Oleh: Nafiisah Fb, [email protected]
Bagi Demokrasi Itu Mimpi
PEREMPUAN-perempuan istimewa dengan visi surgawi mereka telah terbukti menghantarkan para buah hati menjadi orang-orang hebat di masanya. Tak bicara tentang materi, namun kehebatan mereka melebihi apa yang orang berpunya miliki.
Visi itu selalu melekat kepada para perempuan istimewa tersebut. Visi bahwa anak-anak rahim mereka harus menjadi yang terbaik di hadapan Allah SWT dan memiliki andil nyata sebagai pelindung agama, rujukan solusi bagi permasalahan yang ada, dan pembimbing umat untuk senantiasa berlaku sebagai khoiru ummah saja. Umat terbaik. Bukan umat pembebek.
Namun, visi itu memudar bahkan hilang. Kaum hawa sedang berada di persimpangan jalan. Tak sedikit yang tergerus kenyataan hidup. Hidup butuh uang, dan uang hanya bisa didapat dengan bekerja, membuat mereka merelakan cita-cita besar tersebut lenyap tak tersisa. Biarlah buah menjadi orang biasa-biasa saja dalam urusan agama selama urusan perut terpenuhi, pendidikan cukup untuk menggapai materi.
Sebagian dari mereka masih menyimpan cita-cita besar tersebut atas anak keturunan mereka untuk bisa menjadi orang-orang hebat nan sholih dan mulia. Mereka harus berjibaku dengan himpitan ekonomi. Ada yang mampu menaklukkan himpitan itu dan mengubahnya menjadi kekuatan, sehingga selamatlah cita-cita besar. Namun, perjuangan tak lantas menjadi ringan. Karena fenomena yang di hadapan seringkali âmengombakâ dengan arah yang berlawanan.
Tontonan televisi yang tak mendidik, hedonisme yang semakin mewarnai gaya hidup, laku suka-suka terserah keinginan tanpa mau tahu aturan agama (Islam), dan halal-haram menjadi hal yang samar, itu sebagian kecil dari tembok penghalang. Penghalang bagi para perempuan untuk benar-benar muncul sebagai muslimah yang utuh.  Penghalang terwujudnya ke-sholih-an sejati para generasi. Penyebab bermunculannya tembok penghalang itu adalah akidah sekulerisme yang telah merasuki kepala dan sanubari. Memisahkan agama dalam kehidupan.
Kemudian sekulerisme itu semakin tegak kuat berakar dengan demokrasi sebagai penyangganya. Demokrasi yang meniscayakan manusia sebagai penentu segala. Padahal manusia hanya hamba, penuh dengan segala keterbatasan dan kelemahan. Bahkan untuk sekedar mengetahui penampakan telinga saja butuh bantuan alat lainnya. Cermin misalnya. Lalu dengan dasar apa manusia merasa layak untuk menentukan aturan hidup dan kehidupan bagi dia dan manusia lainnya? Kalau bukan karena demokrasi yang membuatnya menjadi legal di hadapan manusia.
Demokrasi hanya akan menjadikan cita-cita besar itu menjadi mimpi tak berkesudahan.  Lahirnya generasi cemerlang yang akan memajukan dan memandirikan bangsa  dalam ketaatan secara kaafah kepada Allah WT dan Rasulullah saw tinggal angan. Satu-dua bisa saja muncul di permukaan. Namun, ketika level bangsa atau bahkan generasi yang dipertaruhkan, demokrasi pasti akan habis-habisan membangun penghalang. Mana mungkin demokrasi mau memberikan jalan lapang bagi orang yang selalu melakukan ketaatan menyeluruh kepada Allah SWT dan Rasulullah saw yang orang-orang itulah nanti yang akan meluluhlantakkan sistem demokrasi itu sendiri?
Para muslimah  yang memiliki ketaatan luar biasa kepada Allah SWT dan Rasululllah hanya akan mewujud dalam sistem Islam yang sesuai dengan fitrah manusia. Kaum hawa bisa âleluasaâ dan ânyamanâ mendidik anak-anak mereka untuk menjadi bagian dari generasi terbaik, itu hanya akan terealisasi dalam naungan yang kondusif. Sistem syariah dan khilafah. Dengan begitu sudah selayaknya para muslimah saat ini hanya memilih  Islam untuk dilakoni dengan sebaik-baiknya. Sudah saatnya para muslimah berjuang bersama mewujudkannya ada dalam kehidupan semesta. Sehingga bisa hadir generasi terbaik yang siap terjun ke tengah-tengah umat, sebagai pemimpin yang melayani dalam kesholihan tingkat tinggi. Jika sudah begitu tinggal tunggu saatnya tiba keberkahan itu Allah SWT limpahkan dari langit dan bumi.
âJikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.â (TQS: Al-Aâraf Ayat: 96) []
Redaktur: Fatmah HasanSumber: http://www.islampos.com/para-perempuan-di-persimpangan-jalan-2-habis-151612/