Oleh: Umar Syarifudin, Lajnah Siyasiyah Hizbut Tahrir Indonesia Kota Kediri
DIÂ tengah-tengah deru mesin kapitalisme. Di tengah kesemrawutan politik kotor yang dilakukan rejim sekuler. Di antara tangis wanita renta yang mengalami penggusuran. Di tengah derita dan kenestapaan hidup, dari harga diri dan kehormatan yang telah tercampakan. Ketika asa manusia-manusia bijak telah menemui kebuntuan. Ketika kritik-kritik konstruktif membentur tembok baja kekuasaan rejim boneka. Ketika tiupan angin perubahan tak roboh terbendung gunung yang kokoh, ketika gelombang perubahan ke arah Islam tak akan hilang karena terbentur karang. Umat menghirup angin segar perubahan.
Kapitalisme tetaplah menghitung detik kematiannya. Sebuah peradaban penebar teror itu sedang berada di ujung tanduk kehancuran. Miliaran umat sadar, mengamini agar kehancuran peradaban imperialis itu segera terjadi, mengingat betapa dahsyatnya kerusakan dan keburukan yang diakibatnya. Amerika serikat sebagai negara utama imperialis kapitalis berada pada keterdesakan untuk akhirnya menyatakan rasionalitas kekalahan mereka atas kekuatan kebenaran global: Islam.
Semangat perjuangan melenyapkan penjajahan kapitalis ini, serentak menggerakkan gerakan-gerakan Islam. Sebagian dari umat sering menyeru anti penindasan, mengkritik pemerintah atas kebijakan anti rakyat, menaikkan BBM, korupsi dana rakyat, dll. Penulis juga turut terpanggil membela Islam, menyelamatkan negeri. Perlu diwaspadai, para kapitalis menyerang umat dengan berbagai macam strategi-strategi baru untuk lebih menancapkan kuku hitamnya. Dan sebagian gerakan Islam dan pejuang tenyata terperdaya dalam kamuflasenya.
Skenario Penghancuran Sistematis
Skenario-skenario baru negara-negara kapitalis dirancang, sebagai reaksi terhadap perkembangan dunia yang mengarah pada perlawanan besar terhadap hegemoni kapitalisme. Ketika kapitalisme menemukan semangat pejuang Islam kaffah, maka dihembuskanlah Islam liberal/moderat. Ketika para penjajah melihat geliat kebangkitan Islam politik, segera dibesarkanlah demokrasi Islami. Ketika kapitalis melihat gelombang besar umat menuju Khilafah, segera dihantamlah dengan upaya sistematis monsterisasi Khilafah.
Gaya hidup hedonis dan bebas digembar-gemborkan untuk menggerogoti kepribadian Islam, universalitas ukhuwah Islamiyah dikotakkan dalam nasionalisme, gerakan-gerakan Islam diinjak, gerakan-gerakan liberalis diangkat, dll. Dampaknya liberalisme, pluralisme, feminisme, perenialisme, demokrasi, hedonisme, sinkretisme agama masih bertahan dalam kehidupan ini.
Memang kapitalisme adalah racun yang mencemari setiap ruang kehidupan. Hasilnya sebagian dari kita senantiasa terjebak dalam skenario-skenario ini. Mau tidak mau, ketika ide-ide rusak semakin dipopulerkan oleh pengembannya, maka semakin kokohlah akar kapitalisme di bumi ini. Demikianlah hasil dari proyek besar Barat : modernitas semu.
Adapun gerakan-gerakan radikal liberal yang ingin membebaskan manusia dari mitos-mitos kebodohan, Ternyata menyebabkan agnotisme terhadap agama, yang ujung-ujungnya sekulerisme, chaos, dan lahirlah nuansa kehidupan yang tidak harmoni. Refleksi dari budaya dan cita-cita penjajah ini menyebar ke seluruh dunia. Melalui pendidikan, citarasa dan gaya hidup, akhirnya sampai ke Indonesia, sampai ke tempat tinggal kita, menjerat kehidupan kita. menyedihkan.