DI antara tarikan itu adalah godaan gaya hidup. Tarikan ini mungkin tidak akan berpengaruh untuk mereka yang punya visi dan komitmen perjuangan yang kuat. Baginya, perjuangan dakwah adalah segala-galanya.
Juga tidak akan berpengaruh terhadap mereka yang memang tidak punya kesempatan untuk bisa masuk dalam pintu godaan ini. Jangankan gaya hidup, bisa memenuhi kebutuhan pokok saja sudah bagus.
Islam sama sekali tidak melarang aktivis dakwah hidup kaya. Selama sumber dan caranya halal dan baik, tidak ada batasan dalam Islam untuk meraih sarana hidup sebanyak-banyaknya.
Persoalan baru akan jelimet ketika gaya hidup yang serba mahal tidak disepadankan dengan sarana dakwah yang ada. Sulit bisa menerjemahkan sebuah kewajaran jika para pimpinan aktivisnya bisa punya mobil lebih dari satu, rumah besar, deposito lumayan; sementara sekretariat dakwahnya masih nebeng di masjid atau musholla. Dan, perjalanan program dakwah baru bisa bergulir jika pelaksananya harus keliling menjajakan proposal dana.
Kedua, atas kepentingan apa pun, ukhuwah sesama aktivis tidak boleh dinomorduakan. Karena kebersamaanlah yang menjadi modal utama kesuksesan dakwah setelah pertolongan dari Allah.
Itulah taujih rabbaniyah dalam surah Al-Anfal ayat 62. âDan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu. Dialah yang memberi kekuatan kepadamu dengan pertolongan-Nya dan dengan (dukungan) orang-orang mukmin.â
Ukhuwah sama sekali tidak berbanding lurus dengan melimpah atau sedikitnya sarana. Ia merupakan ikatan mahal yang tidak bisa dihargai dengan uang. Karena hati yang menjadi wadah ukhuwah terlimut dengan hal yang juga tidak ternilai: iman, cinta, taat, perjuangan, dan pengorbanan.
Sukses tidaknya masa depan dakwah, sangat bergantung pada lestari tidaknya ikatan ukhuwah. Kenalilah saudara kita, pahami persoalannya, jangan biarkan ia menghadapi ujian hidup dengan sendirian. Jangan menunggu ada tivi swasta lain yang mengungkap Supriono lain yang bukan sebagai petani. Melainkan, sebagai kader dakwah.
Rasulullah saw. mengatakan, âSeorang mukmin terhadap mukmin lainnya seumpama bangunan yang saling mengokohkan satu dengan yang lain. (Kemudian Rasulullah saw. merapatkan jari-jari beliau),â (HR. Muttafaq âalaih). []
HABIS
Redaktur: Saad SaefullahSumber: http://www.islampos.com/supriono-dan-ikatan-ukhuwah-bernama-dakwah-1-2-150806/