Wujud Cinta Hakiki pada Rasulullah

Wujud Cinta Hakiki pada Rasulullah

Kebaikan Maria Al-Qibthiyah R.A. dan Cinta Rasulullah SAW Kepadanya

Oleh.Hana Annisa Afriliani,S.S, Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Kota Tangerang

SETIAP tanggal 12 Rabiul awal, umat Islam memperingati maulid Nabi Muhammad saw yakni hari kelahiran beliau. Bentuk peringatan yang dilakukan oleh masyarakat beraneka ragam, ada yang dengan menyelenggarakan tabligh akbar, namun ada pula yang melakukan ritual-ritual adat tertentu sebagai wujud kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi saw. Namun demikian, kebanyakan umat Islam hanya terfokus pada perayaannya saja tanpa mengambil keteladanan dari sosok Rasulullah saw itu sendiri.

Padahal wujud kecintaan kita kepada Rasul saw semestinya dibuktikan dengan perbuatan kita yang sesuai dengan sunahnya. Jika kita merunut sejarah ribuan tahun silam, tentu kita semua mengetahui tentang adanya sebuah Negara Islam pertama di Madinah Al-Munawarah. Di sanalah Rasulullah menancapkan panji-panji Islam dalam setiap sendi kehidupan masyarakat. Sehingga cahaya Islam tersebar di seluruh penjuru Madinah, permusuhan antara suku Aus dan Khajraz yang sudah ratusan tahun berganti dengan sebuah perdamaian dengan ikatan akidah Islam, syariat Islam sungguh menjadi rahmat bagi masyarakat pada saat itu.

Itulah salah satu bentuk perjuangan Rasulullah yang harus kita teladani, yakni menjadikan Islam sebagai jalan hidup bagi setiap manusia, sehingga Islam tidak sebatas pada ranah individu saja, melainkan juga menjadi aturan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Betapa Rasulullah sangat mencintai umatnya, bahkan hingga di akhir hayatnya yang terucap dari lisannya adalah ‘umatii…umatii (umatku…umatku…), sebelum akhirnya beliau berpesan bahwa sepeninggalannya kelak manusia tidak akan selamat kecuali dengan tetap berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunah Rasulullah.

Namun apa yang terjadi hari ini? Generasi bangsa ini justru terlarut dalam kehidupan yang permisif (serba boleh), mereka hanyut dalam gemerlap budaya liberal nan hedonis sehingga abai terhadap segala perintah Allah swt. Mereka disibukkan dalam mengumpulkan harta, dan mencari jabatan demi mencapai kesenangan duniawi. Dan tak sedikit yang menabrak hukum syara untuk mencapai tujuannya. Keimanan hampir tak nampak pada diri-diri seseorang yang mengaku muslim. Mereka terjebak pada gemerlap dunia yang menjanjikan kebahagiaan semu.

Sistem kehidupan yang jauh dari aturan Islam pun diterapkan di negeri ini bahkan semakin sempurna seiring dengan bergantinya rezim pemerintahan yang baru. Mereka lebih tunduk pada kepentingan segelintir pemilik modal dan pihak asing daripada Allah swt. Buktinya, kekayaan alam negeri ini tak habis-habisnya di obral kepada asing, hingga mengorbankan rakyatnya sendiri. Dalam segala aspek, negeri ini tidak memiliki kedaulatan melainkan semuanya bergantung kepada asing. Akibatnya rakyat negeri ini terjerat dalam kemiskinan, meski hidup di tengah SDA yang melimpah.

Hakikatnya cinta adalah tunduk dan patuh, begitupula ketika kita mengaku cinta kepada Rasulullah, maka sudah selayaknya kita tunduk dan patuh pada apa-apa yang beliau bawa, yaitu Islam. Dan sudah sewajarnya umat Islam menerapkan aturan Islam dalam seluruh sendi-sendi kehidupannya, termasuk dalam bernegara. Sebab Islam datang dari sang pencipta dan sudah teruji kebenarannya. Sementara aturan yang dibuat oleh manusia akan membuka peluang bagi terjadinya perselisihan.

Demikianlah, seharusnya umat Islam memaknai  hari lahir Nabi Muhammad saw (Maulid nabi) sebagai momentum untuk memacu diri menjadi insan yang bertakwa kepada Allah dan meneladani perjuangan Rasulullah sebagai pembebas umat manusia dari belenggu sistem kehidupan yang rusak menuju sistem kehidupan yang beradab dan mulia. Sebab dengan itulah, umat manusia akan mencapai kesejahteraan dan kemuliaan di dunia dan di akhirat. []

islampos mobile :

Redaktur: Eva

Sumber: https://www.islampos.com/wujud-cinta-hakiki-pada-rasulullah-156158/