Perkaya Nilai Belajar dengan Cyber World

Perkaya Nilai Belajar dengan Cyber World

Oleh: Muzayyinatul Hamidia, Mahasiswi Pascasarjana Universitas Islam Malang

MEROKETNYA perkembangan Information-Communication and Technology (ICT) atau yang dikenal dengan sebutan tekhnologi informasi dan komunikasi telah memberikan dampak yang sangat positif khususnya pada kemajuan dunia pendidikan dewasa ini. Paradigma sistem pendidikan yang semula berbasis konvensional dengan mengandalkan tatap muka saja, beralih menjadi sistem pendidikan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu dengan sentuhan cyber world (dunia maya) yang dikenal dengan istilah e-learning.

E-learning didefinisikan sebagai usaha untuk sebuah transformasi proses belajar mengajar yang ada disekolah ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi internet (Sukoco, 2012). Dengan kata lain, e-learning merupakan salah satu model pembelajaran yang memberikan kemudahan dalam mengakses informasi bagi para pelaku pendidikan khususnya siswa guna memperkaya nilai belajarnya.

Nilai belajar yang dimaksudkan disini merujuk kepada makna belajar siswa. Bagaimana siswa memiliki nilai/makna belajar yang bisa meningkatkan kualitas pengetahuan dan pengembangan dirinya, bukan hanya semata-mata untuk nilai hitam diatas putih.

Dunia cyber menawarkan banyak informasi untuk diserap oleh siswa. Pada mata pelajaran bahasa inggris misalnya, siswa dapat mengakses video atau audio untuk meningkatkan kemampuan listening atau pronounciation-nya dari native speaker sehingga siswa tidak hanya belajar bahasa namun juga bisa belajar nilai-nilai kebudayaan asing untuk memperluas khazanah pengetahuan dan pemahaman kebudayaannya.

Untuk menambah wawasan pengetahuan yang paling mutakhir, siswa juga bisa mengakses jurnal-jurnal ilmiah baik yang berstandart nasional atau internasional secara cepat dan mudah. Hal ini menjadikan wawasan mereka tidak hanya ditingkat lokal namun berskala internasional yang tentunya berpengaruh kepada perkembangan kecerdasan intelegensi dan psikologisnya.

Kebermaknaan belajar siswa melalui e-learning juga bisa dilihat dari intensitas hubungan interaksi guru dan siswa yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dengan tetap adanya interaksi ini guru tidak kehilangan prinsip-prinsip pedagogisnya meskipun dalam konteks dunia cyber.

Hal ini senada dengan pernyataan Bates dan Wulf (1996) dalam Wijaya (2012) mengatakan bahwa pembelajaran e-learning juga memiliki kelebihan sebagai berikut (i) meningkatkan interaksi pembelajaran (enhance interactivity), (ii) mempermudah interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place Flexibility) (iii) memiliki Jangkauan yang lebih luas (potential to reach a global audience) dan (iv) mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of contents as well as achievable).

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dunia cyber juga memberikan penawaran informasi yang tidak mendidik kepada siswa, seperti halnya video-video kekerasan atau yang berbau pornography, sehingga harus ada kontrol baik dari orang tua ataupun guru. Untuk melakukan kontrol tersebut, tentunya guru dituntut untuk terus mengikuti perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi.

Sampai saat ini dunia masih memerlukan para guru dengan jumlah yang lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik. Dalam penelitian Wijaya (2012) konferensi Dakar mengungkapkan bahwa masih ada 100 juta anak-anak yang putus sekolah, mereka memerlukan para guru seiring dengan target dunia untuk pendidikan di tahun 2015.

Cyber world (dunia maya) benar-benar sudah menawarkan sense yang berbeda dalam dunia pendidikan, tinggal bagaimana pendidik (guru) mengarahkan siswa menggunakan fasilitas ini dalam proses belajar yang lebih bermakna. []

islampos mobile :

Redaktur: Eva