Pengurangan Jam Kerja Perempuan Tidak Selesaikan Masalah

Pengurangan Jam Kerja Perempuan Tidak Selesaikan Masalah

4 kelemahan wanita dalam berbisnis

Oleh: Choerunnisa Rumaria., Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, UNY., [emailĂ‚ protected]

WAKIL presiden Jusuf Kalla telah mewacanakan pengurangan jam kerja bagi pekerja perempuan dengan alasan agar pekerja-pekerja perempuan memiliki lebih banyak waktu untuk mengurus keluarga, terutama anak, demi mempersiapkan generasi terbaik Indonesia di masa yang akan datang. Sekilas, hal ini memang terlihat begitu bijak. Namun jika ditelaah lebih dalam, ternyata pengurangan jam kerja perempuan justru tidak tepat. Mari kita analisis bersama.

Dalam Islam, kewajiban menafkahi keluarga memang jatuh kepada laki-laki alias suami atau ayah. Namun demikian, bukan berarti perempuan tidak diizinkan bekerja. Jika pendapatan suami memang dirasa tidak mencukupi kebutuhan keluarga, maka dalam hal ini sang istri diperbolehkan membantu suami mencari nafkah. Dengan catatan, hanya membantu, bukan sebagai pencari nafkah utama dan dengan tetap memperhatikan fungsi utamanya sebagai ibu sekaligus pengatur rumah tangga. Dengan demikian, ketika saat ini jumlah pekerja perempuan cukup banyak, maka itu artinya mereka memang butuh bekerja. Kenapa? Tentu saja karena beban hidup semakin berat. Belum lagi, harga BBM yang baru saja dinaikkan pemerintah kini dampaknya telah merambat kemana-mana. Harga kebutuhan-kebutuhan pokok ikut naik, akibatnya hidup semakin keras. Maka, ketika pemerintah memang peduli dengan tugas utama perempuan, solusi yang langsung menyentuh akar masalah bukanlah dengan mengurangi jam kerjanya, melainkan dengan memastikan kesejahteraan rakyatnya sehingga perempuan tak perlu membanting tulang layaknya laki-laki. Pemerintah harus memastikan kekayaan Indonesia dapat dinikmati oleh seluruh rakyat, bukan dinikmati asing. Pemerintah juga harus menyediakan lapangan kerja yang luas agar semua laki-laki bisa bekerja.

Kedua, pengurangan jam kerja bagi pekerja perempuan ternyata malah berpotensi melahirkan masalah baru. Ketika jam kerja mereka dikurangi, artinya beban pekerjaan harus diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat. Hal ini justru bisa membawa tekanan tersendiri bagi pekerja perempuan yang akhirnya membuat mereka stress di tempat kerja. Lantas, hal ini selanjutnya akan berdampak pada anak-anak di rumah. Dengan kondisi mental dan fisik yang sudah lelah menghadapi tekanan di tempat kerja, akhirnya mereka kesulitan untuk pokus dalam menjalankan perannya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Bisa jadi, anak-anak menjadi kurang diperhatikan dan rumah tangga akhirnya kurang terurus dengan baik. Akhirnya, tujuan untuk mempersiapkan generasi terbaik Indonesia di masa yang akandatang malah tidak tercapai.

Sumber: http://www.islampos.com/pengurangan-jam-kerja-perempuan-tidak-selesaikan-masalah-151306/