Demam Batu Akik, Ciri Masyarakat yang Sakit (1)

Demam Batu Akik, Ciri Masyarakat yang Sakit (1)

batu akik

Oleh: Lilis Holisah, Pendidik Generasi di HSG SD Khoiru Ummah Ma’had Al-abqary Serang â€" Banten

SAAT ini masyarakat Indonesia sedang mengalami demam batu akik. Kegandrungan banyak masyarakat terhadap batu akik menyebabkan banyak penjual musiman yang menjual batu akik. Setiap toko batu akik selalu diserbu para penggemarnya.

Direktur Pusat Kajian Hadis Dr Ahmad Lutfi Fathullah mengatakan, batu akik jadi haram dijual jika berkeyakinan sebagai sumber kekuatan, jimat, atau membawa berkah, karena hal itu mengarah ke syirik.

Akik yang dijual kepercayaannya sebagai jimat, bisa mencapai harga di atas Rp 10 juta. Namun, kalau hanya batu akik biasa karena keindahannya, harganya sekitar Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu.

Di Kabupaten Subang, Jawa Barat, kegandrungan terhadap batu akik di kalangan staf dan pejabat Pemerintah membuat Bupati Ojang Sohandi angkat bicara. Menurut Ojang, kegemaran para staf dan pejabatnya terhadap batu cincin, terutama batu akik, telah mengalahkan semua agenda prioritas kerja.

Padahal garapan kerja yang diprioritaskan hasilnya masih jauh dari harapan. Misalnya, masalah peningkatan mutu pendidikan, kesehatan, dan derajat ekonomi masyarakat yang tengah digenjot melalui program Gerakan Pembangunan Rakyat (Gapura).

Ternyata akik bukan saja menjadikan penggemarnya melakukan kesyirikan tetapi juga mengalihkan fokus perhatian mereka. Mereka yang seharusnya menjalankan amanah yang menjadi kewajibannya, malah tersibuki dengan sesuatu yang sia-sia bahkan menjerumuskan kepada kesesatan.

Masyarakat Yang Sakit Fenomena kegandrungan masyarakat terhadap batu akik, tidak terlepas dari persepsi-persepsi yang ada di tengah-tengah masyarakat. Sesungguhnya tingkah laku manusia sangat bertalian erat dengan persepsi-persepsi nya tentang kehidupan, karena sejatinya persepsi-persepsi itulah yang menjadi standar bagi pola sikap masyarakat.

Persepsi-persepsi ini laksana darah dalam tubuh. Jika darah yang mengalir dalam tubuh manusia bersih, maka manusia hidup dalam keadaan yang prima, sehat. Ia akan mampu bergerak/ beraktivitas dengan kesadarannya. Namun jika darah dalam tubuhnya kotor, maka bisa dipastikan, manusia hidup dalam kondisi yang ‘tidak sehat’ atau sakit.

Ia akan kesulitan beraktivitas, bahkan akan sangat bergantung terhadap orang lain. Inilah kenapa menjaga persepsi-persepsi yang bersih menjadi penting. Agar manusia mampu mengendalikan kehidupannya, bukan hanya untuk diri sendiri namun juga untuk umat manusia.

Saat ini, masyarakat digempur dengan persepsi-persepsi yang datangnya dari Barat yang berbahaya seperti sekulerisme, liberalisme, hedonisme, pluralisme, dan lainnya. Persepsi-persepsi inilah yang membentuk perilaku di masyarakat.

Kebebasan berperilaku yang digembor-gemborkan Barat melalui berbagai media, menjadikan masyarakat berperilaku bebas tanpa batas, sesuai nafsu syahwatnya. Keinginan memiliki batu cincin, terutama akik telah merebut perhatian masyarakat dari persoalan yang lebih penting.

Masyarakat tidak lagi mampu memandang mana yang penting dan mana yang tidak penting untuk diperhatikan. Masyarakat sekarang hanya fokus kepada diri sendiri, kesenangannya saja, tidak lagi peduli dengan manusia di sekitarnya. Inilah ciri masyarakat yang sakit.

Terlebih, negara tidak peduli melakukan penjagaan terhadap masyarakat. Negara membiarkan persepsi-persepsi berbahaya itu merasuk ke benak-benak masyarakat.

Mewujudkan Masyarakat Islam

Islam dengan seluruh risalahnya yang luhur telah menjaga bangunan masyarakat dengan penjagaan yang sempurna. Masyarakat Madinah adalah model terbaik dari masyarakat yang sehat dan berperadaban luhur. Islam, sejak kelahirannya di Jazirah Arab, telah menorehkan prestasi yang luar biasa dalam membawa masyarakatnya pada keluhuran martabat.

Dalam naungan wahyu Allah SWT, Islam juga berhasil melebur pemikiran dan perasaan masyarakatnya dalam kemurnian akidah Islam serta keharmonian hukum-hukumnya. Tidak aneh jika keutamaan kota Madinah diilustrasikan oleh Rasulullah saw. seperti alat peniup tungku pandai besi yang mampu menyingkirkan karat besi. Rasulullah saw. bersabda:

“Madinah itu seperti tungku (tukang besi) yang bisa membersihkan debu-debu yang kotor dan membuat cemerlang kebaikan-kebaikannya.” (HR al-Bukhari).

BERSAMBUNG

islampos mobile :

Redaktur: Fatmah Hasan