Opini
Derita Ibu di Era Neoliberalisme (2-Habis)
Rabu 17 Safar 1436 / 10 December 2014 15:00SEBAGAI contoh, kebijakan menaikan harga BBM yang berdampak kenaikan harga-harga kebutuhan terutama kebutuhan pokok, menjadikan kaum perempuan tak terkecuali para ibu terpaksa bekerja agar kebutuhan terpenuhi. Kebijakan ikut serta dalam MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) tahun 2015 juga memaksa kaum perempuan untuk berkontribusi di dalamnya. Dalam persaingan pasar bebas, sangat jelas kiprah perempuan di berbagai sektor akan semakin besar dieksploitasi. Pekerja perempuan akan semakin menjamur dimana-mana. Ide kesetaraan gender pun semakin bergema.
Wajar jika kita temukan banyak problem akibat eksploitasi perempuan ini. Hilangnya identitas perempuan dan ibu sebagai pendidik generasi. Ricuh rumah tangga, baik karena pertengkaran yang dipicu oleh ekonomi maupun perselingkuhan makin marak adanya. Kenakalan remaja, seks bebas dan anak-anak yang bermasalah semakin bertambah banyak.
Khilafah Islam melindungi hak dan kewajiban perempuan termasuk para ibu
Syariat Islam sangat memperhatikan urusan kaum perempuan. Baik hak-haknya maupun kewajibannya. Ada aturan yang sangat jelas yang ditujukan untuk perempuan atau pun ketika menjadi seorang ibu. Ibu adalah pencetak generasi yang pertama dan utama. Pada era kejayaan Islam, banyak sekali bukti bahwa kaum perempuan termasuk kaum ibu mendapat perlakuan yang sangat baik. Perlindungan terhadap hak-hak mereka begitu luar biasa.
Pada masa khalifah Umar, hak-hak perempuan juga dijamin keberadaannya. Seperti kasus penentuan besarnya mahar ketika akan menikah. Pada masa khalifah Muâtashim Billah penjagaan terhadap kehormatan perempuan sangat dijaga.
Khilafah Islam melindungi hak-hak kaum perempuan sekaligus para ibu salah satunya adalah dengan mekanisme ekonomi yang adil dan menyejahterakan. Kehidupan keluarga dijamin oleh negara dan juga dilindungi per individu. Kesejahteraan dalam sistem ekonomi Islam adalah ketika semua kebutuhan pokok per individu terpenuhi. Sistem nafkah yang seharusnya diperhatikan mekanismenya, dan dijamin negara.
Dalam Islam pun tak ada larangan perempuan bekerja. Namun tetap diperhatikan teknisnya sehingga hal tersebut tidak membuat kaum perempuan kehilangan fitrahnya. Justru sebaliknya, lahir para perempuan yang unggul dalam berbagai bidang kehidupan, tangguh dan taat pada Allah SWT, taat pada suaminya dan menjaga diri dan juga selalu berlomba dalam amal kebaikan untuk meraih keridhoan Allah SWT. []
HABIS
Redaktur: Rika RahmawatiSumber: http://www.islampos.com/derita-ibu-di-era-neoliberalisme-2-habis-151193/