Mahasiswa, IPK Kalian Turun?

Mahasiswa, IPK Kalian Turun?

ipk

Oleh: Rana Ida Sugatri, Mahasiswa Unjani Bandung

MERASA indeks prestasi (IP) atau indeks prestasi kumulatif (IPK) turun? Atau bukan hanya menjadi perasaan namun sudah menjadi kenyataan? Harus nangis gitu? Harus marah ke dosen yang memberi nilai? Marah pada lingkungan? Menyalahkan jadwal yang mengaku super padat?

Ya, itu beberapa pertanyaan yang bisa diajukan pada diri ketika pada kenyataannya IP atau IPK turun. Banyak mahasiswa kecewa ketika mengetahui IP atau IPK tidak sesuai harapan sehingga berujung menyalahkan apapun yang bisa menjadi kambing hitam. Tidak salah, namun baikkah?

Kalau sudah IP atau IPK turun disemester ini, lantas apa yang bisa dilakukan? Menyalahkan keadaan yang sudah berlalu, bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan. Lalu?

We can see our life! Banyak sekali hal yang kita lupakan selama ini, Sob.

Setiap orang memiliki agenda atau ritme kehidupan yang berbeda. Ada beberapa tipe mahasiswa, diantaranya :

  1. Mahasiswa yang fokus belajar di akademik perkuliahan
  2. Mahasiswa yang fokus belajar, juga fokus di satu atau beberapa organisasi
  3. Mahasiswa yang fokus belajar, fokus diorganisasi, fokus kerja sampingan
  4. Mahasiswa fokus belajar, fokus kerja
  5. Mahasiswa fokus kerja
  6. Mahasiswa fokus organisasi

Beda gak tuh? Jelas beda, ada yang fokus pada satu hal dan ada juga yang fokus pada beberapa hal. Ada mahasiswa yang menyadari bahwa perkuliahan itu penting, namun ada juga yang mengenyampingkannya.

Tidak salah, namun baikkah?

Sekali, dua kali, IP atau IPK turun itu wajar, tapi kalau turun terus itu jadi pertanyaan.

Wajar itu masih wajar, ketika diri mulai sadar bahwa turunnya indeks prestasi merupakan suatu bahan evaluasi kesalahan. Bukan wajar yang bisa terus diulang.

Misal, tingkat dua merasa IP atau IPK turun harus bisa jadi batu loncatan agar tingkat tiga bisa lebih baik lagi. Jangan mengeluh, terkadang diri melihat rumput tetangga lebih hijau dibandingkan rumput di taman sendiri. Kalau diri mau bersyukur, banyak keajaiban yang telah menghampiri saat IP atauIPK itu turun. Apa?

Coba Diri Evaluasi

Banyak hal yang telah diri lakukan disaat mahasiswa lain tekun belajar. Banyak pengalaman hidup yang telah diri lewati lebih dari mahasiswa rata-rata. Banyak pembelajaran hidup yang baru diri sadari: betapa pentingnya arti waktu, betapa pentingnya belajar, betapa pentingnya membagi waktu (belajar, berbakti, bekerja, berorganisasi, istirahat), betapa pentingnya niat dan tujuan belajar, betapa pentingnya suatu organisasi dan pekerjaan, betapa pentingnya berbakti pada kedua orang tua, betapa pentingnya uang, betapa pentingnya mengenal karakter orang, dan betapa penting lainnya.

Tidak semua orang merasakan apa yang diri rasakan saat ini. Ketika IP atau IPK turun, itulah tamparan halus yang Tuhan berikan untuk diri yang sempat lalai akan bersyukur.

Untuk membayar itu semua, ikhlaskan diri saat ini menerima IP/ IPK yang mulai menipis jumlah angkanya. Berjuanglah agar diri ikhlas menerima IP/ IPK yang mulai bertambah lagi jumlah angkanya di semester selanjutnya.

Setelah Evaluasi Diri

Ternyata diri ini sadar, banyak hal yang telah diri lakukan dalam waktu kebelakang dan banyak hal pula yang harus diri lakukan dalam waktu kedepan. Menyadari pentingnya niat dalam belajar, lalu memperbaiki dan meluruskan niat sehingga memudahkan diri dalam menyerap ilmu yang diberikan oleh dosen. Menyadari pentingnya Tuhan, menguatkan diri bahwa semua adalah atas kehendakNya, tugas diri sebagai hamba ada berusaha bersungguh-sungguh dan mengembalikan hasil kepadaNya. Menyadari pentingnya waktu, mengajarkan kita membagi waktu antara kuliah, organisasi, dan bekerja. Hingga hasilnya seimbang: akademik mampu memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan dalam diri, organisasi mampu menjadikan diri lebih dewasa menjalani kehidupan, dan bekerja mampu menjadikan diri berusaha memanfaatkan apa yang telah diri miliki. Menyadari kesalahan saat ini, menjadikan diri lebih kuat dalam bertekad memperbaiki diri dimasa kini dan masa depan.

Jadi? Berpikir positiflah dalam menyikapi episode kehidupan, karena telah jelas antara diri dan orang lain pasti berbeda. Bersyukurlah bahwa Allah telah menakdirkan diri merasakan yang tidak semua orang rasakan. Sadarlah bahwa akademik itu penting karena diri adalah mahasiswa.

Jangan jadikan kesibukan saat ini menjadi salah satu indikasi kebodohan diri.

Mahasiswa yang berpikir adalah mahasiswa yang bisa mengambil hikmah disetiap kejadian. Kalau ada mahasiswa yang tidak bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian, berarti… (silahkan setiap diri menjawabnya). Salam Semangat Perbaikan! []

Redaktur: Ratna

Sumber: http://www.islampos.com/mahasiswa-ipk-kalian-turun-150717/