âAbd Al Shamad Al Palimbani: Sufi Jihadis dari Palembang (2 Selesai)
ilustrasi, sumber: http://anginkebebasan.blogspot.com/
Oleh : Yogi T. Rinaldi, S.Hum. (Penggiat Depok Islamic Study Circle Masjid Ukhuwah Islamiyah Universitas Indonesia)
MESKIPUN, terdapat pendapat bahwa Al-Palimbani telah gagal dalam usahanya mendorong para penguasa Jawa agar melakukan jihad, sebab Belanda menahan surat-surat tersebut sebelum sampai ke tujuan. Tetapi bukan tidak mungkin maksud surat ini tetap disampaikan secara lisan kepada raja Jawa melalui ulama yang dititipkannya (Azra, 2004: 364).
Surat-surat tersebut ditulis dalam bahasa Arab dan di kemudian hari diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan selanjutnya bahasa Belanda. Teks terjemahan Inggris surat ini diambil dari tulisan Drewes (1976: 270-271). Berikut kutipan surat pertama;
(Puji-pujian kepada Allah dan Shlawat kepada Nabi), suatu contoh dari kebaikan Tuhan adalah bahwa Dia telah menggerakan hati penulis (Al-Palimbani) untuk mengirimkan sepucuk surat dari Makkah dan, di samping itu, ânikmat Tuhanâ, di antara semua tanda kehormatan adalah laksana cahaya bintang-bintang yang menghiasi cakrawala, karena dunia diterangi oleh bintang-bintang, yang juga merupakan bukti kekuatan dan kebaikan Tuhan, sebagai cahaya di atas taman surga, taman yang tak terkira. Tuhan telah menjanjikan bahwa para Sultan akan memasuki (surga), karena keluhuran budi, kebajikan, dan keberanian mereka yang tiada tara melawan musuh dari agama lain. Di antara mereka ini adalah raja Jawa, yang mempertahankan agama Islam dan berjaya di atas semua raja lain, dan menonjol dalam amal dalam peperangan melawan orang agama lain. Tuhan meyakinkan kembali orang-orang yang bertindak di jalan ini dengan berfirman: âJangan mengira bahwa mereka yang mati dalam perang suci itu benar-benar mati; jelas tidak mereka sesungguhnya masih hidup.â (QS. 2;154, 3:169). Nabi Muhammad bersabda: âAku diperintahkan memerangi setiap orang kecuali mereka yang mengenal Tuhan dan diriku, Nabi-Nyaâ. Orang-orang yang terbunuh dalam perang suci diliputi oleh keharuman kudus yang tak terlukiskan; jadi ini merupakan peringatan untuk seluruh pengikut Muhammad. Allah berfirman, âAllah menganugerahkan hikmah dan kebaikan, keduanya adalah kebebasan dan kelapanganâ (QS. 2: 269),atau menurut penafsiran yang lain, ia akan berada di dalam kebaikan di mana saja mereka berada karena berjalan di atas jalan Tuhan dan aturannya patus dipuji atas rakyat dan tentaranya, tindakan mereka tidak tercela, karena kehidupan mereka sepenuhnya diarahkan oleh takut kepada Tuhan.
Bersama ini saya menyertakan untuk Tuan yang Mulia melalui Imam Haji Bassarin dan Muhammad Idris sejumlah kecil Air Zamzam, air dari Makkah untuk digunakan sebagai obat penyembuh (penguat), sementara itu sangat dianjurkan kepada kedua orang Imam kepada Yang Mulia dan meyakinkan Tuan bahwa mereka tidak hanya cukup didasariatas agama tetapi juga orang-orang yang sempurna berjalan di jalan Allah dan Nabi.
Isi surat ketiga sebagai berikut;
Tuhan akan mengampuni dosa-dosa orang saleh seperti Pengeran Mangkunegara, yang telah diciptakan-Nya untuk mendapatkan nama harum di dunia ini, dan juga karena Yang Mulia adalah seorang keturunan Kerajaan Mataram, yang kepadanya Tuhan telah melimpahkan karunia-Nya di samping Muhammad sang Nabi, mengingat bahwa rasa keadilan Yang Mulia sudah umum dikenal. Selanjutnya, Yang Mulia hendaknya selalu ingat akan ayat Al-Quran, bahwa sekelompok kecil akan mampu mencapai kemenangan melawan kekuatan besar. Hendaklah Yang Mulia juga selalu ingat bahwa dalam Al-Quran dikatakan: âJanganlah mengira bahwa mereka yang gugur dalam perang suci itu matiâ (QS. 2:154, 3:169). Tuhan telah menyatakan bahwa jiwa orang yang gugur itu akan masuk ke dalam tubuh seekor merpati besar dan naik langsung menuju surga. Ini merupakan hal yang pasti diyakini semua orang yang beriman dalam hati mereka, dan terutama beginilah akan jadinya dengan Yang Mulia, yang dapat ditamsilkan sebagai sekuntum bunga yang menyebarkan wewangiannya sejak matahari terbit hingga terbenam, sehingga seluruh Makkah dan Madinah serta negeri-negeri Melayu akan bertanya-tanya akan keharuman ini, dan memohon kepada Alah agar Yang Mulia akan menang melawan semua musuh. Hendaklah diingat kata-kata Nabi Muhammad; âPerangilah orang-orang yang tidak meyakini Islam seluruhnya, kecuali jika mereka berpindah ke agamamu.â
⦠yakinlah akan nasib baik yang abadi dan berusahalah sekuatmu karena takut akan Tuhanmu; janganlah takut akan nasib buruk dan elakkanlah segala kejahatan. Orang yang melakukan hal itu akan melihat langit tanpa awan (mendung) dan bumi tanpa noda. Tumbuhkanlah ketenangan hati dari ayat-ayat dalam Al-Quran berikut ini: âBarangsiapa beriman dan beramal shaleh, akan mendapatkan karunia Tuhan (di surga)â (QS. 2:25), sebab Nabi Muhammad telah bersabda: âJIka manusia dapat hidup selamanya di dunia ini, dia pun akan hidup selamanya dan menikmati kebahagiaan abad di akhirat.â
Ini adalah untuk memberitahu Yang Mulia bahwa saya diperintahkan untuk mengirimkan kepada Yang Mulia panji-panji [yang bertuliskan Al-Rahman Al-Rahim, Muhammad Rasul Allah âAbd Allah], yang kekuatannya akan terasa bila digunakan oleh Yang Mulia⦠ketika berhadapan dengan musuh Allah ⦠(dengan rahmat Tuhan Yang Mulia) akan selalu meraih kemenangan, yang akan memungkinkan terlindungi iman kaum Muslimin dan terbasminya semua musuh yang dengki.
Alasan panji-panji ini dikirimkan kepada Tuan adalah bahwa kami di Makkah akan mendengar bahwa Yang Mulia, sebagai seorang pemimpin yang sejati, sangat ditakuti di medan perang. Hargailah dan manfaatkanlah, insya Allah, untuk menumpas musuh-musuh Tuan dan semua orang kafir. Doa selamat dikirimkan kepada Yang Mulia atas nama orang-orang yang bertakwa kepada-Nya di Makkah dan Madinah: Ibrahim, Imam SyafiâI, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Hanbali, dan selanjutnya atas nama semua orang lain di sini, yang keinginannya tiada lain adalah agar berkah dari Nabi dan keempat sahabat beliau, Abu Bakr, Umar, Utsman, dan Ali, terlimpah kepada Yang Mulia.
Pemikiran Jihad Al-Palimbani dalam Nashihatul Muslimin
Kitab Nashihatul Muslimin ditulis dalam bahasa Arab pada 1186 H. Buku tersebut banyak mengutip pendapat-pendapat ulama terutama Imam an-Nawawi (w. 676 H/1277 M) melalui bukunya MinhÄj at-ThÄlibÄ«n (Zubair dalam Lektur, 2011: 387, Iskandar, 1996: 443).
Jihad yang dimaksud oleh Al-Palimbani adalah perang melawan orang kafir. Jihad hukumnya fardhu kifÄyah manakala posisi orang-orang kafir berada di wilayahnya sendiri, jaraknya jauh dari wilayah Islam dan tidak mengancam atau menyerang umat Islam. Tetapi dapat menjadi fardhu âAin manakala orang-orang kafir mengancam atau menyerang umat Islam.
Hukum fardhu kifÄyah menjadi gugur apabila benteng pertahan yang memisahkan wilayah umat Islam dan orang-orang kafir dibangun. Jika orang-orang kafir berusaha menyerang benteng pertahanan maka umat Islam harus mempertahankan bila perlu membuat parit.
Kewajiban kifÄyah ini juga gugur apabila pasukan jihad umat Islam melakukan invasi ke wilayah orang kafir. Kegiatan invasi menurut beliau sekurang-kurangnya sekali dalam setahun dan tentu baik jika lebih.
Wilayah orang kafir yang dianjurkan untuk dibebaskan adalah yang paling berdekatan dengan wilayah kaum Muslimin. Namun, apabila ada wilayah yang lebih jauh dan memiliki potensi mengancam wilayah umat Islam maka terlebih dahulu diperangi.
Pemerintah Islam tidak dibenarkan melewatkan satu tahun tanpa jihad, kecuali terpaksa karena posisi umat Islam lemah atau orang kafir lebih banyak dan lebih kuat. Hukum fardhu kifayah berlaku bagi yang telah baligh, berakal, laki-laki merdeka (tidak terlilit utang), mampu berperang dan memiliki akomodasi serta senjata (Zubair dalam Lektur, 2011: 380-382).
Hukum fardhu âain berlaku apabila orang-orang kafir menginvasi wilayah kaum Muslimin. Seluruh penduduk berkewajiban mempertahankan wilayahnya semaksimal mungkin.
Bahkan, bila terpaksa siapapun tanpa terkecuali baik anak-anak, perempuan, faqir miskin wajib ikut jihad sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Haram hukumnya bagi prajurit lari dari medan perang bila telah berjumpa dengan pasukan lawan (Zubair dalam Lektur, 2011: 382-384).
Berkenaan dengan keutamaan jihad dan mati syahid, Al-Palimbani banyak mengutip hadits dan ayat Quran di dalam Nashihatul Muslimin seperti QS. Al-Hujurat: 15, QS. Ash-Shaff: 10-11, QS. An-Nisa: 95, QS. Al-Baqarah: 154 dan QS. Ali Imran: 169 dan hadits riwayat Bukhari tentang Jihad merupakan amalan yang paling utama setelah iman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan sebagainya (Zubair dalam Lektur, 2011: 385).
Al-Palimbani menganggap perlu untuk membuat ribath atau pasukan pengintai gerakan musuh. Karena pentingnya hal tersebut beliau mengutip kurang lebih 15 buah hadits dari berbagai periwayat seperti, âMelakukan ribath satu hari di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan segala isinyaâ¦â (Hr. Bukhari).
Beliau berpendapat bahwa seluruh masyarakat turut andil dalam jihad sesuai kemampuannya masing-masing, seperti memberikan akomodasi ataupun menjaga harta dan keluarga mujahiddin yang ditinggal perang. Hal yang tidak kalah penting adalah strategi perang dan kemampuan perang para pasukan, beliau mengutip surat Al-Anfal ayat 60 (Zubair dalam Lektur, 2011: 385-386).
Penutup
Dari penjelasan di atas kita dapat menarik kesimpulan pertama-tama bahwa kaum sufi tidaklah disebut sebagai anti dengan perjuangan menegakan dÄ«n. Mereka tidak menyempitkan makna jihad hanya menjadi jihÄd an-nafs yakni memerangi hawa nafsu.
Baik jihad fisik melawan penjajah dan jihad melawan hawa nafsu keduanya adalah perintah agama. Seorang sufi kemudian tidak selalu diidentikan sebagai para penafi syariat, fatalis, dan menarik diri dari urusan duniawi.
Sebaliknya mereka adalah para penempu dan pemegang syariat yang teguh, yang menuntut kepatuhan secara penuh lahir dan batin, dan penghimbau kaum Muslim agar aktif; bagi mereka pemenuhan kewajiban duniawi kaum Muslim merupakan bagian integral dari kemajuan spiritual dalam perjalanan ruhani.
Para sufi pun bersepakat amat mustahil mencapai tujuan spiritual tanpa mematuhi doktirn ortodoks Islam. Bertasawuf tidak lain adalah beribadah di maqam ihsan.
Ajaran tasawuf seharusnya menjadi kekuatan tersendiri yang muncul dari dalam diri seorang mujahid. Sebab ajaran tasawuf sebenarnya bentuk penyerahan total (tawakal) diri kepada Allah.
Keberanian akan muncul dari dalam diri sebab tidak ada yang perlu ditakuti selain Allah. Tidak ada yang perlu ditakuti dari kematian, sebab kematian bukanlah akhir dari segalanya tetapi awal memasuki pintu perjumpa dengan Allah Taâala. Hal yang amat diidam-idamkan para sufi.
Syeikh âAbd al-Shamad al-Palimbani mengajarkan hal demikian. Di samping sebagai seorang mursyid penempu jalan suluk-tasawuf, beliau juga seorang arsitek jihad, dan inspirator di balik karangan Hikayat Perang Sabil yang mempu membakar semangat rakyat Aceh dalam membela tanahnya.
Sehingga ada yang mengatakan bahwa mereka berperang memang mencari mati. Syahid adalah sebuah kematian terindah. Karya Nashihatul Muslimin beliau merupakan salah satu bukti upaya menggelorakan semangat perang suci untuk mengusir penjajah dari bumi Nusantara. Selain itu, surat-surat yang ditujukan kepada raja-raja Jawa turut menguatkan bukti ini.
Rujukan Buku:
Azra, Azyumardi. 2004. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII Akar Pembaruan Islam Indonesia.Jakarta: Kencana.
Braginksy, V. I. 1998. Yang Indah, Berfaedah dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu dalam Abad 7-19. Jakarta: INIS
Chambert-Loir, Henri. 2013. Naik Haji di Masa Silam Kisah-Kisah Orang Indonesia Naik Haji 1482-1964. Jakarta: KPG
Dahlan, Ahmad. 2014. Sejarah Melayu. Jakarta: PT. Gramedia
Iskandar, Teuku. 1996. Kesusasteraan Klasik Melayu Sepanjang Abad. Jakarta: Penerbit LIBRA
Mahmoud, A. Halim. Tt. Hal Ihwal Tasauf Analisa Tentang Al-Munqidz Minadhdhalal (Penyelamat dari Kesesatan). Tk: Darul Ihya
Mustafa, Mustari. 2011. Agama dan Bayang-bayang Etis, Syeikh Yusuf Al-Makassari. Yogyakarta: LKiS
Vehide, Sukran. 2007. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi, Transformasi Dinasti Usmani Menjadi Republik Turki. Jakarta: Anatolia
Zubair. 2011. Jihad dan Kemerdekaan: Studi atas Naskah Nasihatul Muslimin wa Tazkiratul Muâminin dalam Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 9. No.2 November 2011. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI
Jurnal:
G. W. J. Drewes, 1976, âFurther Data Concerning Abd Al-Shamad Al-Palimbaniâ, KITLV. Diakses di jstor.org, 12/01/2015 04:07.
islampos mobile :

Yuk Share :
Redaktur: Azeza Ibrahim