Memahami Maulid Nabi secara Mendalam (3-Habis)
Oleh: Yan S. Prasetiadi, M.Ag, Akademisi Tinggal di Purwakarta Jawa Barat
Ketiga, Wafatnya Nabi SAW
HARIÂ Senin tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 11 H Nabi wafat. (Ibnu Katsir, As-Sirah An-Nabawiyah, IV/507; Al-Masâudi, Muruj adz-Dzahab, II/304). Wafatnya Baginda SAWÂ ini merupakan sinyal lahirnya negara Khilafah Islam Rasyidah. Karena, pada hari yang sama, sebelum jenazah SAWÂ dimakamkan, umat Islam telah membaiat Abu Bakar sebagai khalifah.
Tegasnya, Rasul SAWÂ meninggal pada waktu Dhuha hari Senin tersebut. Sementara Abu Bakar dibaiat (baiat inâiqad) sebagai khalifah hari Senin itu pula. Lalu, selasa pagi Abu Bakar ra dibaiat (baiat thaâat) oleh kaum muslimin di masjid. Nabi SAWÂ sendiri baru dimakamkan pada pertengahan malam pada malam Rabu. (Ajhizah Daulah al-Khilafah, hal.13).
Tiga kejadian besar ini menunjukan alur historis yang sangat penting dalam membangun rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.
Manifestasi Cinta Rasulullah SAWÂ yang Sejati
Cinta tanpa manifestasi dan pembuktian tentunya hanyalah kedustaan belaka, karenanya berikut akan dijelaskan, perwujudan cinta hakiki kepada Rasulullah saw, diantaranya:
Pertama, mentauhidkan Allah. Sebab, para rasul diutus, termasuk Rasulullah saw, adalah untuk menyeru manusia pada tauhid yang murni dan menentang syirik (QS. an-Nahl [16]: 36).
Kedua, mempelajari, memahami dan mengamalkan al-Quran yang Beliau bawa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi manusia (QS. an-Nahl [16]: 89). Berkenaan dengan ini, Ibnu Masâud berkata: âJanganlah seseorang meminta untuk dirinya kecuali al-Quran. Jika dia mencintai al-Quran berarti dia mencintai Allah dan Rasul-Nya.â (Al-Firyabi, Fadhaâil al-Qurâan, no. 6).
Ketiga, meneladani segala ucapan dan perbuatan Nabi saw. (Lihat: QS al-Ahzab [33]: 21).
Keempat, mencintai mereka yang dicintai Nabi saw, seperti keluarga dan Sahabatnya, serta seluruh kaum muslim yang berpegang teguh kepada ajarannya; serta membenci orang yang dibenci Beliau, seperti orang kafir yang memusuhi Islam dan kaum Muslim.
Kelima, membela Nabi saw, dari serangan kaum kafir dan munafik, sebagaimana akhir-akhir ini semakin nampak dilakukan mereka.
Keenam, menaati semua perintah Nabi saw, dan menjauhi larangan Beliau (QS al-Hasyr [59]: 7).
Ketujuh, mengemban risalah Beliau, yakni mendakwahkan syariah yang Beliau bawa. Allah saw berfirman: âHendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyerukan al-khair (Islam) serta melakukan amar maâruf nahi munkar.â (QS Ali Imran [3]: 103).
Kedelapan, karena pada bulan Rabiul Awwal terjadi tiga peristiwa besar, yaitu Maulid Nabi saw, Maulid Daulah Islamiyah, dan Maulid Khilafah Rasyidah. Maka, ketiganya wajib dipahami dan dijadikan sebagai sumber spirit di masa kini, demi berjuang menegakkan kembali sistem pemerintahan Islam, yakni Khilafah.
Sebab Khilafah inilah sunnah (metode) yang dirintis Nabi saw sebagai Daulah Islamiyah, lalu sunnah ini dilanjutkan para Khulafaur Rasyidin sebagai Khilafah Rasyidah. Inilah relevansi Sabda Nabi saw: âMaka hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, dan gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi-gigi gerahammu [peganglah dan amalkan dengan kuat].â (HR. At-Tirmidzi, no 2816).
Walhasil, menegakkan kembali Khilafah yang akan menegakkan kembali risalah yang dibawa Rasul, dan menyebarluaskannya ke seluruh dunia, jelas merupakan puncak manifestasi kecintaan kita terhadap Baginda Rasulullah saw, sekaligus menunjukan dalamnya pemahaman kita akan makna Maulid.
Sehingga, sungguh aneh jika ada yang mengaku mencintai Nabi SAW, tetapi enggan menegakkan syariah dan enggan pula memperjuangkan negara yang dulu pernah beliau SAW dirikan. Wallâhu aâlam.
islampos mobile :
Redaktur: Eva Sumber: https://www.islampos.com/memahami-maulid-nabi-secara-mendalam-3-habis-157777/