Tumbuhkan Keberanian untuk Katakan Tidak

Tumbuhkan Keberanian untuk Katakan Tidak

tidak tangan

MENJADI sukses merupakan tujuan paling utama bagi setiap insan. Segala daya dan upaya untuk mencapai itu, akan dilakukan. Hanya saja, yang menjadi persoalan sekarang ini ialah ketidak kuatan terhadap goncangan. Maksudnya, kita terkadang sering goyah oleh hal-hal yang melunturkan keyakinan untuk mencapai kesuksesan.

Hal-hal itu sering muncul secara tiba-tiba. Dan terkadang, muncul ketika kita sudah yakin untuk bersungguh-sungguh dalam menggapai kesuksesan. Godaan itu muncul begitu saja, dan terlalu mudah untuk melenakkan kita. Maka, kita perlu menguatkan kembali niat dan keyakinan itu, agar pertahanan dalam diri kita terhadap godaan tersebut menjadi kuat.

Buatlah suatu rencana untuk menjalani hidup Anda. Lakukan itu secara mendetail. Ketika telah dibuat, maka kewajiban Anda ialah mentaatinya. Di sinilah, Anda harus menanamkan benteng kekuatan agar rencana yang telah dibuat dapat berjalan lancar.

Salah satu godaan yang sering melunturkan rencana yang telah kita buat itu ialah, adanya orang-orang yang mengajak pada hal-hal yang tidak terlalu bermanfaat untuk dilakukan. Dan terkadang kita pun tak menyadari akan hal itu. Kita sering menganggap bahwa kita membutuhkan waktu untuk menenangkan pikiran, hingga tak ada salahnya menerima tawaran dari mereka untuk menghabiskan waktu dengan bersenang-senang.

Tahukah Anda, bahwa hal itu hanya akan membuang-buang waktu kita saja. Untuk atasi hal itu, kita harus memberanikan diri untuk katakan “Tidak” pada hal-hal negatif. Seperti ajakan tersebut. Biarlah mereka berkata kita apa pun karena tak mau diajak, yang penting waktu kita untuk meraih kesuksesan tidak diundur hanya karena hal sepele.

Memang terkadang kita merasa tidak enak jika menolak ajakan dari orang-orang terdekat, terutama teman. Tapi, jika kita terus bersikap seperti itu, berarti kita telah menunjukkan bahwa kita rela kesuksesan diundur. Padahal, sukses itu telah menjadi tujuan utama, dan pastinya harus diutamakan.

Oleh sebab itu, kita harus berani berkata “Tidak” pada siapa pun yang sekiranya akan merugikan diri kita sendiri. Apa pun jenisnya, selagi itu memberikan efek negatif terhadap masa depan, waktu dan keluar dari rencana hidup, maka kita harus bersikap gentle. Katakan tidak untuk hal-hal negatif yang menganggu perjalanan menuju kesuksesan. []

Sumber: Kebiasaan Orang-orang Hebat/Karya: Alvin Pratista/Penerbit: Sinar Kejora

islampos mobile :

Redaktur: Rika Rahmawati

Membuka Pintu Kasih Sayang

Membuka Pintu Kasih Sayang

muslimah suami istri

RUMAH tangga merupakan perpaduan antara suami dan istri yang saling menjalin rasa cinta. Namun terkadang, rasa itu sedikit demi sedikit memudar. Baik itu karena ada kekurangan yang sebelumnya belum terlihat, kini terlihat, atau pun karena ada suatu hal yang mengakibatkan ketidak selarasan dalam bertindak di antara keduanya.

Tentu, sebagai manusia yang dianugerahi perasaan, ingin memiliki suasana berumah tangga yang tentram dan nyaman. Hal ini, terbilang cukup sulit bagi suami istri yang memang memiliki kesibukannya masing-masing. Maka, jika sudah demikian, perlu membuka babak baru dalam rumah tangga. Seperti halnya yang dilakukan oleh Dyah Mustika, di Jakarta.

Wanita, yang ketika itu memulai babak baru dalam berumah tangga, merasa dirinya bersama suami seperti layaknya pengantin baru. Awalnya ia berusaha untuk mencari tahu seperti apa karakter yang dimiliki oleh suaminya itu. Ia berusaha menyesuaikan dengan karakter yang dimilikinya. Sehingga, dengan begitu ia dapat mengetahui bagaimana ia harus bersikap kepada suami.

Kebetulah Dyah dan suaminya berkeja satu kantor. Setiap hari, ia selalu pulang berboncengan bersama suaminya. Dalam perjalanan, ia mengusulkan kepada suaminya untuk melantunkan dzikir ma’tsurat (dzikir yang biasa dibaca Rasulullah) bersama-sama. Dan hal itu, menjadi kebiasaan baru bagi mereka.

Sampai suatu sore, ketika tiba di rumah, suami Dyah berkata kepadanya, “Alhamdulillah, kita bisa melakukan dzikir mengingat Allah bersama-sama. Padahal, kita berada di keramaian lalu lintas. Ah… saya jadi tambah sayang sama kamu.” Mendengar perkataan suami yang seperti itu, hati Dyah merasa melambung. Kini dia mengetahui salah satu cara bagaimana membuka pintu sayang suami.

Pintu kedua terbuka, ketika Dyah mengingatkan rencananya untuk muraja’ah (mengulang hafalan al-Qur’an) kepada suaminya nanti malam. Suaminya bertanya, “Berapa halaman?” Ia menjawab, “Dua.” “Saya punya target satu halaman per hari,” lanjut suaminya.

“Jadi Didy bisa menghafal seperti itu? Kata suaminya. Dyah hanya mengangguk tanda iya. “Ah… saya jadi tambah sayang sama kamu.” Jawaban suaminya itu memberi pertanda bahwa jalan membuka pintu kedua telah berhasil ia lakukan.

Dari dua cara membuka pintu kasih sayang tersebut, menurut Dyah dapat disimpulkan bahwa dengan menciptakan dan menambah suasana ilahiyah di antara suami istri, pintu kasih sayang akan mudah terbuka. Dengan saling mengingatkan akan rahman atau kasih sayangnya Allah, insya Allah, Allah mengucurkan rahmat-Nya. Sehingga, Dia tumbuhkan kasih sayang di antara hati keduanya. Wallahu ‘alam. []

Sumber: Ummi Wanita Berpolitik No. 01/XI Mei-Juni 1999/1420 H

islampos mobile :

Redaktur: Rika Rahmawati

8 Tentara Lebanon Tewas dalam Bentrokan dengan Pejuang ISIS

8 Tentara Lebanon Tewas dalam Bentrokan dengan Pejuang ISIS

Dunia

8 Tentara Lebanon Tewas dalam Bentrokan dengan Pejuang ISIS

Ahad 4 Rabiulakhir 1436 / 25 Januari 2015 08:33

izi
BENTROKAN antara tentara Lebanon dengan pejuang Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) telah menewaskan delapan tentara Lebanon di dekat perbatasan Suriah, Press TV melaporkan.

Menurut sumber-sumber militer Lebanon, mayat tiga tentara ditemukan di dekat desa Lebanon Ras Baalbek dekat perbatasan Suriah pada Sabtu kemarin (24/1/2015).

Lima tentara lainnya juga dilaporkan tewas menyusul bentrokan sengit dengan pejuang Suriah.

Sebelumnya pada hari Jumat, pejuang ISIS melancarkan serangan besar-besaran terhadap posisi militer Lebanon di dekat Ras Baalbek.

Ras Baalbek sendiri terletak dekat kota Arsal, lokasi yang pernah menewaskan dua lusin tentara Lebanon pada Agustus 2014 lalu.

Selama beberapa bulan terakhir, Lebanon telah menderita serangan oleh pejuang Suriah denga serangan roket acak secara acak.[fq/islampos]

islampos mobile :

Redaktur: Al Furqon

Rebut 70% Kobani dari ISIS, Pejuang Kurdi Bentangkan Bendera Sepanjang 75 Meter »
« Ribuan Warga Yaman Demo Menentang Syiah Houthi



Haniyah Sampaikan Belasungkawa Atas Wafatnya Wakil Pemimpin Ikhwan

Haniyah Sampaikan Belasungkawa Atas Wafatnya Wakil Pemimpin Ikhwan

Dunia

Haniyah Sampaikan Belasungkawa Atas Wafatnya Wakil Pemimpin Ikhwan

Ahad 4 Rabiulakhir 1436 / 25 Januari 2015 07:30

haniyeh
PEMIMPIN senior Hamas Ismail Haniyah menyampaikan belasungkawa kepada Ikhwanul Muslimin Mesir atas kematian wakil pemimpin kelompok itu Jumaa Amin yang meninggal dunia pada hari Sabtu kemarin (24/1/2015), lapor Worldbulletin.

Dalam sebuah pernyataan, Haniyah memuji dukungan Amin untuk Jalur Gaza dan kunjungannya ke wilayah Gaza yang diblokade menyusul serangan Israel pada tahun 2012 lalu.

Amin, wakil Mursyid ‘Aam Ikhwanul Muslimin meninggal dunia di ibukota Inggris London Sabtu kemarin pada usia 81 tahun.

Amin telah meninggalkan Kairo menuju London dua bulan sebelum militer Mesir menggulingkan Presiden terpilih Muhammad Mursi pada pertengahan 2013 menyusul aksi protes besar-besaran terhadap pemerintahannya.

Pemerintah Mesir telah meluncurkan tindakan keras terhadap pendukung Mursi dan kelompok Ikhwanul Muslimin dengan menahan ribuan dan serta membunuh ratusan anggotanya.

Pada bulan Desember 2013, penguasa militer yang didukung menyatakan Ikhwan sebagai kelompok teroris menyusul serentetan serangan terhadap fasilitas keamanan.

Pihak berwenang menuduh Ikhwan membolehkan aksi kekerasan, namun tuduhan itu dibantah dengan mengatakan Ikhwan berkomitmen untuk aktifitas damai.[fq/islampos]

islampos mobile :

Redaktur: Al Furqon

« Nasib 2 Warga Jepang yang Disandera ISIS Masih Belum Diketahui



Nasib 2 Warga Jepang yang Disandera ISIS Masih Belum Diketahui

Nasib 2 Warga Jepang yang Disandera ISIS Masih Belum Diketahui

Dunia

Nasib 2 Warga Jepang yang Disandera ISIS Masih Belum Diketahui

Ahad 4 Rabiulakhir 1436 / 25 Januari 2015 05:52

ho
NASIB dua warga Jepang yang dieksekusi di Suriah oleh kelompok Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) masih belum diketahui meskipun batas waktu lebih dari 24 jam telah lewat sejak tenggat waktu berakhir bagi pemerintah Jepang untuk membayar tebusan sebesar 200 juta dolar untuk pembebasan mereka.

Menteri Luar Negeri Fumio Kishida mengatakan kepada wartawan Sabtu kemarin (24/1/2015) bahwa belum ada sesuatu yang baru untuk dilaporkan setelah mengadakan pertemuan dengan gugus tugas darurat, sementara wakilnya, Yasuhide Nakayama, mengatakan “Ini adalah jalan yang sangat sulit untuk melihat pembebasan mereka, meskipun harus melewati berbagai rute.”

“Kami berfokus meneliti informasi lagi. Kami tidak akan pernah menyerah. Kami akan membawa mereka pulang,” tambah Nakayama seperti dilansir Anadolu Agency.

Pada kesempatan sebelumnya, ISIS telah meng-upload video ke internet yang menunjukkan eksekusi sandera, namun setelah itu tidak ada lagi pengumuman lain terkait kondisi dua pria Jepang â€" Kenji Goto dan Haruna Yukawa â€" yang telah dibuat ISIS.

Pemerintah Jepang telah dikonfirmasi pada Selasa lalu tentang keberadaan video online di mana kelompok ISIS mengancam akan membunuh sandera Jepang mereka dua dalam waktu 72 jam kecuali tebusan sebesar 200 juta dolar dibayarkan.[fq/islampos]

islampos mobile :

Redaktur: Al Furqon

« Polisi Mesir Tangkap Anak Pemimpin Senior Ikhwanul Muslimin



Menjadi Guru Ahli Surga dengan Meneladani Sifat Rasul (1)

Menjadi Guru Ahli Surga dengan Meneladani Sifat Rasul (1)

murid dan guru
Oleh: Maya Puspitasari, P.hD., Student School of Education, University of Glasgow, Scotland, UK

Kita jadi bisa menulis dan membaca karena siapa
Kita jadi tau beraneka bidang ilmu dari siapa
Kita jadi pintar dididik pak guru
Kita bisa pandai dibimbing bu guru
Gurulah pelita penerang dalam gulita
Jasamu tiada tara

PENGGALAN lirik Jasamu Guru di atas mengingatkan kita tentang arti seorang guru dalam mendidik generasi masa depan. Sengaja saya mengangkat topik menjadi guru dengan meneladani akhlaq Rasulullah saw sebagai pengingat saya agar tidak melupakan nilai-nilai Islam di kala saya menjalankan tugas saya sebagai seorang guru.

Saya sudah menjadi guru sejak sembilan tahun yang lalu. Niat awal saya ketika memutuskan untuk masuk ke program studi pendidikan bahasa Inggris memang untuk menjadi seorang guru. Salah seorang guru SMK di tempat saya belajar dulu pernah menyarankan seluruh siswanya yang notabene perempuan untuk menjadi guru. Ia beralasan bahwa profesi guru tidak banyak menyita waktu. Ia bisa pulang siang hari dan kembali berkumpul dengan keluarganya di rumah.

Guru dengan berbagai permasalahannya memang masih dianggap menjadi profesi favorit. Setidaknya itu ditunjukkan dengan data dari World Bank Working Report (2014) bahwa 1/3 pendaftar ke perguruan tinggi di seluruh Indonesia memilih pendidikan atau keguruan sebagai jurusannya.Lebih terbukanya kesempatan untuk menjadi pegawai negeri sipil cenderung menjadi alasan utama mereka memilih untuk menjadi guru.Namun sangat disayangkan, profesi guru yang mulia dicoreng dengan berbagai fenomena yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia yang melibatkan guru. Ada beberapa kasus yang menjadikan guru sebagai pelaku kejahatan, di antaranya:

1. Pencabulan

Seorang guru olahraga SMP di Kabupaten Bandung bahkan tega melakukan pencabulan terhadap lima siswinya di saat mengajar. Para korban diiming-imingi janji menjadi atlit voli nasional jika bersedia membuka bajunya dengan alasan untuk memeriksa postur tubuh para korban (okezone.com, 12 September 2013).

Lain lagi ceritanya dengan yang dilakukan Zu terhadap salah seorang siswinya di Pekanbaru. Dengan dalih mengantarkan siswinya seusai jam sekolah, seorang guru SMP di Pekanbaru tega mencabuli siswinya yang masih berumur 15 tahun. Kejadian ini diketahui warga yang akhirnya melaporkan kejadian tersebut ke kepolisian. Zu (43 tahun) terancam hukuman lima tahun penjara karena melanggar UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (merdeka.com, 22 Januari 2014).

Tiga siswi di SMK 6 Kendari melaporkan guru agamanya yang telah melakukan pencabulan di rumahnya sendiri.Pelaku meminta murid-muridnya yang mendapat nilai rendah untuk mengikuti belajar tambahan di rumahnya. Ternyata di sana, ia melakukan pencabulan yang berbuntut pelaporan para korban ke pihak kepolisian (tribunnews.com, 11 November 2014).

Guru SD di Kecamatan Gubeng, Surabaya bahkan tega mencabuli enam siswinya hanya karena alasan ia tidak bisa mendapatkan kepuasan ketika berhubungan intim dengan istrinya sendiri (kompas.com, 15 November 2014).

2. Kekerasan emosional, verbal dan fisik

Seorang murid kelas lima SD di Kota Batu, Malang enggan kembali ke sekolah setelah terjadi insiden pemukulan yang dilakukan oleh gurunya sendiri. Insiden itu sendiri berakhir damai hingga pihak orangtua murid mencabut laporannya. Tapi dampak yang ditinggalkan menimbulkan trauma yang mendalam bagi sang siswa. Ia takut jika akan dikucilkan oleh teman-temannya jika ia kembali sekolah lagi (tempo.co, 23 Juli 2013).

Seorang siswa SMA Negeri di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan bahkan sampai harus dilarikan ke rumahsakit karena mengalami patah tulang setelah dipukuli oleh guru biologi di sekolahnya. Pihak sekolah (kepala sekolah dan gurunya) malah mengancam korban akan dikeluarkan dari sekolah jika melaporkan kejadian tersebut ke pihak yang berwajib (regional.kompas.com, 28 Nopember 2014).

BERSAMBUNG

islampos mobile :

Redaktur: Saad Saefullah

Drama, Drama, Drama

Drama, Drama, Drama

Hikmah & Renungan

Drama, Drama, Drama

Sabtu 3 Rabiulakhir 1436 / 24 Januari 2015 22:20

buaya cicak

Oleh: Vienna Alifa

WAJARLAH,

Namanya hidup itu penuh drama. Artinya bukan cuma berisi skenario yang kita coba rancang serapi mungkin atau rahasia/aib yang kita berusaha simpan rapat. Tapi di dalamnya juga kadang terkandung reaksi berlebihan saat kita berlakon di hadapan manusia.

Entah itu berupa tangis atau tawa, marah atau gembira.

Lumrahlah,

Namanya sandiwara dunia. Sang pemain bukan saja berperan secara solo, tapi juga kerap berkelompok. Mulai dari yang lingkupnya kecil sampai besoaar. Suatu kelompok yang meski terdiri dari bermacam watak dan keinginan tapi selalu bisa berakting serupa karena satu kepentingan. Entah untuk uang, pamor, atau kekuasaan.

Haruslah…

Namanya drama, sandiwara, konspirasi, rekayasa, makar atau apapun padanan katanya, sebagai muslim kita meyakini adanya. Karena begitulah hakikat manusia tercipta. Menjadi pelakon di jalan hidup mengikuti skenario Sang Maha Kehendak yang selalu berlaku lebih utama meski kita berencana sedemikian jelita.

Maka jangan naif ketika melihat berbagai pemeran sebuah peristiwa terutama di kalangan para pemimpin negeri berlaga. Sebab ia muncul atas rekayasa sebagian manusia yang takut kehilangan kuasa. Berakting begini begitu mempermainkan opini dan emosi rakyat semata. Tanpa sadar bahwa makar Allah senantiasa berada di atas segala daya dan upayanya.

... wamakaruu wa makarAllah waAllahu khayrul maakiriin.. []

islampos mobile :

Redaktur: Saad Saefullah

« Ruang Menyendiri Bagi Seorang Muslim, Perlukah?



Terima Surat dari Korea Selatan, Petugas Pos Ini Langsung Masuk Rumah Sakit

Terima Surat dari Korea Selatan, Petugas Pos Ini Langsung Masuk Rumah Sakit

Dunia Gila

Terima Surat dari Korea Selatan, Petugas Pos Ini Langsung Masuk Rumah Sakit

Sabtu 3 Rabiulakhir 1436 / 24 Januari 2015 23:40

surat-penting
MUSIBAH memang bisa datang kapan saja dan bisa muncul dari hal yang tak terduga. Sebagai contoh, seorang pegawai kantor pos Saudi jatuh sakit dan dilarikan ke rumah sakit setelah membuka surat yang berasal dari Korea Selatan. Keterangan Ini dikabarkan sebuah surat kabar setempat pada Jumat (23/1/2015).

“Seorang karyawan kantor pos di kota barat laut Tabuk, Saudi memutuskan untuk membuka amplop dari luar negeri tersebut setelah melihat ada tonjolan “Janggal” di bagian bawahnya,” lapor harian Sabq.

“Sayangnya, tak lama setelah membuka surat misterius tersebut, sang petugas langsung jatuh sakit dan dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi serius. Sumber medis mengatakan amplop mungkin berisi beberapa jenis infeksi yang berbahaya,” tambah surat kabar Sabq. Keterangan lebih lanjut akan segera dipublikasikan. [sm/islampos]

islampos mobile :

Redaktur: Sodikin Maulana

« Gara-gara Sauna, Pria Ini “Tewas Seperti Dimasak”



Menjadi Guru Ahli Surga dengan Meneladani Sifat Rasul (3-Habis)

Menjadi Guru Ahli Surga dengan Meneladani Sifat Rasul (3-Habis)

guru-mengajar

Oleh: Maya Puspitasari, P.hD., Student School of Education, University of Glasgow, Scotland, UK

MELIHAT contoh perilaku negatif yang dilakukan oleh guru, bisa ditarik satu kesimpulan, guru juga manusia.Tanpa disadari, guru masih dianggap sebagai ‘dewa’ oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Guru adalah makhluk tanpa cela yang seluruh perkataan dan perbuatannya adalah kebenaran.

Guru adalah orang yang tidak boleh dilawan atau disanggah perkataannya. Jika ada siswa yang meragukan atau menyanggah guru, maka siswa tersebut akan dicap sebagai pemberontak. Guru adalah satu-satunya profesi di Indonesia yang dipuja dalam beberapa lagu. Gurulah yang dianggap penghantar manusia menuju masa depan.

Namun guru tetaplah manusia.Ia bisa khilaf dan melakukan dosa. Lemahnya iman bisa menjadikan ia salah jalan. Kurangnya dia bersyukur membuat ia jadi takabur. Tak merasa diawasi menjadikan ia lupa diri. Terlalu cinta dunia membuatnya jadi jumawa.Karena guru tetaplah manusia.Cara pandang sekulerisme telah menjadikan guru sebagai sosok yang jauh dari nilai-nilai Islam. Benturan pemahaman yang ia alami di sekolah menjadikan ia rela menggadaikan keimanannya.

Lalu bagaimana menjadikan guru sebagai ahli surga? Tentu saja dengan meneladani Rasulullah saw. Bukankah Allah sudah menggambarkan dalam ayat-Nya bahwa Rasulullah saw adalah sebaik-baik suri tauladan? Allah SWT berfirman:

]لَقَدÙ' كَانَ لَكُمÙ' فِي رَسُولِ اللَÙ'هِ أُسÙ'وَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنÙ' كَانَ يَرÙ'جُو اللَÙ'Ù‡ÙŽ وَالÙ'ÙŠÙŽÙˆÙ'Ù…ÙŽ الÙ'آخِرَ وَذَكَرَ اللَÙ'Ù‡ÙŽ كَثِيرًا[

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (TQS al-Ahzab [33]: 21).

Rasulullah saw memiliki karakter mulia yang orang Barat pun sudah mengakuinya. Michael H. Hart dalam bukunya “The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History” menempatkan Muhammad saw di posisi pertama sebagai orang yang paling memberikan pengaruh di dunia. Rasulullah saw adalah sosok Nabi yang mengangkat manusia ke peradaban yang cemerlang dari masa kegelapan.

Rasulullah saw adalah sebaik-baik guru yang patut ditiru. Rasulullah saw menganggap betapa penting arti pendidikan bagi perkembangan sebuah negara. Setelah perang Badar, Rasulullah saw memerintahkan 70 orang kafir Quraisy yang menjadi tawanan perang untuk mengajar kepada penduduk Madinah. Masing-masing dari mereka bertugas mengajarkan baca dan tulis ke sepuluh anak-anak dan orang dewasa.Hasilnya, 700 orang penduduk Madinah terbebas dari buta huruf. Kemudian 700 penduduk yang sudah bisa baca tulis diminta untuk mengajarkan kembali pada penduduk yang lain.

Sudah sepatutnya para guru mengaplikasikan sifat Rasulullah saw yang juga menjadi sifat wajib Rasul laindalam menjalankan profesinya:

1. Shiddiq

Shiddiq berarti benar.Tidak hanya benar dalam perkataan tetapi juga dalam perbuatan. Berbuat curang di waktu ujian nasional tentu bukanlah perbuatan yang sesuai dengan sifat yang Rasulullah saw miliki.

Seorang guru dituntut untuk mengajarkan kebenaran dan menjunjung tinggi kejujuran. Jika ada kecurangan yang ia ketahui, ia akan berada di garda terdepan untuk mengingatkan yang lain. Ia akan bekerja sepenuh hati tanpa takut dicaci-maki. Karena ia yakin, Allah senantiasa mengawasi.Mengajarkan ilmu yang ‘salah’ juga bukan cerminan dari sifat shiddiq. Ketika ada materi pelajaran yang tidak sesuai dengan pemahaman, ia akan memilih mengungkapkan kebenaran.

2. Amanah

Amanah artinya dapat dipercaya. Guru mempunyai akad ‘jual beli jasa’ dengan orangtua yang sudah menitipkan anak-anaknya pada mereka. Ketika dia tidak melaksanakan tugasnya dengan benar, maka ia bukanlah orang yang memegang amanah.

Mengurangi jam belajar atau hanya memberikan tugas lalu meninggalkan kelas tanpa alasan jelas bukanlah cerminan guru yang amanah.

Sekecil apapun gaji atau honor yang diterima oleh guru, bukanlah menjadi alasan dia untuk mengabaikan akad yang sudah ia ucapkan ketika memutuskan untuk mengajar. Guru yang amanah pun tidak menjadikan kekerasan sebagai jalan mendisiplinkan anak didiknya.Ia akan berlaku lemah lembut penuh kasih sayang. Motivasi akan senantiasa ia berikan manakala ada muridnya yang merasa gagal dalam pelajaran.

Rasulullah saw dijuluki sebagai al-Amin atau orang yang dapat dipercaya sejak beliau masih muda. Kafir Quraisy pun tidak meragukan sifat Rasulullah saw tersebut.

3. Fathanah

Guru yang memiliki sifat fathanah berarti ia cerdas dan bijak dalam melakukan perbuatan. Guru dituntut untuk senantiasa mengembangkan ilmu yang ia ajarkan pada murid-muridnya. Guru yang terus menerus menjunjung metode konvesional tanpa berinovasi tidaklah memiliki sifat fathanah.Guru yang kembali melanjutkan kuliah hanya untuk memperoleh gelar bukanlah guru yang fathanah.Guru yang rela membayar sejumlah uang untuk membeli ‘titel’ bukan guru yang fathanah.

Guru yang fathanah adalah guru yang bisa menjadikan murid-muridnya lulus 100% tanpa harus berbuat curang. Guru yang senantiasa terbuka dalam menerima kritik yang datang dari siswa atau dari guru yang lain. Guru yang senantiasa berkompetisi sehat dengan sesama guru yang lain dalam mendidik generasi muda sebagai tonggak penerus masa depan.

Jika Rasulullah saw tidak memiliki sifat fathanah, mustahil Islam bisa menyebar ke seluruh dunia. Dengan sifatnya yang fathanah, Rasulullah saw berhasil mengajak kafir Quraisy untuk masuk Islam. Strategi perang yang ia sarankan juga menghantarkan kemenangan kaum muslimin di perang badar.

4. Tabligh

Tabligh berarti menyampaikan. Guru memang tidak boleh pelit dalam memberikan ilmu. Ilmu yang bermanfaat akan menjadi pahala yang terus mengalir bagi guru. Rasulullah saw tidak mungkin menyembunyikan wahyu. Jika Allah SWT memberikan teguran padanya, beliau saw akan memberitahukan pula pada kaum muslimin. Tanpa ada rasa malu.Tidak ada yang ditutup-tutupi.

Jika melihat kemaksiatan, guru seharusnya menyampaikan kebenaran walau nyawa jadi taruhan.Ia juga tidak segan jika ancaman pencopotan jabatan senantiasa mengintai. Ia akan mengajak semua pihak termasuk murid-muridnya untuk senantiasa menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya di semua aspek kehidupan.

Jika akhirnya ia pun dikucilkan oleh yang lain, ia pun tak risau. Karena ia yakin Allah SWT akan selalu menemani. Kalaupun ia dipecat, ia yakin Allah SWT Maha Pemberi Rizki.

Menjadi guru adalah tugas mulia.Jika guru dipandang sebagai profesi yang bisa menghasilkan materi semata, tentu menjadi guru yang meneladani sifat Rasulullah saw sangatlah sulit untuk dilakukan. Guru dituntut untuk bisa menahan amarah, senantiasa ikhlas, berlaku lemah lembut sementara gaji yang mereka hasilkan tidak seberapa dibandingkan dengan beban tanggung jawab yang harus mereka emban khususnya bagi guru non-PNS.

Namun, menjadi seorang guru akan menjadikan seorang hamba Allah senantiasa bertambah pahalanya. Rasulullah saw bersabda:
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh,” (HR. Muslim).

Walaupun jasad sudah terbungkus kain kafan, amalan seorang guru akan tetap mengalir jika ilmu yang ia ajarkan senantiasa diamalkan dan diajarkan kembali oleh murid-muridnya. Dan kemuliaan itu akan ia dapatkan pula di surga jika ia senantiasa mengingat Allah setiap waktu dan menerapkan peraturan-Nya. Wallahu a’lam bishawab. []

HABIS

islampos mobile :

Redaktur: Saad Saefullah

Lahirkan Alumni Terbaik, Lembaga Zakat SPU Kembali Gelar Seleksi Beasiswa SMA

Lahirkan Alumni Terbaik, Lembaga Zakat SPU Kembali Gelar Seleksi Beasiswa SMA

DSC_0014
LEMBAGA Zakat Shadaqah Perekat Umat (SPU) Purwakarta dilaporkan telah menggelar seleksi penerimaan beasiswa tingkat SMA sederajat untuk tahun ketiganya. Setelah sukses menggelar seleksi tes tertulis bagi ratusan siswa SMA sederajat se-kabupaten Purwakarta, akan dilaksanakan kembali seleksi selanjutnya bagi mereka yang lulus.

“Bagi para siswa yang lulus tes tertulis, wawancara, dan survei, mereka akan mendapatkan pelatihan khusus selama setahun, selain mendapatkan uang pembinaan. Program Ini kami lakukan agar para penerima beasiswa mampu menjadi pribadi yang lebih baik lagi,” terang Firmansyah, S.Sos., M.Pd., selaku Direktur SPU kepada Islampos, Sabtu (24/1/2015).

“Alhamdulillah, alumni dari beasiswa SPU telah ada yang menjadi mahasiswa kedokteran di universitas negeri ternama. Ini adalah sebuah kebanggaan, sekalipun mereka dari kalangan ekonomi terbatas,” tambahnya.

Para peserta seleksi tahap pertama juga antusias dengan adanya program beasiswa Ini.

“Saya senang ada program seperti Ini, karena memang jarang ada. Mudah-mudahan saya bisa masuk 50 besar sebagai penerima beasiswa SPU tahun Ini,” ujar Afif, siswa Aliyah Al-Muthohar, Purwakarta.

“Harapan saya, semoga bisa lulus sebagai penerima beasiswa SPU. Mudah-mudahan dengan mendapatkan program Ini, bisa membantu saya untuk dapat kuliah setelah lulus nanti,” pungkas Yoga, salah satu peserta tes dengan penuh harap. [sm/islampos]

islampos mobile :

Redaktur: Sodikin Maulana

Tentara Israel Mengebom Sekolah di Hebron

Tentara Israel Mengebom Sekolah di Hebron

Palestina

Tentara Israel Mengebom Sekolah di Hebron

Sabtu 3 Rabiulakhir 1436 / 24 Januari 2015 18:00

boms
TENTARA Israel dilaporkan telah menembakkan gas air mata dan bom suara ke sebuah sekolah swasta di Hebron, selatan Tepi Barat, Sabtu (24/1/2015).

Menurut laporan PIC pada Sabtu (24/1/2015), tentara Israel menembakkan gas air mata dan bom suaranya ke sekitar sekolah dasar di selatan Hebron, tepat di hari pertama tahun ajaran baru sekolah dimulai, meski tak ada bentrokan sekalipun.

Sumber PIC menambahkan, tentara Israel juga menyebar di sekeliling sekolah dan langsung membidik para pelajar yang tengah belajar.

Di sisi lain, sejumlah sumber lokal menyebutkan, pasukan Israel menangkap 4 pelajar yang sedang berada di salah satu jalan protokol di Kota Lama Hebron, tanpa alasan ataupun dakwaan apapun dan tidak juga terjadi bentrokan antara keduanya. [sm/islampos]

islampos mobile :

Redaktur: Sodikin Maulana

« 5 Pemuda Palestina Ditangkap dalam Bentrokan di Yerusalem Timur



Menjadi Guru Ahli Surga dengan Meneladani Sifat Rasul (2)

Menjadi Guru Ahli Surga dengan Meneladani Sifat Rasul (2)

guru islam

Oleh: Maya Puspitasari, P.hD., Student School of Education, University of Glasgow, Scotland, UK

Di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan bahkan orangtua siswa menerima surat ancaman yang ditandatangi oleh Ketua Umum PGRInya sendiri. Surat itu berisi ancaman bahwa korban akan ditolak di semua sekolah se-Kabupaten Maros jika ia meneruskan laporan bahwa ia menjadi korban pemukulan seorang oknum guru ke kepolisian. Ketua Umum PGRI tersebut pun memerintahkan semua anggota PGRI untuk menolak mengajar atau mendidik si korban (makassar.tribunnews.com, 21 Januari 2015).

Di tahun pra reformasi, pemukulan terhadap murid masih dianggap cara efektif untuk membuat murid tersebut disiplin. Hingga tidak mengherankan jika dulu kayu penunjuk yang ada sekolah sering dijadikan alat pukul oleh guru jika ada siswanya yang kedapatan ‘nakal’.Tamparan dengan tangan atau buku juga menjadi fenomena yang biasa kala itu. Orangtua zaman dahulu pun melakukan cara yang sama. Dengan berbekal ikat pinggang, sapu lidi, gagang sapu atau kayu rotan dan tampang sangar, mereka menunggu di depan pintu atau pagar ketika anaknya pulang telat.

Dulu cara kekerasan tersebut dianggap efektif karena anak terbukti takut ketika berbuat kesalahan. Hanya saja seringkali kekerasan tersebut menimbulkan trauma hingga sang anak membawa mimpi buruknya tersebut ke masa depan hingga ia bisa jadi menerapkan kembali pada anak-anaknya kemudian.

Di tahun 2012, BAPPENAS (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) mengeluarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 80% guru di Indonesia pada tahun 2011 melakukan kekerasan verbal terhadap anak muridnya (solopos.com, 26 Nopember 2013). Fakta tersebut tidak begitu mencengangkan karena kita sendiri pada umumnya pernah melihat atau mengalami kekerasan verbal atau emosional yang dilakukan oleh guru. Umpatan, bentakan hingga julukan seperti ‘bodoh’, ‘tolol’, ‘idiot’ kerap dilontarkan guru ketika berhadapan dengan murid yang ‘bermasalah’.

Saya sendiri pernah menyaksikan teman SD saya yang akhirnya memutuskan untuk pindah sekolah dikarenakan orangtuanya sakit hati karena si anak dikatakan ‘bodoh’ oleh gurunya.Hingga saat ini kekerasan verbal yang dilakukan oleh guru dianggap wajar.Si murid pun cenderung tidak menganggap itu sebagai sebuah kesalahan fatal yang harus menjadi perhatian.Namun hal tersebut bisa berdampak pada psikologis anak di kemudian hari.Anak yang sering menerima hinaan atau cacian cenderung rendah diri dan tidak memiliki motivasi atau merasa tidak dihargai.

3. Kecurangan

Sudah menjadi rahasia umum jika guru bersedia melakukan apa saja demi kelulusan siswa-siswanya termasuk melakukan kecurangan pas Ujian Nasional (UN). Karena tidak bisa dipungkiri, kualitas sekolah di Indonesia masih diukur dari nilai kelulusan siswa ketika UN.Perbandingan nilai UN yang diraih setiap sekolah yang kemudian dipublikasikan di media cetak lokal maupun nasional menjadikan tekanan bagi guru semakin tinggi.

Fokus utama guru akhirnya terpusat pada cara agar siswa-siswinya bisa lulus UN. Kecurangan dalam UN yang dilakukan oleh tim sukses setiap sekolah sendiri sudah dianggap kecurangan sistemik karena melibatkan banyak pihak.

Kecurangan UN tapi sangat sulit dibuktikan bahkan oleh pihak pengawas satuan sekolah yang ditugaskan oleh BNSP.Tim sukses UN memang terbukti sukses menjalankan tugasnya dalam menjamin 100% kelulusan siswa.Mereka rela bekerja tanpa lelah demi mengantongi pengumuman bahwa murid-muridnya berhasil lulus UN.Ada yang bertindak mengerjakan soal, memberikan kunci jawaban, mengelem amplop soal dengan rapi atau ‘menyuap’ pihak berwajib dan wartawan.Sekali lagi, fenomena ini sulit dibuktikan tetapi terjadi di lapangan.

Selain karena prestise sekolah yang berkorelasi dengan jumlah kelulusan siswa, nampaknya guru tidak memiliki keuntungan apapun secara langsung. Namun akan berdampak panjang jika ia berhasil ‘membantu’ para siswa untuk lulus dalam UN. Para orangtua yang mampu pasti rela membayar mahal agar anaknya bisa masuk ke sekolah unggulan yang di Indonesia masih diukur dari nilai kelulusan UN.

BERSAMBUNG

islampos mobile :

Redaktur: Saad Saefullah

Kini Hak-hak Wanita Bermetamorfosis

Kini Hak-hak Wanita Bermetamorfosis

jilbab wanita muslimah

WANITA sampai kini belum mencapai seperti hak-hak laki-laki. Meskipun telah menuju ke situ beberapa langkah yang amat luas. Di dalam abad pertengahan sehingga abad kesembilan belas, orang perempuan di Eropa tidak memiliki sesuatu dari hak-hak yang berhubungan dengan Negara, dan pendidikannya hanya mengenai pelajaran memasak, mendidik anak, menjahit pakaian, dan bagi yang lebih tinggi kedudukannya ditambah pelajaran musik.

Kebanyakan ahli pikir menyatakan bahwa kaum wanita akan berjalan terus sehingga mencapai hasil-hasil sebagai berikut:
1. Perbuatan wanita ditimbang dengan ukuran akhlak sebagaimana ditimbangnya juga dengan perbuatan orang laki-laki dengan ukuran itu. Lebih jelas dikatakan bahwa perbuatan wanita dan laki-laki pada masa sekarang tidak dilihat dengan satu pandangan dan tidak dihukumi dengan satu hokum.

2. Wanita akan mempunyai kekuasaan di rumah sama dengan kekuasaan orang laki-laki, dan menjadi kawannya menurut prakteknya di dalam kebahagiaan rumah tangga.

3. Akan terdidik dengan didikan yang lebih baik dari pendidikannya sekarang, sehingga dapat mempertinggi anak-anaknya dan mengasuh mereka dengan dasar-dasar ilmu pengetahuan bukan dengan khurafat-khurafat.

4. Akan mempunyai hak-hak mengenai Negara seperti suaminya, dan hak-haknya dalam perkawinan seperti orang perempuan Amerika pada hari ini.

5. Wanita diperkenankan mejabat pekerjaan kantor yang ia menghajatkannya, seperti bila ditinggal mati oleh suaminya dan tidak ada yang menanggung hidupnya.

Kaum wanita akan menghasilkan hak-haknya, selama dapat membuktikan bahwa mereka dapat mempergunakan hak-hak itu, dengan sebaik-baiknya. Apabila bukti-bukti tidak nyata, niscaya akan menjadi penghalang bagi jalannya menuju ke arah maksudnya.

Sekarang wanita sudah melangkah lebih jauh untuk mencapai hak-haknya. Meskipun agama islam memberi segala hak-hak yang dimiliki oleh laki-laki kecuali di dalam beberapa soal yang dapat dihitung sehingga memberi hak mempergunakan miliknya, menurut kehendaknya dan memberi kemerdekaan untuk belajar. Hak ini justru malah dilupakan begitu saja sehingga kesempurnaan haknya tidak terpenuhi dengan baik. []

Sumber: Akhlak Tasawuf/ Mustofa/ CV. Pustaka Setia

islampos mobile :

Redaktur: Mawa Fauziah

Para Pencari Ilmu seperti Ulama Salaf

Para Pencari Ilmu seperti Ulama Salaf

kakek uban quran

Oleh: Dona Novita

SEJAK  dulu saya selalu kagum pada orang-orang yang cerdas. Baik secara intelektual maupun emosional. Mereka senantiasa mengambil kesempatan untuk mencari ilmu. Tidak melulu ilmu dalam bentuk formal, tapi segala bentuk ilmu yang bermanfaat dalam kehidupan.

Lalu bagaimana dengan ilmu yang kita pelajari di sekolah? Sejak SD hingga perguruan tinggi … S1, S2, S3, bahkan post doktoral.

Seberapa signifikan sih, ilmu tadi berpengaruh dalam hidup kita? Sebagian orang menganggap pendidikan formal adalah sesuatu yang sangat penting dalam menentukan karir dan masa depan. Juga kesejahteraan hidup, tentunya grind emoticon. Lihat saja setiap awal tahun ajaran. Institusi-institusi pendidikan yang dianggap ‘menjanjikan’ selalu dibanjiri oleh pendaftar. Bahkan tidak sedikit yang berani merogoh kocek dalam-dalam, dengan harapan kelak akan ‘kembali modal’.

Betulkah pendidikan yang tinggi selalu berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan? Idealnya tentu demikian. Namun sayang sekali, realitanya tidak seperti itu. Kita hidup di negeri dimana orang-orang berpendidikan belum mendapat penghargaan sebagaimana mestinya.

Masih terjadi kisah pejabat publik yang menggunakan ijazah palsu, gelar yang dapat dibeli oleh rupiah, hingga para tenaga pendidik yang harus serabutan mencari kerja sampingan untuk menghidupi keluarganya. Lalu muncullah generasi pragmatis yang akan berpikir-pikir dulu sebelum menuntut ilmu, apakah hasilnya nanti sepadan dengan jerih payahnya mengeluarkan uang dan memeras otak?

Akhirnya tidak aneh jika kita sekarang melihat seorang intelektual yang cerdas dan pintar tapi tidak memiliki peran apa-apa, bahkan kehidupannya jauh dari kata sejahtera. Di sisi lain, gelar menjadi sebuah komoditi prestise untuk mengejar status sosial ekonomi, tanpa memperhatikan lagi aspek kualitasnya. Sungguh menyedihkan.

Syukurlah, tidak semua berpikiran begitu. Ternyata masih ada sekelompok orang yang niatnya belajar adalah untuk mengejar ilmu itu sendiri. Meski tentu saja tidak sepenuhnya mengabaikan faktor kesejahteraan. Namun para pencari ilmu sejati ini selalu memanfaatkan setiap peluang untuk mendulang ilmu tanpa terlalu memikirkan apakah ilmu tersebut bisa meningkatkan taraf perekonomian keluarganya atau tidak.

Sungguh saya dibuat terpesona oleh orang-orang seperti itu. Mereka berhasil menyeret ingatan saya kepada para ulama salaf yang tiada lelah mencari ilmu tanpa berpikir untung ruginya.

Ah, bukankah Nabi kita tercinta menyuruh untuk menuntut ilmu sampai ke negeri Chinaâ€"bahkan sejak dari buaian hingga ke liang kubur?

Lalu, apa tujuan Anda sendiri dalam menuntut ilmu? []

islampos mobile :

Redaktur: Saad Saefullah

Apa Sebab Turunnya Ayat tentang Khusyu?

Apa Sebab Turunnya Ayat tentang Khusyu?

Ilustrasi

Ilustrasi

PERNAHKAH Anda mengalami ketidak khusyuan dalam shalat? Jangan-jangan shalat yang kita lakukan malah menjadi sia-sia. Shalat sejatinya menghadirkan Allah SWT dalam setiap gerakan shalat. Namun kendala seorang manusia biasanya bukan malah menghadirkan Allah SWT akan tetapi mengingat masalah dan sesuatu yang berkaitan dengan dunia, sehingga kekhusyuan dalam shalat pun terganggu.

Lalu apa yang menjadi sebab seseorang tidak dapat khusyu dalam shalatnya? Kekhusyuan dalam mendirikan shalat sangatlah penting karena pengaruh dari khusyu akan memberikan ketenangan masalah karena sejatinya kita melakukan shalat dan membaca kalimah-kalimah shalat dianalogikan sebagai dialog kita dengan Allah.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an:

حَافِضُوا عَلَى الصÙ'َلَوَاتِ وَالصÙ'َلاَةِ الÙ'وُسÙ'Ø·ÙŽÙ‰ وَقُومُوا للهِ قَانِتِينَ {238} فَإِنÙ' خِفÙ'تُمÙ' فَرِجَالاً Ø£ÙŽÙˆÙ' رُكÙ'بَانًا فَإِذَآ أَمِنتُمÙ' فَاذÙ'كُرُوا اللهَ كَمَا عَلÙ'َمَكُم Ù…Ù'َالَمÙ' تَكُونُوا تَعÙ'لَمُونَ }

“Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui,” (QS. Al-Baqarah: 238-239).

Kemudian diperjelas kembali oleh suatu riwayat mengenai sebab-sebab turunnya ayat tentang kekhusyuan shalat diantaranya:
Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Hurairah R.A bahwa Rasulullah apabila shalat, mengangkat kepalannya memandang ke langit. Maka turunlah ayat: ( yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalatnya.

Ibnu Marwaih meriwayatkan dengan lafazh: Rasulullah dahulu menoleh pada waktu shalat.

Sa’id bin Mashur dan Ibnu Sirin meriwayatkannya secara mursal dengan lafazh: beliau dahulu membolak-balikkan pandangannya, maka turunlah ayat ini.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Sirin secara mursal: Para sahabat dahulu memandang kearah langit pada waktu shalat, maka turunlah ayat ini.

Shalat yang khusyu adalah dimana ketika seseorang melaksanakan shalatnya, sesuai dengan tuntunan Rasulullah, terpenuhi syarat dan rukunnya. Berusaha untuk menghadirkan hatinya sehingga dia betul-betul merasa di hadapan Allah, seolah-olah ia berdialog dengan Allah, merasa bahwa Allah memperhatikan segala apa yang sedang dikerjakannya. Yang demikian itu menjadikan hati dan jiwanya tentram.

Adapun beberapa hal yang dapat menghalangi seseorang untuk khusyu: mengantuk dalam shalat, tidak mengerti apa yang dibaca dalam shalat, mengangkat mata atau penglihatan ke atas.

Agar shalat menjadi khusyu diantaranya:

a. Berusaha untuk berkonsentrasi selama pelaksanaan shalat berlangsung
b. Berusaha untuk tulus dan ikhlas
c. Berusaha untuk mengarahkan pandangan ke tempat sujud
d. Berusaha untuk mengerti apa yang dibaca di dalam shalat
e. Berusaha untuk menghayati seluruh bacaan di dalam shalat
f. Mengerjakan shalat sesuai dengan syarat dan rukunnya sebagaimna yang telah diajarkan Rasulullah kepada para sahabat di kala itu sampai kepada kita hari ini.

Dari sebuah kekhusyuan hakikatnya kita seperti berinteraksi dengan Allah. Apapun permasalahan kita diusahakan untuk tetap selalu ingat Allah dan selalu memperbaiki shalat kita agar kesempurnaan dalam shalat senantiasa dapat kita rasakan khasiat bahwa shalat itu adalah pencegah kemungkaran.[]

Sumber: Fikih wanita praktis/ Darwis Abu Ubaidah/ Pustaka Al-Kautsar

islampos mobile :

Redaktur: Mawa Fauziah

Berkaca pada Jalan Hidup Natsir (1)

Berkaca pada Jalan Hidup Natsir (1)

Laporan Khusus

Berkaca pada Jalan Hidup Natsir (1)

Sabtu 3 Rabiulakhir 1436 / 24 Januari 2015 14:30

natsir

Oleh: Ridwan Hd.

TAHUN 1930, Mohammad Natsir menghadapi sebuah pilihan hidup. Kala itu umurnya menginjak 22 tahun. Sebagai seorang siswa AMS (Algemene Middelbare School â€" setingkat SMA) yang menjelang kelulusan, ia harus menentukan langkah hidupnya ke depan.

Setiap orang selalu menginginkan jalan hidup yang terbaik. Jalan hidup yang memapankan dirinya. Jalan hidup yang bisa dibanggakan oleh orang-orang yang disayanginya. Begitu juga Natsir muda, bisa menyenangi orang tua dengan pekerjaan yang mapan dan gelar pendidikan terpandang menjadi cita-citanya sejak awal masuk AMS di Bandung.

Tapi Allah punya kehendak lain. Sejak berkenalan dan berguru dengan Ahmad Hasan, sang guru dari organisasi Persatuan Islam (Persis), cara pandang Natsir berubah. Tawaran beasiswa kuliah Fakultas Hukum di Batavia dengan gelar Mr (gelar Sarjana Hukum saat itu) yang selama ini di harapkan tak lagi membuatnya berminat. Batinnya bergejolak. Ada tugas besar yang harus dia emban. Berkhidmad kepada Islam secara total menjadi jalan pilihan hidupnya.

“Aneh!“ kata Natsir dalam sebuah surat kepada istri dan anak-anaknya di tahun 1958 dalam mengenang masa lalunya, “Semua itu tidak menerbitkan selera Aba sama sekali. Aba merasa ada satu lapangan yang lebih penting dari itu semua. Aba ingin mencoba menempuh jalan lain. Aba ingin berkhidmat kepada Islam dengan langsung. Belum terang benar bagi Aba pada permulaannya, apa yang harus dikerjakan sesungguhnya. Tapi dengan tidak banyak pikir-pikir Aba putuskan tidak akan melanjutkan pelajaran ke Fakultas mana pun juga. Aba hendak memperdalam pengetahuan tentang Islam lebih dahulu. Sudah itu bagaimana nanti.”

Sejak kecil, orang tua Natsir memiliki harapan agar sang anak bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik. Bisa bersekolah di sekolah miliki Pemerintah Kolonial saat itu memiliki prestise tersendiri. Berbagai upaya dilakukan agar Natsir kecil bisa masuk sekolah di HIS (Sekolah setingkat SD) milik pemerintah. Usaha itu berhasil berkat kepintaran Natsir kecil. Ia pun dengan mudah melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu MULO (setingkat SMP) yang ada di Padang. Meski ia bersekolah di sekolah Pemerintah Kolonial Belanda, Natsir tetap mempelajari agama Islam. Ia belajar agama di Sekolah Diniayah di sore harinya.

Cita-cita untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi tidak hanya sampai pada tingkat MULO. Ia bertekad ingin melanjutkan sekolah sampai tingkat AMS. Saat itu, sekolah AMS belum ada di Padang. Bandung, salah satu kota yang menyediakan pendidikan AMS menjadi pilihan. Sebenarnya bersekolah di AMS cukup mahal. Biasanya hanya bisa diisi oleh anak para pegawai pemerintah yang mapan, atau anak orang-orang Belanda. Tapi, karena nilai yang baik saat di MULO ia pun mampu melanjutkan ke AMS dengan beasiswa beserta uang saku dari pemerintah Kolonial Belanda. Tak semua anak pribumi bisa seperti Natsir.

BERSAMBUNG

islampos mobile :

Redaktur: Saad Saefullah

« Belajar dari Pemimpin Masyumi