Oleh: Ammylia Rostikasari, S.S, Penulis Buku Cerita Anak Usia Dini
SIPILIS yang ini tak kalah membahayakannya dengan sifilis yang menyerang organ vital manusia. Berbeda dengan sifilis yang menyerang fisik manusia, âsipilisâ ini menyerang pemikirannya. Sipilis yang dimaksud merupakan akronim dari sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme. Beberapa paham berbahaya yang menjadi amunisi Imperialis Barat untuk melumpuhkan umat Islam.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekularisme, pluralisme, dan liberalisme diartikan sebagai berikut. Sekularisme adalah paham atau pandangan yang berpendirian bahwa moralitas tidak perlu didasarkan pada ajaran agama. Sementara itu, Pluralisme diartikan sebagai keadaan masyarakat yang majemuk bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya. Adapun liberalisme dimaknai sebagai aliran ketatanegaraan dan ekonomi yang menghendaki demokrasi dan kebebasan pribadi untuk berusaha dan berniaga.
Realisasi âSipilisâ di Negeri Ini
Banyak masyarakat di negeri ini yang tidak sadar bahwa saat ini Sipilis tengah mengitari mereka, padahal efeknya sudah sangat dirasakan. Misalnya saja liberasisasi yang menjangkit di semua lini. Adanya kenaikan harga BBM sebagai perwujudan doktrin pencabutan subsidi yang notabene menjadi keidentikan pandangan hidup neoliberal. Hal tersebut menjadikan liberalisasi minyak dan gas semakin kentara, bahkan sampai ke sektor hilir. Ini tak lain agar swasta asing dapat mulus melenggang dalam bisnis eceran migas, terutama BBM setelah mereka mencengkeram sektor hulunya.
Belum lagi pada Desember 2015 mendatang, program MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) akan totalitas diwujudkan. Ini semakin menyempurnakan liberalisasi di bidang perdagangan, pasar tenaga kerja, jasa, pertanian, finansial, pasar modal investasi serta pendidikan, budaya bahkan sikap dan cara berpikir.
Adapun semakin kentaranya sekularisme dan pluralisme yaitu rencana pengosongan kolom agama di KTP oleh Tjahjo Kumolo (Mendagri) yang membuka peluang untuk tak beragama. Selain itu juga, pernyataan Joko Wie mengenai perevisian UU perkawinan yang dianggap sah jika sesuai dengan ketentuan negara atau administasi. Ini akan membukakan gerbang untuk melegalkan pernikahan beda agama. Belum lagi pernyataan Machasin (Dirjen Bimas Kemenag) yang membolehkan karyawan Muslim mengenakan atribut natal sebagai penghargaan (Republika.co.id, 8/12).
Urgensi Kontrol Masyarakat
Sipilis pada esensinya merupakan penyakit berbahaya yang tengah menjangkiti masyarakat. Ini tak lain sebagai tameng Barat dalam melancarkan perang pemikiran (gazwul fikr) di tengah-tengah umat. Wabah âSipilisâ ini dapat menjerumuskan umat pada kesempitan hidup. Hal tersebut sesuai dengan apa yang difirmankan Allah dalam Q.S. Thaha,20:124, âSiapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (Al-Quran), maka bagi dia kehidupan yang sempit.â
Berbagai fakta yang menunjukkan kentalnya aksi, sekularisme, pluralisme, dan liberalisme membuat umat semakin terancam. Namun, hal tersebut tentu saja dapat dicegah dengan adanya reaksi keras dari umat. Yang demikian menjadi sebuah pertanda bahwa kontrol masyarakat merupakan aktivitas yang urgen. Oleh sebab itu, adanya kontrol dan koreksi umat terhadap penguasa mesti tetap dilakukan.
Dakwah terhadap penguasa merupakan sebuah kewajiban yang diajarkan Rasulullah kepada umatnya. Dakwah ini diarahkan agar penguasa yang ada bersedia menerapkan aturan yang sahih, yang tiada lain bersumber dari Al-Quran dan As-Sunah. Sumber hukum yang diciptakan oleh Allah SWT, Zat Yang Maha Sempurna. Hukum tersebut akan paripurna diterapkan dalam bingkai negara Islam seperti yang dicontohkan oleh Rasululah dan khulafaur rasyidin. Inshaallah umat selamat dari berbagai penyakit yang menjangkiti pemikiran mereka. Tiada kemuliaan, tanpa Islam. Tiada Islam, tanpa syariat-Nya. Tiada syariat, tanpa daulah khilafah islamiyah. Wallohu alam bishowab. []
Redaktur: Fatmah HasanSumber: http://www.islampos.com/sipilis-yang-membuat-umat-kian-miris-152403/