TAHUN 1743, Rousseau sempat mendapat pekerjaan cukup mentereng sebagai sekretaris kedutaan Prancis di Venesia. Ia bekerja di situ selama sebelas bulan. Tapi kemudian dipecat karena sifat pribadinya yang buruk.
Rousseau juga dicap pengkhianat oleh Gereja Perancis karena suka berganti-ganti agama, sesuai kepentingannya. Ketika ia berkepentingan terhadap duitnya Madame de Warens, ia pindah ke agama Katolik. Namun, ketika ingin menjadi warga Genewa lagi, ia kembali ke keyakinannya semula, yaitu Calvinis.
Soal pemikiran politik, tokoh yang meninggal 1778 ini lebih mengarah kepada otoritarianisme. Negara, menurut Rousseau, tidak hanya otoriter, tetapi juga totaliter. Sebab, negara mengatur setiap aspek kehidupan manusia, termasuk pemikiran.
Dalam The Social Contract ia menegaskan bahwa setiap pribadi diwajibkan untuk memindahkan semua haknya ke negara secara keseluruhan. Ia berpendapat bahwa ada sebuah konflik yang tidak dapat dihilangkan antara sifat manusia yang mementingkan diri sendiri dan tugas sosialnya, antara manusia dan negara.
âMembuat manusia itu satu, dan kamu akan membuatnya bahagia. Berikan semua kepada negara, atau biarkan dia semua pada diri mereka sendiri. Tetapi jika kamu membagi hatinya, kamu telah merobeknya. Oleh karena itu, kamu harus memperlakukan warga negara sebagai anak dan mengontrol pertumbuhan dan pikiran mereka untuk menanamkan hukum sosial ke dalam hati mereka,â jelasnya.
Sumber: https://www.islampos.com/rousseau-pujaan-yang-tak-layak-jadi-teladan-2-habis-156600/