Oleh: Pandu Wibowo, Mahasiswa UIN Jakarta/ KordinatorDivisi Syiar LDK Syahid
TELAH kita ketahui bersama bahwa kerap kali orang-orang bangga dengan kata âNasionalismeâ. Banyak sekali yang terpesona dengan seruan nasionalisme atau paham kebangsaan. Kita bisa lihat negara-negara di Timur termasuk Indonesia sangat bangga akan nasionalisme karena sama-sama merasakan penjajahan Barat. Di mana Barat melecehkan kehomartan suatu bangsa, mencoreng kemuliaannya, dan menahan suatu bangsa untuk berdiri di kaki sendiri dan merdeka atas namanya sendiri. Bahkan tidak tanggung-tanggung Barat telah memeras harta dan darah orang-orang yang ada di dalam daerah jajahannya.
Para tokoh, pemimpin, penguasa, di suatu negara pasti ingin mengusir penjajah yang telah merugikan negaranya. Mereka berjuang dengan gigih tanpa takut untuk membebaskan bangsanya dari penjajah. Mereka pun berkoar, bekomentar, berorasi, dan memekikan gaung pembebasan atas nama nasionalisme atau kebangsaan.
Apa yang dilakukan para pejuang kemerdekaan itu pada dasarnya baik. Namun, akan menjadi tidak baik ketika mengutarakan bahwa Islam itu tersendiri dan fikrah nasionalisme itu sendiri. Bahkan ada pemahaman yang mengatakan bahwa seruan kepada Islam justru akan memecah belah persatuan bangsa dan melemahkan ikatan bangsa. Bukan berarti aktivis muslim dan aktivis dakwah mengatakan nasionalisme itu salah. Namun yang perlu kita ketahui juga nilai-nilai yang ada di dalam nasionalisme sendiri juga memiliki persamaan di dalam ajaran Islam. Salah satu penjelasannya ada di dalam buku Risalah Dakwah Hasan Al Banna antara lain:
1. Nasionalisme Kerinduan
Jika yang dimaksud dengan nasionalisme oleh para penyerunya adalah cinta tanah air, rindu kepadanya, dan ketertarikan pada lingkungan di sekitarnya, nasionalisme seperti ini sebenarnya sudah tertanam dalam fitrah manusia di satu sisi, dan di sisi lain diperintahankan oleh Islam. Salah satu orang yang telah mengorbankan segalanya demi akidah dan agama, adalah Bilal yang mengungkapkan kerinduan pada Makkah melalui bait-bait syiar yang lembut dan indah. Sungguh, Rasulullah SAW pun mendengar gambaran tentang Makkah dari Ushail, tiba-tiba saja air mata beliau bercucuran, karena rindu padanya.
2. Nasionalisme Kebebasan dan Kehormatan
Jika nasionalisme yang dimaksud adalah keharusan bekerja serius untuk membebaskan tanah air dari penjajah, mengupayakan kemerdekaannya, serta menanamkan makna kehormatan di dalam masyarakat, maka para mujahidin yang berjuang membebaskan tanah airnya di Palestina, Suriah, Mesir, dan dunia Islam lainnya memiliki kesamaan dan mendukung nasionalisme sejenis ini.
BERSAMBUNG
Redaktur: Rika RahmawatiSumber: https://www.islampos.com/islam-dan-nasionalisme-1-155613/