Perempuan Kunci Pembangunan Bangsa
Oleh: Emma Lucya Fitrianty, S.Si, Aktivis Dakwah Muslimah Tinggal di Kediri-Jawa Timur
MENURUT data statistik, jumlah penduduk perempuan di Indonesia saat ini sebanyak 50,3% dari total penduduk. Jumlah perempuan yang lebih banyak dari laki-laki ini dianggap sangat penting bagi perempuan sebagai aset sosial untuk ditingkatkan derajatnya.
Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak, Linda Amalia Sari Gumelar, menyatakan bahwa perempuan harus semakin empowered agar memiliki bargaining position yang dapat meningkatkan jejaring pergaulan dan kepercayaan diri serta kemandirian di bidang ekonomi (politik.kompasiana.com). Perempuan bernilai guna ekonomis yang dapat âmenghasilkanâ bagi dirinya, keluarga serta bangsa. Hal itu yang ingin diwujudkan agar berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Memperkerjakan perempuan adalah cara kapitalis menghilangkan peran perempuan. Ini adalah buah pikiran Barat yang telah diadopsi oleh negeri tercinta ini. Barat-kapitalis hanya menempatkan keuntungan materi di atas segalanya. Bahkan Barat tak segan-segan mengeksploitasi perempuan dalam hal finansial, tenaga, juga tubuhnya hanya utnuk mendapatkan materi semata.
Peran perempuan yang utama sebagai ibu dan istri bagi keluarganya terabaikan. Anak-anak ikut menderita, kurang kasih sayang dan jauh dari mendapatkan perhatian. Angka perceraian juga meningkat karena perempuan yang telah mandiri secara ekonomi seringkali memposisikan dirinya sebagai pemimpin dalam rumah tangga menggantikan peran laki-laki, berpenghasilan lebih tinggi dari suami, hingga akhirnya tidak taat lagi pada suami. Di sisi lain, perempuan yang tidak berpenghasilan dianggap sebagai benalu yang tidak berdaya.
Perempuan sebagai posdasi negara bukanlah dengan mengeluarkan dirinya dari fitrah perempuan. Islam selalu menjaga perempuan demi mengamankan tugas masa depan dan menjaga harmoni kehidupan yakni sebagai ibu generasi dan ratu rumah tangga. Perempuan sebagai pencetak generasi yang berkualitas. Meski terdapat juga kewajiban perempuan di sektor publik, diantaranya adalah menuntut ilmu, berdakwah, dan kewajiban lain yang tidak mungkin dilakukan di dalam rumah. Itulah makna hakiki peran perempuan.
Saatnya perempuan kembali kepada fitrahnya sebagai pencetak serta pembina generasi yang siap menegakkan sistem Islam. Kelak lahirlah generasi yang berkualitas, penjaga Islam yang terpercaya. []
islampos mobile :

Redaktur: Eva