjadi? Dalam perspektif islam sudah mengatakan bahwa hak menetapkan hukum hanyalah Allah untuk mendapatkan sumbernya dengan merujuk Al-Qurâan dan sunnah Rasulnya. Jadi suatu kewajaran bahwa islam dimanapun pengembannya berada nilai-nilai peraturan yang terpancar dari pengembannya itu bersumber dari al-Qurâan dan sunnah tidak ada perbedaan sama sekali, jika kita menemui diantaranya ada orang islam melakukan perbuatan terlarang pasti itu adalah penyelewengan akan hukum-aturan Allah swt. Jika sebaliknya, kemuliaan diperoleh itu karena tingginya aturan dan nilai yang terpancar dari aturan hukum Allah tersebut.
Bangsa di dunia yang memiliki perbedaan konsepsi akan kehidupan melandasi hidupnya dengan segenap aturan apakah aturan itu dari buatan manusia ataukah bersumber dari ajaran ilahi. Dalam hal ini barat melandasi perbuatannya berdasarkan hukum buatan manusia ini jelas kita lihat dengan keadaan mereka yang rusak dan seronok, mereka mengandalkan aturan publik yang bersifat mengikat saja seperti dalam aturan berlalu lintas, kebersihan, budaya antri yang menjadi alasan cukup bahwa mereka tertib dan taat hukum. Sungguh ini adalah pandangan keliru.
Barat yang melegalkan pornoaksi, kebebasan bertingkah laku, seperti pergaulan bebas, pernikahan sesama jenis dan masih banyak lagi lainnya, menjadikan potret gagalnya manusia mempertahankan aturan berdasarkan kehendak manusia itu sendiri.
BERSAMBUNG
Redaktur: Fatmah HasanSumber: http://www.islampos.com/kerusakan-bumi-dan-manusia-akibat-salah-ideologi-1-151541/