BAYANGKAN jika sebuah amanah dipegang oleh mereka yang punya keadaan seperti di atas. Akan terjadi beberapa kemungkinan. Boleh jadi, amanah akan terbengkalai karena ditinggalkan dengan tanpa beban. Kemungkinan berikutnya, terjadi konflik dalam pos yang diamanahkan. Karena orang yang punya kecenderungan bekerja sendiri sulit bisa menyatu dalam kerja tim.
Betapa tidak nyamannya jika futur menghinggapi diri. Karena itu, perlu kehati-hatian agar tidak terjebak dalam futur. Ada beberapa sebab sehingga seorang mukmin bisa futur. Pertama, berlebihan dalam memahami dan menerapkan ajaran agama.
Sebab ini muncul karena kurangnya pemahaman bahwa Islam sangat sejalan dengan fitrah manusia. Tidak ada yang sulit dalam Islam. Pengamalan Islam akan menjadi berat jika diberat-beratkan. Bahkan, dalam jihad pun. âDan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitanâ¦â (QS. 22: 78)
Rasulullah saw. pernah memberi nasihat, âSesungguhnya agama Islam itu mudah dan tidaklah orang yang berlebihan dalam beragama melainkan ia akan dikalahkan olehnya.â (HR. Bukhari)
Dalam hadits lain, Rasulullah saw. bersabda, ââBerbuatlah sesuai dengan kemampuanmu, sesungguhnya Allah tidak akan merasa bosan sampai kamu sendiri yang merasa bosan. Dan sesungguhnya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang terus-menerus sekali pun sedikit.â (Mutafaq âalaih)
Sebab kedua, berlebihan dalam hal yang dibolehkan, mubah. Seorang mukmin menempatkan sarana hidup sebagai kendaraan buat kebahagiaan akhirat. Bukan buat pelampiasan.
Abu Sulaiman Ad-Darani mengatakan, âSiapa yang kekenyangan maka akan mendapat enam bahaya: kehilangan manisnya bermunajat kepada Allah, susah menghafal ilmu, kurang peduli terhadap sesama (karena mengira semua orang kenyang seperti dirinya), merasa berat beribadah, dan bergejolak syahwatnya. Karena, seorang mukmin akan menyibukkan diri berada di lingkungan masjid sementara orang yang perutnya kenyang akan sibuk di sekitar tempat pembuangan sampah.â (Riwayat Al-Ghazali dalam Ihyaâ Ulumidin)
Kaâab bin Malik memang pernah mengalami surut semangat dalam dakwah dan jihad. Tapi, sahabat yang banyak meriwayatkan hadits ini memohon ampun pada Allah karena kekhilafannya. Walaupun, ampunan itu mesti ia tebus dengan dikucilkan kaum muslimin selama empat puluh hari. []
SEBELUMNYA: Belajar dari Kaab bin Malik
Redaktur: Saad SaefullahSumber: http://www.islampos.com/sebab-sebab-seorang-mukmin-futur-151721/