Kurikulum Coba-coba (1)

Kurikulum Coba-coba (1)

buku12

Oleh : Novelia R.A

AKHIR-akhir ini ramai dibicarakan bahwa di tengah pro kontra pemberhentian kurikulum 2013, muncul wacana dari Menteri Riset dan Teknologi M. Nasir untuk meniru Finlandia karena dinilai sebagai salah satu negara yang memiliki sistem pendidikan yang terbaik di dunia (www.cnnindonesia.com).

Apa sih kelebihan sistem pendidikan Finland?

Di Finland anak-anak mendapatkan pendidikan gratis selama 12 tahun. Wajib sekolah baru 7 tahun, jarang ada PR, jam belajar yang relatif singkat setiap harinya dan memiliki tenaga pengajar yang handal yang disubsidi oleh negara, dan lain-lain.

Dan hasilnya dengan pola pembelajaran yang demikian, anak-anak Finland menduduki rangking teratas secara akademik di dunia bersama Korea.

Namun tahukah Anda, bahwa Finland juga masuk dalam 10 besar negara yang tertinggi tingkat bunuh dirinya. Di Finland, rata-rata 2 orang bunuh diri setiap harinya. Dan sekitar 20.000 tejadi kasus bunuh diri setiap tahunnya.

Hingga kini sejak tahun 1992, pemerintah Findland menetapkan 16 November sebagai “Suicide Memorial Day”, yaitu sebuah hari peringatan khusus kasus-kasus bunuh diri. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya dari pemerintah Finland untuk melakukan penyadaran dan pencegahan bunuh diri.

Bahkan peringatan di tahun ini berlangsung setelah terjadi insiden tragis di Rautavaara di mana seorang ibu bunuh diri setelah membunuh ketiga anaknya.

Pemaparan bersumber dari http://www.icenews.is/2014/11/26/suicide-memorial-day-held-in-finland/ dan http://yle.fi/uutiset/finland_commemorates_suicide_memorial_day/7631692.

Tragis ya, untuk sebuah output pendidikan yang katanya terbaik di dunia.

Kita harusnya bisa berpikir ulang, untuk apa sih fungsi dari pendidikan itu sendiri, kemudian bagaimana gambaran generasi terbaik?

Jika mengacu pada UU Sisdiknas tahun 2003, disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional itu adalah bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Namun, berulang kali telah terjadi pergantian kurikulum. Kita justru mendapati banyak kasus kriminalitas remaja yang semakin meningkat jumlahnya, belum lagi tawuran dan seks bebas yang menggejala pada anak-anak di sekolah Menengah Pertama bahkan tingkat dasar, narkoba yang tak kalah menggila hingga menjamurnya korupsi ketika mereka sudah melampaui jenjang pendidikan tertinggi dan mulai merambah di dunia kerja. Lantas adakah alternatifnya?

Islam Mengatur Pendidikan

Sebenarnya jika membandingkan dengan pendidikan di Finlandia ada beberapa hal yang sama, seperti pada prinsip bahwa proses wajib belajar formal adalah dimulai dari usia tamyiz (7 tahun), dimana Rasul SAW memerintahkan untuk mengajari anak shalat. “Perintahkanlah anak-anakmu shalat pada umur tujuh tahun dan pukullah atas hal tersebut jika telah berumur sepuluh tahun, serta pisahkanlah mereka dari tempat tidurnya.”

Begitu pula diatur dalam Islam bahwa negara berkewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan dan memberikan subsidi penuh dalam bentuk sekolah gratis sampai ke jenjang pendidikan tertinggi dan mensubsidi peningkatan kualitas pengajar/guru. Sebab dalam Islam, menuntut ilmu hukumnya fardhu ain (wajib bagi individu muslim).

Rasul SAW bersabda, “Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim,” (HR. Bukhari).

Rasul SAW juga bersabda, “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga,” (HR.Muslim)

Bahkan dalam al-Qur’an Allah berfirman, “… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS. al-Mujaadilah [58]: 11).

Allah SWT juga berfirman, “Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran,” (QS. Az-Zumar [39]: 9).

BERSAMBUNG

Redaktur: Rika Rahmawati

Sumber: http://www.islampos.com/kurikulum-coba-coba-1-152239/