PEMBACA budiman, pada akhir Desember pekerja muslim selalu menghadapi situasi dilematis. Mereka harus dihadapkan pada dua pilihan sulit: antara karir dan akidah.
Sebagai muslim, mereka sadar, penggunaan atribut natal bertentangan dengan akidah Islam. Telah banyak petuah dari pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar para pekerja tak sungkan menolak pakaian ini.
Namun di sisi lain, mereka harus tunduk pada aturan perusahaan. Instruksi manager bagai sabda yang harus dijalankan karyawan, mau setuju ataupun tidak.
Hasilnya, para pekerja muslim benar-benar menggatungkan atribut natal di kepala dan tubuhnya di tengah derai nurani yang berkecamuk dalam hatinya. âSelamat kamu tidak murtad, kan tidak masalah!â dalih sang manager.
Para pekerja sempat lega ketika ada imbauan dari Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin agar perusahaan tidak menyodorkan atribut Natal kepada karyawan muslim.
Namun apa daya, pelaku usaha menilai, ucapan Menteri Agama itu sekedar anjuran, dan tak mesti diikuti karena bukan fatwa.
Sebagai media, Islampos merasa tertantang untuk mengurai masalah ini. Kami segera menggelar rapat dan menurunkan tim, untuk memotret lebih jauh duka karyawan muslim.
Dari siang hingga malam, wartawan Islampos Andi Ryansyah dan Azeza Ibrahim Rizki menelusuri pusat perbelanjaan, gerai capat saji, perusahaan retail dan tempat lainnya, demi menulis keluh kesah para karyawan.
Tak hanya itu, kami turut meminta keterangan dari pihak Manager Perusahaan sebagai komitmen Islampos menjunjung tinggi asas pers.
Semoga Majalah Digital Edisi Khusus Atribut Natal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak terkait.
Untuk mendapatkannya, Anda bisa mengunggahnya DI SINI. []
Redaktur: Saad SaefullahSumber: https://www.islampos.com/majalah-digital-islampos-no-1-edisi-atribut-natal-155766/