Inilah Tanda-tanda Gelapnya Hati pada Diri Manusia 
KEIMANAN tidak akan terlihat secara dhahiriah, namun akan terasa dan terdeteksi akan prilakunya. Iman yang kuat akan terlihat dengan ibadah seseorang kepada Allah lancar dan baik dan hatipun akan berada dalam ketenangan dan kesehatan hati, lain halnya dengan hati yang sakit, kepribadian akan terlihat buruk karena hati sedang tertutup oleh kemaksiatan, disitulah iman mulai terlihat sakit.
Turunnya iman atau hati yang sakit disebabkan oleh beberapa faktor sehingga prilaku yang ditampakkan pun akan tidak sesuai dengan prilaku ketika iman berada di atas. Iman yang turun berarti ia sedang berada melakukan kemaksiatan, baik maksiat hal kecil maupun kemaksiatan yang dianggap besar.
Di antara tanda-tanda hati yang sakit ialah:
1. Sulit meraih sesuatu yang diciptakan baginya
Misalnya, mengetahui Allah, mencintai-Nya, rindu ingin berjumpa dengan-Nya, berserah diri kepada-Nya, dan mengutamakan-Nya atas segala keinginan. Namun hati yang sakit, ia lebih mengutamakan syahwatnya daripada taat dan cinta kepada Allah sebagaimana firman Allah taâalaa,
Ø£ÙØ±ÙØ£ÙÙÙ'ت٠Ù
ÙÙ٠اتÙ'ÙØ®Ùذ٠إÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ§Ù٠أÙÙÙØ£ÙÙÙ'ت٠تÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙ'ÙÙ ÙÙÙÙÙÙØ§
âTerangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilahnya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?â (Al-Furqon: 43).
Sebagian ulama salaf mengatakan, âItulah hati yang apabila menginginkan sesuatu, ia menurutinya. Lalu, ia mengarungi hidup di dunia ini seperti seekor binatang yang tidak mengetahui Rabb-nya dan tidak menyembah-Nya dengan menaati perintah dan larangan-Nya. Sebagaimana terjemahan firman Allah taâalaa. âSesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal shalih ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.ââ (Muhammad: 12).
Besarnya pahala sesuai jenis amalnya. Ia tidak menjalani hidup seperti yang dicintai dan diridhai Allah. Akan tetapi, ia justru menjalani hidup untuk bermaksiat kepada Allah dengan fasilitas nikmat-Nya.
Saat di akhirat pun, ia tidak akan merasakan ketenangan. Ia tidak mati dan tidak pula hidup. Allah taâalaa berfirman,
ÙÙØªÙØ¬ÙØ±Ù'ÙØ¹ÙÙÙ ÙÙÙØ§ ÙÙÙÙØ§Ø¯Ù ÙÙØ³ÙÙØºÙÙÙ ÙÙÙÙØ£Ù'تÙÙÙ٠اÙÙ'Ù
ÙÙÙ'ت٠Ù
ÙÙÙ' ÙÙÙÙÙ' Ù
ÙÙÙØ§ÙÙ ÙÙÙ
ÙØ§ ÙÙÙ٠بÙÙ
ÙÙÙÙ'ت٠ÙÙÙ
ÙÙÙ' ÙÙØ±ÙائÙÙÙ Ø¹ÙØ°Ùاب٠غÙÙÙÙØ¸
âDiminumnya air nanah itu dan hampir ia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi ia tidak juga mati, dan di hadapannya masih ada adzab yang berat.â (Ibrahim: 17).
2. Tidak merasa sakit karena luka-luka maksiat
Sebagaimana sebuah ungkapan, âOrang mati tidak bisa merasakan sakitâ. Hati yang sehat akan merasa sakit dan menderita karena maksiat. Sehingga, hal itu membersitkan keinginannya untuk bertaubat dan kembali kepada Allah.
Sebagaimana firman Allah taâalaa,
Ø¥ÙÙÙ'٠اÙÙ'ÙØ°ÙÙÙ٠اتÙ'ÙÙÙÙÙ'ا Ø¥ÙØ°Ùا Ù
ÙØ³Ù'ÙÙÙÙ
Ù' Ø·ÙØ§Ø¦ÙÙÙ Ù
ÙÙÙ Ø§ÙØ´Ù'ÙÙÙ'Ø·ÙØ§ÙÙ ØªÙØ°ÙÙÙ'ÙØ±ÙÙØ§ ÙÙØ¥ÙØ°ÙØ§ ÙÙÙ
Ù' Ù
ÙØ¨Ù'ØµÙØ±ÙÙÙ
âSesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.â (Al-Aâraf: 201).
Allah taâalaa juga berfirman ketika menyifati orang-orang yang bertakwa,
ÙÙØ§ÙÙ'ÙØ°ÙÙÙÙ Ø¥ÙØ°Ùا ÙÙØ¹ÙÙÙÙØ§ ÙÙØ§ØÙØ´ÙØ©Ù Ø£ÙÙÙ' ظÙÙÙÙ
ÙÙØ§ Ø£ÙÙÙ'ÙÙØ³ÙÙÙÙ
Ù' ذÙÙÙØ±ÙÙØ§ اÙÙÙ'ÙÙÙ ÙÙØ§Ø³Ù'ØªÙØºÙ'ÙÙØ±ÙÙØ§ ÙÙØ°ÙÙÙÙØ¨ÙÙÙÙ
Ù' ÙÙÙ
ÙÙÙ' ÙÙØºÙ'ÙÙØ±Ù Ø§ÙØ°Ù'ÙÙÙÙØ¨Ù Ø¥ÙÙØ§ اÙÙÙ'ÙÙÙ ÙÙÙÙÙ
Ù' ÙÙØµÙرÙ'ÙÙØ§ عÙÙÙÙ Ù
ÙØ§ ÙÙØ¹ÙÙÙÙØ§ ÙÙÙÙÙ
Ù' ÙÙØ¹Ù'ÙÙÙ
ÙÙÙÙ
âDan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa merekaâ¦â (Ali âImran: 135).
Maksudnya, mereka ingat akan keagungan Allah taâalaa, ancaman-Nya, dan siksa-Nya. Sehingga, hal itu membersitkan keinginan mereka untuk bertaubat. Orang yang hatinya sakit akan selalu mengiringi kejelekan dengan kejelekan pula.
Ketika al-Hasan menjelaskan firman Allah taâalaa,
ÙÙÙØ§ بÙÙÙ' Ø±ÙØ§Ù٠عÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙØ¨ÙÙÙÙ
Ù' Ù
ÙØ§ ÙÙØ§ÙÙÙØ§ ÙÙÙÙ'Ø³ÙØ¨ÙÙÙÙ
âSekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.â (Al-Muthaffifin: 14). Ia berkata, âHal itu adalah dosa di atas dosa. Sehingga, hati menjadi buta. Adapun hati yang hidup, ia selalu mengiringi keburukan dengan kebaikan dan mengiringi perbuatan dosa dengan taubat.â
3. Pemiliknya tak merasa sakit dengan kebodohonnya terhadap kebenaran
Hati yang sehat akan merasa sakit dengan perkara-perkara syubhat yang menjangkitinya. Ia juga merasa sakit dengan kebodohannya terhadap kebenaran dan akidah-akidah yang batil. Oleh sebab itu, kebodohan merupakan musibah terbesar bagi orang yang hatinya hidup.
Sebagian ulama menuturkan, âTidak ada dosa maksiat kepada Allah yang lebih jelek daripada kebodohan.â Dikatakan kepada Imam Sahl, âWahai abu Muhammad, apakah yang lebih jelek dari kebodohan?â Jawabnya, âBodoh terhadap kebodohan (maksudnya, orang bodoh yang tidak tahu kebodohannya).â
4. Pemiliknya beralih dari makanan-makanan bergizi kepada racun yang mematikan
Hal ini sebagaimana kebanyakan manusia yang berpaling dari mendengarkan al-Qurâan yang telah difirmankan Allah taâalaa,
ÙÙÙÙÙÙØ²ÙÙ'ÙÙ Ù
ÙÙ٠اÙÙ'ÙÙØ±Ù'Ø¢ÙÙ Ù
ÙØ§ ÙÙÙÙ Ø´ÙÙÙØ§Ø¡Ù ÙÙØ±ÙØÙ'Ù
ÙØ©Ù ÙÙÙÙ'Ù
ÙØ¤Ù'Ù
ÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙØ§ ÙÙØ²ÙÙØ¯Ù Ø§ÙØ¸Ù'ÙØ§ÙÙÙ
ÙÙÙ٠إÙÙØ§ Ø®ÙØ³ÙارÙâDan kami turunkan dari al-Qurâan suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qurâan itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian.â (Al-Israâ: 82).
Mereka mendengarkan nyanyian yang menumbuhkan kemunafikan dalam hati dan menggugah syahwat. Di dalamnya pula terkandung kekufuran kepada Allah taâalaa. Seorang hamba akan lebih mengutamakan maksiat karena kecintaannya pada hal-hal yang dimurkai Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, mengutamakan maksiat ialah buah dari penyakit hati dan hal itu kian memperparah penyakit dalam hatinya.
Selama hati sehat, ia akan cinta pada apa yang dicintai Allah dan apa yang dicintai Rasul-Nya. Allah taâalaa berfirman,
ÙÙØ§Ø¹Ù'ÙÙÙ
ÙÙØ§ Ø£ÙÙÙ'Ù ÙÙÙÙÙÙ
Ù' Ø±ÙØ³ÙÙÙ٠اÙÙÙ'ÙÙÙ ÙÙÙÙ' ÙÙØ·ÙÙØ¹ÙÙÙÙ
Ù' ÙÙÙ ÙÙØ«ÙÙØ±Ù Ù
ÙÙÙ Ø§ÙØ£Ù
Ù'ر٠ÙÙØ¹ÙÙÙØªÙ'ÙÙ
Ù' ÙÙÙÙÙÙÙÙ'٠اÙÙÙ'ÙÙÙ ØÙبÙ'ÙØ¨Ù Ø¥ÙÙÙÙÙ'ÙÙÙ
Ù Ø§ÙØ¥ÙÙ
ÙØ§ÙÙ ÙÙØ²ÙÙÙ'ÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙÙØ¨ÙÙÙÙ
Ù' ÙÙÙÙØ±Ù'ÙÙ٠إÙÙÙÙÙ'ÙÙÙ
٠اÙÙ'ÙÙÙÙ'ر٠ÙÙØ§ÙÙ'ÙÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙ'Ø¹ÙØµÙ'ÙÙØ§Ù٠أÙÙÙÙØ¦ÙÙÙ ÙÙÙ
Ù Ø§ÙØ±Ù'ÙØ§Ø´ÙدÙÙÙÙ
âDan ketahuilah olehmu, bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kemu mendapat kesusuah, tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatinya serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.â (Al-Hujurat: 7).
Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam bersabda,
âAkan merasakan manisnya keimanan, orang yang rela Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Nabi.â (HR. Muslim).
Beliau juga bersabda,
âTidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga aku lebih ia cintai daripada dirinya sendiri, anak, dan keluarganya serta manusia semuanya.â (HR. Al-Bukhari).
5. Pemiliknya menghuni dunia dengan perasaan ridha, tenang, dan tidak merasa asing, serta tidak mengharap akhirat dan tidak beramal untuknya.
Setiap kali hati pulih dari sakitnya, ia akan âpergiâ ke akhirat. Sementara pemilik hati yang sakit, penampilan lahirnya akan berbeda dengan batinnya. Ia melihat apa yang mereka lakukan, tapi mereka tidak melihat apa yang ia lakukan.
Pemilik hati yang sehat, akan merasa asing dengan kehidupan dunia yang penuh gemerlap. Kondisinya sebagaimana yang Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam wasiatkan dalam haditsnya, beliau bersabda,
âJadilah engkau di dunia laksana orang asing, atau orang yang menyeberangi jalan.â (HR. Al-Bukhari).
Maka dari itu, agar hati kita tetap berada dalam kesehatan jasmani maupun rohani. Caranya kita harus menghindari prilaku yang tidak disukai Allah yaitu berupa kemaksiatan. Dan tetap menjaga keimanan agar tetap konstan atau naik, sehingga amal dan perbuatan semata-mata jauh dari kenistaan dan kegelapan hati.
[Karya: Syaikh Ahmad Farid/Penerbit Ummul Qurra, Jakarta]
islampos mobile :

Yuk Share :
Redaktur: Mawa Fauziah