Ketika Jihad Dianaktirikan

Ketika Jihad Dianaktirikan

Oleh: Ustadz Hardiansyah, Humas Lembaga Dakwah Robbani

Dalam keluarga sering terdengar istilah anak tiri. Asumsi yang berkembang terkait hal itu adalah selalu dimaknai dengan hal yang negatif. Semua itu terjadi dalam ruang lingkup sebuah keluarga. Sedangkan dalam Islam, ada dua ibadah yang sangat menonjol, yaitu haji dan jihad. Keduanya  memiliki ikatan yang erat, sebagaimana tertuang dalam hadits â€" hadits Rasulullaah shalalaahu ‘alaihi wassalam, di antaranya:


1. Dinilai sebagai utusan (duta) Alloh subhaanahu wa ta’aalaa

Ø£ÙŽØ®Ù'بَرَنَا عِيسَى بÙ'نُ إِبÙ'رَاهِيمَ قَالَ حَدÙ'َثَنَا ابÙ'نُ ÙˆÙŽÙ‡Ù'بٍ عَنÙ' Ù…ÙŽØ®Ù'رَمَةَ عَنÙ' أَبِيهِ قَالَ سَمِعÙ'تُ سُهَيÙ'Ù„ÙŽ بÙ'Ù†ÙŽ أَبِي صَالِحٍ قَالَ سَمِعÙ'تُ أَبِي يَقُولُ سَمِعÙ'تُ أَبَا هُرَيÙ'رَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللÙ'َهِ صَلÙ'ÙŽÙ‰ اللÙ'َهُ عَلَيÙ'هِ وَسَلÙ'ÙŽÙ…ÙŽ وَفÙ'دُ اللÙ'َهِ عَزÙ'ÙŽ وَجَلÙ'ÙŽ ثَلَاثَةٌ الÙ'غَازِي وَالÙ'حَاجÙ'ُ وَالÙ'مُعÙ'تَمِرُ

Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Utusan Allah ada tiga, yaitu; orang yang berperang, orang yang melakukan haji, dan orang yang melakukan umrah.” [HR Nasa’i]

حَدÙ'َثَنَا مُحَمÙ'َدُ بÙ'نُ طَرِيفٍ حَدÙ'َثَنَا عِمÙ'رَانُ بÙ'نُ عُيَيÙ'نَةَ عَنÙ' عَطَاءِ بÙ'نِ السÙ'َائِبِ عَنÙ' مُجَاهِدٍ عَنÙ' ابÙ'نِ عُمَرَ عَنÙ' النÙ'َبِيÙ'ِ صَلÙ'ÙŽÙ‰ اللÙ'َهُ عَلَيÙ'هِ وَسَلÙ'ÙŽÙ…ÙŽ قَالَ الÙ'غَازِي فِي سَبِيلِ اللÙ'َهِ وَالÙ'حَاجÙ'ُ وَالÙ'مُعÙ'تَمِرُ وَفÙ'دُ اللÙ'َهِ دَعَاهُمÙ' فَأَجَابُوهُ وَسَأَلُوهُ 
فَأَعÙ'طَاهُمÙ'

Dari Ibnu ‘Umar radliyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang mengerjakan ibadah haji dan umrah adalah para delegasi Allah. Allah memanggil mereka dan mereka menjawab panggilan-Nya. Mereka meminta kepada Allah, maka Dia memberikan permintaan mereka.” [HR Ibnu Majah]

2. Haji merupakan jihadnya kaum wanita

وَعَنÙ' عَائِشَةَ رَضِيَ اَللÙ'َهُ عَنÙ'هَا قَالَتÙ' قُلÙ'تُ: يَا رَسُولَ اَللÙ'َهِ! عَلَى اَلنÙ'ِسَاءِ جِهَادٌ ? قَالَ: نَعَمÙ', عَلَيÙ'هِنÙ'ÙŽ جِهَادٌ لَا قِتَالَ فِيهِ: اَلÙ'حَجÙ'ُ, وَالÙ'عُمÙ'رَةُ رَوَاهُ Ø£ÙŽØ­Ù'مَدُ, وَابÙ'نُ مَاجَهÙ'

Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anha bahwa dia bertanya: Wahai Rasulullah, apakah kaum wanita itu diwajibkan jihad? Beliau menjawab: Ya, mereka diwajibkan jihad tanpa perang di dalamnya, yaitu haji dan umrah.” [HR Ahmad dan Ibnu Majah]

3. Jihad bisa ditunda karena terbentur urusan haji

َوَعَنÙ' ابن عبÙ'اس سَمِعÙ'تُ رَسُولَ اَللÙ'َهِ صلى الله عليه وسلم ÙŠÙŽØ®Ù'طُبُ يَقُولُ: ( ” لَا ÙŠÙŽØ®Ù'لُوَنÙ'ÙŽ رَجُلٌ بِاِمÙ'رَأَةٍ إِلÙ'َا وَمَعَهَا ذُو Ù…ÙŽØ­Ù'رَمٍ, وَلَا تُسَافِرُ اَلÙ'مَرÙ'أَةُ إِلÙ'َا مَعَ ذِي Ù…ÙŽØ­Ù'رَمٍ “ فَقَامَ رَجُلٌ, فَقَالَ: يَا رَسُولَ اَللÙ'َهِ, إِنÙ'ÙŽ اِمÙ'رَأَتِي خَرَجَتÙ' حَاجÙ'َةً, وَإِنÙ'ِي اِكÙ'تُتِبÙ'تُ فِي غَزÙ'وَةِ كَذَا وَكَذَا, قَالَ: اِنÙ'طَلِقÙ', فَحُجÙ'ÙŽ مَعَ اِمÙ'رَأَتِكَ ) مُتÙ'َفَقٌ عَلَيÙ'هِ, وَاللÙ'َفÙ'ظُ لِمُسÙ'لِمٍ

Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam ketika khutbah bersabda: “Janganlah sekali-kali seorang laki-laki menyepi dengan seorang perempuan kecuali dengan mahramnya, dan janganlah seorang perempuan bepergian kecuali bersama mahramnya.” Berdirilah seorang laki-laki dan berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya istriku pergi haji sedang aku diwajibkan ikut perang ini dan itu. Maka beliau bersabda: “Berangkatlah dan berhajilah bersama istrimu.” [Muttafaqun Alaihi]

4. Jihad jika ditinggalkan padahal dalam kondisi mampu akan terkena sanksi  

عَنÙ' أَبِي هُرَيÙ'رَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللÙ'َهِ صَلÙ'ÙŽÙ‰ اللÙ'َهُ عَلَيÙ'هِ وَسَلÙ'ÙŽÙ…ÙŽ Ù…ÙŽÙ†Ù' مَاتَ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙ…Ù' يَغÙ'زُ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙ…Ù' يُحَدÙ'ِثÙ' بِهِ نَفÙ'سَهُ مَاتَ 
عَلَى شُعÙ'بَةٍ مِنÙ' نِفَاقٍ

Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa meninggal sedang ia belum pernah ikut berperang atau belum pernah meniatkan dirinya untuk berperang, maka ia mati di atas cabang kemunafikan [HR Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Nasa’i]

5.  Untuk ibadah haji Rasululloh shalallaahu alaihi wasallam memberikan peringatan keras

تَعَجÙ'َلُوÙ'ا إلَى الÙ'حَجÙ'ِ فَإِنÙ'ÙŽ أحَدَكُمÙ' لاَ يَدÙ'رِى مَا يُعÙ'رَضُ لَهُ رواه أحمد

Bersegeralah menunaikan haji karena sesungguhnya seseorang di antara kalian tidak tahu apa yang akan terjadi [HR Ahmad]

Ali bin Abi Tholib rodliyallohu anhu berkata :

Ù…ÙŽÙ†Ù' قَدَرَ عَلَى الÙ'حَجÙ'ِ فَتَرَكَهُ فَلاَ عَلَيÙ'هِ أنÙ' يَمُوÙ'تَ يَهُوÙ'دِيÙ'ًا أوÙ' نَصÙ'رَانِيÙ'اً

“Barangsiapa berkemampuan menunaikan ibadah haji lalu ia tidak menunaikannya maka terserah baginya memilih mati dalam keadaan yahudi atau Nasrani”

Umar bin Khothob radliyallohu anhu berkata :

لَقَدÙ' Ù‡ÙŽÙ…ÙŽÙ…Ù'تُ أنÙ' أبÙ'عَثَ رِجَالاً إلَى هذِهِ الأَمÙ'صَارِ فَيَنÙ'ظُرُوÙ'ا كُلÙ'ÙŽ Ù…ÙŽÙ†Ù' كَانَ لَهُ جَدÙ'َةٌ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙ…Ù' يَحُجÙ'ÙŽ لِيَضÙ'رِبُوÙ'ا عَلَيÙ'هِمُ الÙ'جِزÙ'يَةَ مَا هُمÙ' بِمُسÙ'لِمِيÙ'Ù†ÙŽ مَاهُمÙ' بِمُسÙ'لِمِيÙ'Ù†ÙŽ

“Aku bertekad mengutus beberapa orang menuju wilayah-wilayah untuk meneliti siapa yang memiliki kecukupan harta namun tidak menunaikan ibadah haji agar diwajibkan atas mereka membayar jizyah. Mereka bukanlah umat islam ! mereka bukanlah umat islam !”

Yang membedakan antara keduanya adalah ibadah haji dicita-citakan oleh semua umat islam. Haji juga dilindungi oleh negara,  bahkan negara juga mengambil alih semua proses penyelenggaraannya. Kemudian yang menjadi catatan penting bagi kita, bahwa orang kafir tidaklah terlalu risau dengan banyaknya muslim untuk turut pergi haji.


Bagaimana dengan jihad fisabilillah? Kita akan kesulitan untuk mendapatkan seorang muslim yang bercita-cita untuk berperang di jalan Allah ataupun mati syahid. Yang lebih menyulitkan lagi adalah, mencari satu saja dari negara muslim di dunia ini yang mengurusi dan memotivasi warganya untuk menunaikan jihad fisabilillah, atau menurunkan bantuan militer untuk wilayah muslim yang tertindas. Yang ada malah, negara-negara muslim bersatu padu di bawah Amerika untuk memburu para mujahid.

Walloohu ‘alaam.

Sumber: http://www.islampos.com/ketika-jihad-dianaktirikan-151613/