KELABUT duka kembali menyelimuti Indonesia. Belumlah duka Banjarnegara menguras air mata, masyarakat kembali dikejutkan dengan jatuhnya Pesawat Air Asia QZ 8501.
Pesawat Air Asia yang hilang kontak itu adalah Airbus A320-PK-AXC dengan rute Surabayaâ"Singapura. Menurut Kementerian Perhubungan, pesawat terbang pada pukul 5.20WIB.
Total penumpang yang check-in adalah 154 orang dan 1 bayi sehingga total 155 orang. Sebanyak 154 penumpang itu terdiri dari 70 pria dewasa, 68 perempuan dewasa,16 anak-anak.
Selanjutnya, duka juga masih belum mau pergi dari Aceh. 10 tahun lalu, kita masih ingat ganasnya ombak Tsunami menerjang Aceh. Sebanyak 120.966 jiwa telah mengungsi dari rumanya.
Tercatat banjir merendam 73 kecamatan di 7 kabupaten yaitu Kab. Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Tamiang, Aceh Selatan, Pidie, Lhokseumawe, dan Banda Aceh.
Segala kesulitan yang menimpa kita sudah sepatutnya membuat kita tafakur dan memohon ampun.
Setidaknya ada tiga analisa sering diajukan untuk mencari penyebab terjadinya bencana tersebut. Pertama, azab dari Allah karena banyak dosa yang dilakukan. Kedua, sebagai ujian dari Allah. Ketiga, Sunnatullah dari gejala alam.
Jika bencana dikaitkan dengan dosa-dosa bangsa ini mungkin saja benar, sebab kemaksiatan disponsori oleh para pemimpin, maupun sebagian rakyatnya, perintah atau ajaran agama banyak yang tidak diindahkan, orang-orang miskin diterlantarkan. Sebagaimana firman Allah:
Jika Kami menghendaki menghancurkan suatu negeri, Kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah (berkedudukan untuk taat kepada Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan daiam negeri tersebut, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya,â (Al-Isra'[17]: 16).
Sudah selayaknya bencana kita kembalikan semuanya kepada kehendak dan kekusaan Allah. Kejadian ini harus membuat kita muhasabah atas kerusakan dan kelalaian yang telah diperbuat.
Uang dihambur-hamburkan, kemaksiatan dibiarkan, kedustaan dilestarikan, orang-orang yang menderita diabaikan, gaya hidup menyelisihi Islam, kekayaan alam dihancurkan.
Tentu dengan segala kondisi ini, kita harus mulai bangkit dan meninggalkan segala kesalahan yang telah kita lakukan.
Saat momentun tahun baru, umat Islam tak perlu menghamburkan dana. Masih banyak orang-orang miskin yang membutuhkan uluran tangan. Alangkah lebih bermanfaat, jika kelebihan rizki dalam diri, kita salurkan untuk mereka. Sekecil apapun bantuan kita, tentu sangat bermanfaat bagi mereka. []
Redaktur: RayhanSumber: https://www.islampos.com/haruskah-kita-berpesta-di-tengah-bencana-154973/