Nasihat
Sanggup Kah Kita Berpikir Sejenak?
Selasa 29 Rabiulawal 1436 / 20 Januari 2015 22:31PERNAH anda mengalami kesal saat menghadapi kemacetan yang panjang? Diantara anda pasti ada yang memikirkan jalan pintas ada pula yang mencaci atau memaki. Benar atau tidak? Ya, memang kemacetan biasa membuat kita merasa tidak sabar, apalagi kalau sedang ada tugas dan pertemuan penting. Itu menjadi salah satu penghambat dan kegundahan hati.
Kemacetan diakibatkan karena luas jalan yang dilalui kita tidak memuat kendaraan yang ada. Bahkan juga akibat karena adanya jalan yang menjadi persimpangan dan biasanya kita temui kemacetan di persimpangan, di pertigaan atau perempatan jalan.
Apalagi kalau sudah ada jalan yang dilalui berada di lokasi tempat pabrik. Dijam sore biasanya para buruh sudah berpulang hingga mengakibatkan kemacetan yang tidak bisa dikendalikan.
Kemacetan bukanlah soal yang tidak biasa. Kemacetan itu bukanlah suatu masalah. Namun permasalahan itu datangnya dari hati, ketika hati merasa tidak nyaman dan mengeluh atas kondisi yang dihadapi. Maka sejatinya hati tidak bisa diproses terlebih dahulu.
Sebagai Muslim kita perlu memperhatikan dua konsep yang dibangun salah satunya hati dan pikiran. Jikalau keseimbangan hati dan pikiran tidak serta merta dibangun itu sulit untuk bagi kita untuk belajar ikhlas dan sabar.
Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, âSungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang muâmin: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.â (HR. Muslim)
Segala kejadian dan kondisi yang kita hadapi kita tidak bisa memutuskan satu persepsi yaitu hanya dengan hati. Jika hati membenarkan tanpa menghadirkan pikiran itu akan berakibat ego. Berbeda dengan menghadirkan dua keputusan antara keseimbangan hati dan pikiran. Kuncinya kita perlu telaah atau mengkaji ulang lewat pikiran. Setelah itu kesabaran pun akan senantiasa mendorong dan tertanam pada diri kita.
Jika dianalogikan kemacetan yang berjajarnya kendaraan yang saling ingin melewati kendaraan lain bahkan yang lain pun mengharapkan demikian apalagi jika cuacanya sedang panas, sama seperti halnya mereka yang sedang mengantri di padang mashar. menginginkan cepat untuk bebas dari antrian tersebut karena panasnnya yang tak tahan.
Kemacetan itu sebenarnya kita perlu tafakuri dan bersyukur sehingga langkah yang kita ambil atau kemacetan yang kita dapati bisa menjadi refrensi kita untuk dapat mengubah pribadi menjadi lebih baik dan mengambil dari sebuah pelajaran.
Orang biasa menggugurkan rasa kesalnya dengan mengamuk atau tidak mencaci perjalanan yang menghalangi jalannya.
Namun perlu kita ingat apapun upaya yang membuat kita tidak dapat menahan nafsu bukanlah sumber dari keburukan bisa jadi itu adalah ujian Allah bagi orang yang menginginkan taqwa dan derajat yang tinggi.
Apapun kendalanya, kita sebagai Muslim harus optimis dan kritis. []
islampos mobile :