DISUNNAHKAN bagi seseorang untuk menghiasi dirinya dengan adab atau tata krama masyarakat dan memperhatikan kesihatan. Meludah di jalan merupakan perbuatan yang tidak patut dan dapat menyakiti orang lain.
Namun demikian kita tdak mendapatkan satu nash pun yang melarang meludah di jalan dan pada asalnya segala sesuatu adalah ibahah (boleh) hingga ada dalil yang mengharamkannya.
Terdapat beberapa pendapat ahli ilmu tentang hal ini. Pemilik âMathalib Aulaa an Nahyiâ mengatakan bahwa hal itu dibolehkan kecuali di masjid dengan menghadap ke sebelah kiri dan dibawah telapak kakinya.
Tidak ada larangan meludah di jalan baik pelakunya adalah seorang yang sedang sakit atau sehat kecuali apabila orang itu menderita penyakit menular yang dapat menyebarkan penyakitnya itu melalui ludahnya.
Maka dilarang pada saat itu untuk meludah di jalan kecuali jika langsung di pendamnya (digosok-gosokkan di tanah) berdasarkan keumuman sabda Rasulullah saw, âJanganlah saling menyakiti.â (HR. Malik)
Terdapat beberapa adab dalam meludah, diantaranya: menjauhi meludah ke arah kiblat dan ke sebelah kanannya. Didalam sunan Abu Daud dan yang lainnya dari Hudzaifah bahwa Rasulullah saw bersabda, âBarangsiapa yang meludah ke arah kiblat maka ludahnya itu akan datang dihadapannya pada hari kiamat.â
Didalam riwayat Ibnu Khuzaimah dari hadits Ibnu Umarâ"marfuâ"Akan dibangkitkan orang yang meludah ke arah kiblat pada hari kiamat dan dia mendapati ludahnya itu di wajahnya.â
Ash Shanâaniy didalam âSubul as Salamâ berkata, âMeludah ke arah kiblat seperti meludah ke arah kanan sesungguhnya hal itu dilarang juga secara mutlak.
Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dari Ibnu Masâud bahwa dirinya tidak menyukai meludah ke arah kanannya meski tidak dalam keadaan shalat. Dari Muadz bin Jabal berkata, âAku tidak pernah meludah ke sebelah kananku sejak keislamanku. âDari Umar bin Abdul Aziz bahwa dirinya juga melarang hal demikian.
Didalam âMughni al Muhtaj Ila Maârifah Alfazh al Manhajâ yang ditulis Syarbiniy disebutkan bahwa makruh meludah ke sebelah kanan dan depannya meskipun tidak dalam keadaan shalat, sebagaimana dikatakan penulisnya.
Berbeza dengan apa yang dipilih oleh al Azraâiy yang mengikuti pendapat as Subkiy yang mengatakan bahwa hal itu adalah mubah (boleh) akan tetapi tempat yang dimakruhkan adalah ke arah kiblat sebagaimana pendapat sebagian mereka (ulama) untuk memuliakannya. (Markaz al Fatwa No. 61665)
Jadi sebaiknya bagi seorang yang berkendaraan untuk menahan diri dari meludah di jalan terlebih lagi apabila kendaraannya sedang berjalan kerana dapat memungkinkan ludah yang dikeluarkannya itu tertiup angin dan mengenai orang yang di belakangnya dan perbuatan ini termasuk menyakiti orang lain yang dilarang islam sebagaimana hadits, âJanganlah saling menyakiti.â (HR. Malik)
Ketika sedang memandu dan terasa hendak meludah, hendaklah memberhentikan kenderaan dan meludahnya di sebelah kirinya dan menggosokkan ludah tersebut dengan kaki. manakalah ketika kenderaan sedang sibuk pula bolehlah memperlahankan kenderaan sebelum meludah kerana dikhuatiri terkena kenderaan di belakang akibat ditiup angin dan menyakiti orang lain.
Mengenai larangan meludah ke arah kiblat, Rasulullah Shallallahu âalaihi wasallam pernah bersabda,
âBarangsiapa yang meludah ke arah kiblat, maka ia akan datang pada Hari Kiamat dnegan diludahi di antara kedua matanya.â
(HR. Abu Dawud dan ibnu Hibban dari Hudzaifah, dan Syaikh Al Albani menshahihkannya dalam kitab Shahih Al-Jamiâ, 6160).
Sedangkan untuk larangan membuang ingus ke arah kiblat, Rasulullah Shallallahu âalaihi wasallam pernah bersabda,
âDibangkitkan orang yang mengeluarkan ingus ke arah kiblat pada Hari Kiamat, (dimana ingus itu) dikembalikan ke wajah orang tersebut.â
(HR.Al-Bazzar dari Ibnu Umar, dan Syaikh Al bani menshahihkannya di dalam Shahih Al-Jamiâ, 2910).
Ringkasan:-
â" Ketika meludah Pandanglah ke sebelah kiri
â" Jangan meludah kearah Kiblat
Wallahu Aâlam[aldi/mencarinur]
islampos mobile :