Oleh: Hermawan Setiawan
SEORANG remaja di Palembang yang bernama Novella (20) melakukan percobaan bunuh diri akibat diputuskan oleh pacaranya (merdeka.com, 19/12/2014). Kejadian yang lebih heboh. Seorang siswa SMK di Bali, Ni Made Sri Dwiyanti (16), menenggak racun karena dilarang pacaran oleh kedua orangtuanya. Lebih aneh lagi, setelah berhasil diselamatkan dan dilarikan ke RSUD daerah setempat Ni Made dibawa kabur oleh pacarnya. (merdeka.com, 21/12/204)
Fakta lain menyebutkan bahwa kejadian bunuh diri di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan. WHO mencatat bahwa angka bunuh diri di indonesia 1,6 hingga 1,8 persen dari per 100.000 jiwa. WHO juga memprediksi pada tahun 2020, angka bunuh diri di Indonesia mencapai 2,4 persen. Angka yang cukup fantastik. Rata-rata orang yang melakukan bunuh diri berkisar antara 14-44 tahun.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa, pertama, sebab yang melatar belakangi bunuh diri ternyata bukan hanya desakan ekonomi, tapi hal-hal sepele seperti putus pacar. Kedua, hal tersebut membuat kita ironi atas label yang kita dapatkan sebagai negara muslim terbesar di dunia, yang mempunyai statistik angka bunuh diri menanjak. Padahal kita tahu Islam sangat melarang bunuh diri. Malah banyak riwayat yang menghinakan perbuatan ini.
Dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda, âBarang siapa terjun bunuh diri dari sebuah gunung, dia akan terjun ke dalam api neraka Jahanam selama-lamanya. Barang siapa bunuh diri karena meminum racun dan dia mati karena racun di tangannya, dia akan meminum racun di neraka Jahanam selama-lamanya. Dan, barang siapa bunuh diri dengan besi, dia akan ditikam di neraka Jahanam dengan besi itu selama-lamanya,â (HR. Bukhari dan Muslim).
Bahkan seseorang yang dinilai shaleh pun jika melakukan perbuatan ini akan dimasukan ke dalam api neraka. Menurut hadis shahih Imam Bukhari, suatu hari ada seseorang yang mengaku Islam kemudian dia berperangâ"berjihadâ"sampai seluruh tubuhnya luka. Dalam sakit yang dialaminya itu, dia mengambil anak panah dan menusukkannya ke dalam tubuh hingga ia meninggal. Maka Rasullulah SAW bersabda, âSeseorang yang terluka lalu bunuh diri, lalu Allah berfirman, âHambaku telah mendahuluiku atas dirinya, maka aku haramkan surga atas dirinya.â
Hal ini seyogyanya menjadi pembelajaran bagi kita. Dengan banyaknya percobaan bunuh diri dan meningkatnya angka bunuh diri menjadi isyarat, bahwa masyarakat masih jauh dari ajaran Islam. Islam hanya dijadikan pakaian saja yang bila sudah lusuh tak segan untuk dibuang. Atau hanya dijadikan legalitas dari acara seremonial, seperti pelantikan presiden yang bersumpah dengan al-Quran. Seharusnya Islam diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh sistem kehidupan. Bukankah kita tahu Islam rahmatan lil aâlamin? []
islampos mobile :
Sumber: https://www.islampos.com/hinanya-bunuh-diri-156119/