BERIBADAH menjalankan perintah Allah, sungguh sangat mulia. Namun bagaimanakah jika shalat yang kita lakukan melebihi apa yang dicontohkan oleh Rasul? Apa akibatnya jika seorang yang melakukan ibadah secara berlebihan?
Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. Bagi sebagian orang ibadah baginya adalah suatu hal yang terpenting. Sampai ada pula orang yang melakukan ibadah diawali dari hal yang terberat, padahal dengan kita melakukan ibadah dari hal yang kecil atau ringan maka kita akan mencapai tingkat yang terberat. Daripada kita melakukan dari hal yang terberat kemungkinan kita akan merasakan yang namanya kejenuhan beribadah.
Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwa Alhaula binti Tuwait berjalan bersamanya. Disampingnya juga ada Rasulullah Saw, lalu Aisyah ra berkata, âIni adalah Alhaula binti Tuwait, orang-orang mengatakan bahwa dia tidak tidur pada malam hari.â, maka Rasulullah bersabda, âDia tidak tidur pada malam hari ?, kerjakanlah amal seberapa yang kamu mampu. Demi Allah, Tuhan tidak akan bosan hingga kamulah yang bosan,â (HR. Muslim, Ahmad dan Ath Thabarani).
Sesungguhnya Allah itu memudahkan bagi kita dalam menjalankan agama. Allah tidak mempersulit bagi orang-orang yang ingin menempuh jalan kebenaran. Kemudahan dalam beragama merupakan nikmat yang diberikan kepada kita.
ÙÙØ±ÙÙØ¯Ù اÙÙÙ'ÙÙ٠بÙÙÙ٠٠اÙÙ'ÙÙØ³Ù'ر٠ÙÙÙÙØ§ ÙÙØ±ÙÙØ¯Ù بÙÙÙ٠٠اÙÙ'Ø¹ÙØ³Ù'رÙ
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu (QS. Al-Baqarah 185)
Oleh karena itu, janganlah memberatkan diri dalam menjalankan ibadah. Tidak baik berlebih-lebihan dalam beramal sampai-sampai memberatkan diri sendiri. Sesungguhnya orang yang memberatkan dirinya dalam beribadah berarti ia telah menyalahi hakikat Islam. Bukankah Rasulullah Saw, telah bersabda, âSesungguhnya agama itu mudah. Janganlah seorangpun memberatkan agama kecuali menguasainya. Maka luruskanlah, berlakulah wajar dan bergembiralah. Mintalah pertolongan pada waktu yang lapang di pagi hari dan sedikit di malam hari,â (HR. Bukhari, An Nasai dan Ahmad)
Kita wajib menyederhanakan amal ibadah. Namun tidak boleh mengurangi dari kadar yang telah ditentukan. Kita juga dilarang untuk melebih-lebihkan. Artinya beribadahlah sesuai dengan kewajaran. Allah SWT tidak menjamin pahala bagi orang yang memaksakan diri menunaikan ibadah. Seperti seseorang yang memaksakan diri dalam menjalankan amalan-amalan sunnah secara berlebih-lebihan, sampai melupakan kewajiban utama. Ibadah yang berlebih-lebihan menyebabkan seseorang menjadi cepat bosan. Yang akhirnya timbul rasa malas dan ujung-ujungnya sama sekali enggan melaksanakannya.
Sesungguhnya agama Islam menghendaki agar umat ini bisa bahagia dunia dan akhirat. Islam tidak menghendaki seseorang hanya mengejar kebahagiaan akhirat saja, sementara kehidupan dunianya menyedihkan. Oleh karena itu di dalam beribadah, Islam mengatur waktu-waktu tertentu. Kita diberi waktu kapan untuk menunaikan kewajiban duniawi dan kapan menunaikan kewajiban ukhrawi.
ÙÙØ§Ø¨Ù'ØªÙØºÙ ÙÙÙÙ ÙØ§ Ø¢ØªÙØ§Ù٠اÙÙÙÙ'ÙÙ Ø§ÙØ¯ÙÙ'Ø§Ø±Ù Ø§ÙØ¢Ø®ÙØ±ÙØ©Ù ÙÙÙØ§ تÙÙÙ'س٠ÙÙØµÙÙØ¨ÙÙÙ Ù ÙÙÙ Ø§ÙØ¯ÙÙ'ÙÙ'ÙÙØ§ ÙÙØ£ÙØÙ'سÙÙÙ' ÙÙÙ ÙØ§ Ø£ÙØÙ'سÙÙ٠اÙÙÙÙ'Ù٠إÙÙÙÙÙ'ÙÙ ÙÙÙØ§ ØªÙØ¨Ù'غ٠اÙÙ'ÙÙØ³Ùاد٠ÙÙÙ Ø§ÙØ£Ø±Ù'ض٠إÙÙÙÙ' اÙÙÙÙ'ÙÙ ÙØ§ ÙÙØÙØ¨ÙÙ' اÙÙ'Ù ÙÙÙ'Ø³ÙØ¯ÙÙÙÙ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qashash 77).
Diriwayatkan bahwa ada tiga orang yang mendatangi istri Nabi Saw, mereka saling menceritakan amal ibadah yang dilakukannya. âSesungguhnya aku shalat malam selama-lamanyaâ. Ada yang berkata, âAku berpuasa sepanjang masa dan tidak berbukaâ. Yang lainmengatakan,âAku menjauhi wanita dan tidak akan menikah untuk selama-lamanyaâ. Kemudian Rasulullah Saw datang dan mendengar ucapan mereka. Rasulullah Saw bersabda, âBenarkah yang mengatakan demikian. Demi Allah, sesungguhnya aku lebih takut kepada Allah daripada kalian. Namun aku berpuasa dan berbuka, aku shalat, aku tidur, dan aku mengawini wanita. Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka bukanlah dari umatku,â (HR. Bukhari dan Muslim)
Haula, adalah wanita shalihah pada jaman Nabi Saw. Ia memaksakan diri beramal ibadah kepada allah. Ia merasa bahwa dengan ibadahnya yang berlebih-lebihan itu menjadikan dirinya mulia dihadapan Allah. Bayangkan dia tidak tidur di malam hari dan tegak menunaikan shalat. Ketika siang haripun sibuk berpuasa dan tegak berdiri untuk shalat, bahkan duduk tafakur tak kenal waktu. Ia menyangka dengan melakukan demikian itu dirinya menjadi lebih mulia. Namun sesungguhnya Islam tidak menghendaki seperti itu. Justru apa yang dilakukannya itu menyalahi petunjuk islam. Bukankah Islam menyuruh umat untuk hidup seimbang, dan tidak melampaui batas.
Seandainya Islam menyuruh manusia untuk mengejar kepentingan akhirat saja, barangkali rasulullah tidak menegur Haula. Padahal ketika Aisyah memperkenalkan, âInilah Haula, orang bilang ia tidak pernah tidur malamâ. Lalu Rasulullah menimpali dengan heran, âDia tidak tidur malam?â. Selanjutnya Rasulullah Saw memperingatkan agar Haula beribadah secara wajar, tidak berlebih-lebihan. Karena kewajaran itu akan menghasilkan kebaikan.
Maka adapun akibat dari suatu amalan ibadah yang berlebihan sesuai dalam sabda Nabi SAW, âSemoga binasa orang-orang yang berlebih-lebihan dalam menjalankan ibadah,â beliau mengutarakan demikian sampai tiga kali,â(HR. Muslim)
Sesungguhnya Islam tidak serumit agama-agama lainnya. Islam cukup sederhana dan tidak menyulitkan bagi pemeluknya dalam menjalankan ibadah. Kita tidak boleh melakukan ibadah secara berlebih-lebihan dan memaksakan diri. Tetapi juga tidak boleh mengurangi aturan yang sudah ditentukan.[Sumber: Koleksi Hadist dan Sikap Pribadi Muslim/Karya: Muslich Maruzi/Penerbit: Pustaka Amani-Jakarta]
islampos mobile :