Mahasiswa, Temukan Kebenaran, lalu Serulah!

Mahasiswa, Temukan Kebenaran, lalu Serulah!

mahasiswa tas

Oleh : Mulkan Fauzi, LDK KISI Universitas Siliwangi Tasikmalaya

SETIAP manusia adalah da’i, tak peduli apapun profesi; guru, pedagang, office boy, mahasiswa, ataupun supir taksi. Karena mengajak pada kebaikan bukanlah suatu pilihan, melainkan satu kewajiban.

Maha; berarti puncak, level tertinggi, atau atas.
Siswa; berarti bodoh.

Dapat disimpulkan dari dua pembentuk kata diatas bahwa secara fundamental mahasiswa berarti orang bodoh paling tinggi; orang bodoh tingkat atas. Tetapi makna ilahiyyah; saripati dari definisi tersebut adalah mahasiswa berarti, sang pencari kebenaran tertinggi.

Maka sudah sememangnya setiap mahasiswa tugasnya adalah mematut diri, tiada pernah berhenti mengaji; merajah setiap titik persoalan, menggurat setiap garis-garis permasalahan, menguraikan, lalu menarik simpulan sehingga nampak satu kebenaran yang cantik. Tetapi sudah barang tentu kebenaran-kebenaran yang berhasil terurai tersebut haruslah berlandaskan pada benar sebenar-benarnya benar, yang tiada kebenaran lain selain daripadanya; Al-Qur’an.

Menyoal diri mahasiswa dan dakwah, tentu terdapat satu benang merah yang sama, yaitu kebenaran. Mahasiswa, sang pencari kebenaran; dan dakwah, menyeru pada kebenaran.

“Waltakun minkum ummatun yad’uuna ilaa alkhayri waya/muruuna bialma’ruufi wayanhawna ‘ani almunkari waulaa-ika humu almuflihuuna” Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung,” (Ali Imran: 104).

Jika boleh menambahkan satu kutipan, “Orang bodoh akan kalah dengan orang pintar. Orang pintar akan kalah dengan orang cerdas. Orang cerdas akan kalah dengan orang cerdik. Tetapi orang cerdik akan kalah dengan orang yang beruntung.”

Kehidupan mahasiswa tak hanya sebatas kost-kampus-warung makan, tetapi lebih kompleks dari itu. Banyak peran-peran yang disandang dalam kehidupan, di luar kegiatan kuliah mereka; di dalam kemasyarakatan.

Sebagai social control, mahasiswa harus mampu menjadi operator masa, minimalnya bisa membuat satu grand desain; peta yang akan mengarahkan masyarakat untuk lebih baik kedepannya. Iron stock, mahasiswa sebagai aset bagi masyarakat, pribadi-pribadi tangguh yang bermoral. Agent of change, pembawa perubahan. Tentu ini erat kaitannya dengan menyeru; amar ma’ruf nahi munkar.

Beberapa skema-strategi yang dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai media untuk menyeru:

1. Dakwah bil haal.
Sememangnya pengajaran paling efektif itu adalah dengan memberi contoh perbuatan. Mengkatualisasi dan memposisikan diri sebagai seseorang yang patut dicontoh.

2. Dakwah bil lisaan.
Setelah mampu untuk mengaktualisasikan diri, maka saatnya untuk menyeru dengan perkataan. Alasan kenapa saya tempatkan lisan setelah perbuatan, karena amat besar kebencian Allah pada orang yang mengatakan apa yang dia tidak kerjakan. Bagaimana mungkin ketika anda menyeru untuk bersedekah, orang serta merta akan bersedekah, meskipun Anda sebutkan keuntungan-keuntungan sampai matematikanya, jika mereka tahu bahwa Anda pun tidak sedekah?

3. Dakwah bit-tadwin.
Dakwah lewat tulisan. Tiada tinta paling berharga selain tinta yang ditumpahkan untuk ilmu. Media-media seruan, dewasa ini tak hanya sebatas melalui perbuatan dan lisan saja, karena dakwah harus fleksibel dengan zaman, maka menulislah; seru-tulislah meskipun itu di portal berita, bahkan media sosial pun.

Karena bunga-bunga dakwah takkan pernah mekar, jika tak satupun orang yang menyiramnya; karena pelangi dakwah takkan indah jika hanya dihiasi satu warna; karena dakwah takkan pernah terbang, jika tak ada yang membentangkan sayap, dan mengepakkannya.

Mahasiswa, temukan kebenaran. Lalu serulah! []

Redaktur: Saad Saefullah

Sumber: https://www.islampos.com/mahasiswa-temukan-kebenaran-lalu-serulah-155762/