Oleh: Reka Nurul Purnama, Mahasiswi di STAI AL-JAWAMI Prodi Pendidikan Agama IslamÂ
PENDIDIKANÂ merupakan salah satu faktor penyebab majunya suatu negara, maka konsep pendidikan yang akan diterapkan menjadi sangat penting untuk dipikirkan dengan matang. Kurikulum yang diterapkan di Indonesia tergantung siapa yang menjabat sebagai menteri pendidikan.
Maka dari itu perubahan kurikulum menjadi suatu yang tidak aneh apabila menterinya juga berganti, mengingat sistem pemerintahan yang diterapkan di Indonesia saat ini mempunyai asas siapa yang berkuasa maka dia memiliki wewenang untuk mengambil keputusan.
Tetapi pada dasarnya saya yakin Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yang sekarang atau pun yang sebelumnya memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan generasi penerus bangsa yang berpendidikan, cerdas dan tentunya berkepribadian luhur.
Saat ini sedang terjadi pendapat pro dan kontra terhadap keputusan yang diambil oleh Mendikbud yang baru Anies Baswedan, tentang pemberhentian sementara Kurikulum 2013 (Kurtilas) dan kembali menggunakan kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Alasan Anies memberhentikan sementara Kurikulum 2013 adalah karena banyak yang belum siap dalam pelaksanaannya, antara lain masalah kesiapan buku, sistem penilaian, penataran guru, pendampingan guru dan pelatihan kepala sekolah, sehingga alternatif yang dipilih adalah menggunakan kurikulum sebelumnya yaitu KTSP.
Anies menyatakan bahwa penggantian kurikulum ini berlaku untuk sekolah yang baru melaksanakan Kurikulum 2013 selama satu semester dan untuk sekolah yang sudah melaksanakan Kurikulum 2013 dari awal atau selama tiga semester maka dianjurkan untuk melanjutkannya.
Walaupun keputusan ini membuat Mendikbud sebelumnya Mohammad Nuh kecewa karena beliau yang mempunyai gagasan pertama penerapan kurikulum 2013.
Menteri dalam masa kepemimpinan SBY ini mengungkapkan rasa kekecewaannya dengan mengemukakan alasan bahwa Kurikulum 2013 sudah bagus diterapakan di Indonesia dan seharusnya mendikbud yang baru bukan mengambil keputusan kembali kepada KTSP yang sama-sama memiliki kekurangan, kalaupun mau mengganti kurikulum 2013 maka harus dicoba dengan penerapkan kurikulum yang baru yang lebih bermutu ketimbang kembali kepada KTSP.
Pada pelaksanaan Kurikulum 2013, memang ada beberapa hal yang sedikitnya membingingungkan dan membebani guru maupun siswa. Salah satu contoh di tingkat Sekolah Dasar, dengan berat hati pihak sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 harus menambah jam belajar siswa di sekolah, bukan hanya itu pencampuran beberapa materi dalam satu tema membuat siswa sedikit bingung karena tidak biasa dari biasanya.
Semisal dalam satu tema bisa terdapat pelajaran ilmu pengetahuan alam, matematika, dan bahasa Indonesia. Mungkin tidak menjadi masalah penerapan Kurikulum 2013 pada kelas bawah seperti kelas 1, 2, dan 3. Tetapi terjadi sedikit kesulitan pada anak-anak kelas 4,5 dan 6Â yang pelajarannya mulai kepada tingkat rumit.
Menurut pengalaman guru yang merasakan penerapan kurikulum ini ada kesulitan dalam penilaian, pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), dan kesulitan menerangkan beberapa materi dalam satu tema.
Terlepas dari permasalahan yang ada tentang pergantian kurikulum, tentunya semua orang baik di kalangan pemerintahan maupun di kalangan masyarakat menginginkan kurikulum yang terbaik dari kurikulum yang ada.
Tentunya sistem pemerintahan yang diterapkan saat ini sangat berpengaruh terhadap kurikulum yang diterapkan. Kalau kita mau menengok ke zaman dulu ketika Islam diterapkan sebagai hukum dalam negara dan bermasyarakat, dari sana banyak dilahirkan para cendikiawan yang ahli dalam bidang tertentu.
Seperti Ahli matematika (Al-Khwarizmi, Orang pertama yang menulis buku berhitung dan aljabar), ahli kedokteran (Al-Kindi penulis buku ilmu mata, Ar-Razi atau Rhazez penulis buke kedokteran, Abu Al-Qasim al-Zahrawi ahli bedah, Ibnu Nafis penemu sirkulasi darah, dan Ibnu Sina), ahli satra (Ibn Abd Rabbih, Ibn Bassam, Ibn Khaqan), ahli hukum, politik, ekonomi, astronomi (Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash, penentu gerhana dan pembuat teropong bintang modern), ahli hadits dan fikih (Ibnu Abdil Barr, Qadi Iyad), sejarah (Ibn Khaldun penemu teori sejarah), ahli kelautan (Ibnu Majid). Bahkan penjelajah Andalusia menginjakkan kakinya di Benua Amerika lima abad sebelum Christopher Colombus.
Begitu luar biasa para pemuda Islam saat itu, saat Islam dianggap mampu menyelesaikan problematika yang ada. Kita yakini bahwa Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan secara mendetail. Termasuk konsep pendidikan dalam Islam. Kurikulum di dalam Islam di bangun atas dasar aqidah Islam. Jadi kurikulum yang diterapkan didalamnya tidak sama sekali bertentangan dengan apa-apa yang terdapat dalam Islam.
Kurikulum Islam bertujuan untuk melahirkan generasi yang berkepribadian Islam, yaitu berpola pikir dan berpola sikap Islam. Kenyataannya seorang yang tumbuh di dalam negara yang memiliki konsep pendidikan Islam, bukan hanya memahami ilmu seputar Islam saja, tetapi juga mampu melahirkan seorang ilmuan hebat yang mendunia, itulah kehebatan Islam.
Tetapi tidak mungkin rasanya apabila menerapkan kurikulum Islam di dalam sistem yang tidak berdasarkan kepada Islam. Maka apabila negara kita ini menginginkan dapat melahirkan generasi gemilang dengan ilmu dan takwa, tidak ada cara lain selain menerapkan Islam sebagai dasar negara.
Tentu tidak ada salahnya apabila negara ini menerapkan kurikulum yang sudah terbukti keberhasilannya, ketimbang menerapkan kurikulum yang hanya dijadikan sebagai uji coba saja yang juga belum tentu membuahkan hasil yang diharapkan. Wallahuâalam []
islampos mobile :
Sumber: https://www.islampos.com/belajar-dari-keberhasilan-islam-menyusun-kurikulum-pendidikan-156247/