2015, dari Mosul, ke Suriah, ISIS?

2015, dari Mosul, ke Suriah, ISIS?

isis-mosul

ISIS atau kemudian menjadi IS (Islamic Stateâ€"atau secara bebas diartikan Negara Islam) bermulai dari Mosul pada tahun 2014. ISIS jelas mempunyai keterikatan sejarah dengan kota ini sejak Juni tahun lalu, dan sekarang ini, setiap pembicaraan tentang mengalahkan “kekhalifahan versi ISIS” harus melibatkan bagaimana merebut Mosul.

Mosul adalah wilayah terbesar yang dikuasai oleh ISIS. Bruce Riedel, praktisi senior di Brookings Institution dan direktur Intelligence Project Amerika, mengatakan jika ISIS kehilangan Mosul, maka ISIS akan kehilangan semuanya. “Tapi jika mereka terus menguasai Mosul, kelompok itu akan terus eksis di masa mendatang,” tandas Riedel.

Riedel adalah salah satu pakar kontraterorisme yang jauh-jauh hari sudah memeringatkan tentang ISIS dan ia sama sekali tidak meremehkan besarnya ancaman kebangkitan kelompok ini musim panas tahun lalu. Ketika ISIS merebut Mosul pada tanggal 10 Juni, di Doha, Riedel mengatakan bahwa “ISIS adalah bayangan tua dari al-Qaeda” dan”Hantu Abu Musaab al-Zarqawi sedang mengintai Timur Tengah.” Enam bulan kemudian setelah perkataan Riedel tersebut, ISIS mampu menghasilkan sekitar $ 2 juta per hari pendapatan dari minyak saja dan berhasil merektur lebih dari 15.000 pejuang asing dari Australia dan China.

Untuk ISIS, Mosul menjadi starting point yang luar biasa. Daerah yang hampir seukuran Inggris itu terus menginspirasi “kelompok-kelompok kecil sejenis mulai dari Aljazair hingga Libya dan Pakistan”, sehingga akhirnya Amerika pun memutuskan untuk menggempur kelompok ini pada Agustus-September namun sampai sekarang tampaknya tidak ada kabar apapun soal jatuhnya Mosul. Amerika tidak sendiri. Di situ ada banyak komrad-komradnya, semisal Arab Saudi dan Irak, dan tentu saja Iran.

Mosul Ajang Pertempuran

Para pejabat Irak dan AS menyepakati konsekuensi pertempuran untuk merebut kembali Mosul, namun ada perbedaan pendapat soal waktu operasi tersebut.

Jenderal perang AS melawan ISIS John Allen memperingatkan pada Oktober bahwa perebutan Mosul mungkin akan berlansung selama satu tahun mendatang. Namun tampaknya, pemerintah Irak tampaknya sudah hilang sabar dan mungkin memilih untuk tidak menunggu satu tahun untuk menguasai Mosul. Merebut kembali Mosul akan menjadi pukulan yang telak untuk ISIS dan memotong jalur perekrutan dan pemasukan, tetapi siapapun sadar, jika gagal, hal itu akan memberikan sinyal bahwa ISIS bahkan lebih kuat daripada apa yang sedang diproyeksikan sekarang.

Pindah ke Suriah?

Meningkatnya serangan terhadap ISIS di Irak dan juga mulai terlibatnya Iran dalam kekuatan AS, Irak, utamanya para milisi Syiah, tampaknya akan memaksa ISIS untuk berpaling ke barat dan pindah ke Suriah. Sejak serangan udara dimulai di Irak, ISIS lebih tertarik pada pertempuran di Aleppo Utara, dan di daerah perbatasan antara Suriah dan Libanon.

Anadolu Agency Turki melaporkan pekan ini bahwa ISIS sudah merelokasi anggota keluarga mereka dari Mosul ke Suriah. Medan politik dan militer di Suriah membawa risiko jauh lebih sedikit untuk ISIS daripada di Irak. Dengan eksodusnya ISIS ke Suriah, maka tidak akan terjadi polemik soal kelompok ini membela siapa, karena seperti diketahui banyak pihak, saat ini rezim Basyar al-Assad sibuk akan kelangsungan hidup sendiri, melumpuhkan elemen-elemen Sunni di negeri itu. Jika ada bias jarak tembak dan keraguan karena sebelumnya di Irak tidak jelas mana yang diperangi, maka di Suriah, akan memberikan gambaran hitam putih sejelas-jelasnya kepada ISIS.

Namun, untuk saat ini, semua orang harus berpikir soal Mosul. Siapapun yang berhasil di Mosul akan mendapatkan peta yang jelas soal siapa berkuasa di Irak. Dan atau di Suriah kemudian. [sa/islampos]

Redaktur: Saad Saefullah

Sumber: https://www.islampos.com/2015-dari-mosul-ke-suriah-isis-155705/