Meningkatkan Dukungan untuk Segera Menaggulangi AIDS Ala Islam (1)

Meningkatkan Dukungan untuk Segera Menaggulangi AIDS Ala Islam (1)

penyakit-hiv-aids

Oleh: Dyah Kania Pitaloka S.Hum., Pendidik, tinggal di Rancaekek, Bandung

INDONESIA semakin hari semakin berwarna, masih ada kisruh terkait BBM naik dan buah kenaikan BBM pun masih terasa. Dari sisi sosial, kasus pergaulan bebas, aborsi, pelecehan pun makin marak seperti jamur di musim hujan.

Bulan Desember ini dunia diingatkan dengan HIV dan AIDS. Setiap bulan Desember tepatnya pada tanggal 1, dunia memperingati hari AIDS. Sepertinya sudah menjadi rahasia umum bahwa penyakit AIDS merupakan jenis penyakit menular, yang disebabkan oleh virus mematikan, HIV.

Virus ini awalnya diidap oleh mereka yang sering malakukan zina, atau gonta-ganti pasangan seks. Karena virus, maka virus ini bisa ditularkan kepada orang lain, baik pasangan seks pengidap virus tersebut, atau anak-anak yang lahir dari pasangan pengidap virus tersebut. Bahkan, kemudian virus tersebut bisa ditularkan melalui jarum suntik, infus dan sebagainya.

Tema Hari AIDS Sedunia tanggal 1 Desember 2014 ini adalah “Stepping Up the Pace Support for AIDS” (Meningkatkan dukungan untuk cepatnya ‘penanggulangan’ AIDS). Tema ini sungguhlah wajar, AIDS di dunia terus mengalami peningkatan. Buktinya, sejak 1 April 1987 s/d 30 Juni 2014 secara komulatif HIV berjumlah 142.950 kasus: AIDS sebesar 55.623 kasus, dengan angka kematian 9.760 kasus. Dari jumlah tersebut, yang dialami oleh kelompok umur 20-29 tahun menempati angka tertinggi, yaitu 18.287 kasus. Angka ini baru yang dilaporkan. Jika merujuk pada fenomena gunung es, 1 kasus HIV/AIDS yang muncul menunjukkan adanya 100 kasus lain yang belum diketahui. Jadi kita masih belum punya data konkrit terkait angka kasus HIV/AIDS yang sebenarnya terjadi.

Sekadar mengingatkan, apa sih solusi ABCD yang digadang-gadang bisa menjadi perisai dan mengurangi tersebarnya AIDS di dunia?

Dalam kampanye pencegahan HIV/AIDS, ada istilah ABCD. Ringkasnya, A=Abstinence alias jangan berhubungan seks; B=Be faithfull alias setialah pada pasangan, C=Condom alias pakailah kondom, atau D=no use Drugs atau hindari obat-obatan narkotika.

Solusi yang ditawarkan tampaknya bagus. Namun, pada realitasnya program kondomisasi lebih menonjol. Ironisnya, tahun 2013 lalu aktivitas bagi-bagi kondom ini dilakukan di kampus-kampus ternama tanah air. Tak hanya jajaran birokrat kampus yang kebakaran jenggot tetapi banyak aktivis mahasiswa yang juga jengah dengan program resmi dari Menteri Kesehatan saat itu. Apa maksud dari aktivitas kondomisasi ini kalau bukan menganjurkan seks bebas?

Tahun 2014 ini bukan berarti kondomisasi distop. Berita di beberapa jejaring internet mengabarkan bahwa pada awal bulan Desember ini di Afrika dan China ditemukan ada aktivitas bagi-bagi kondom gratis. Kok, aktivitas seks seolah-olah difasilitasi? Bagaimana jika hubungan ini terjalin di luar pernikahan atau parahnya hubungan intim ini berganti-ganti pasangan? Naudzubillahi min dzalik.

Selanjutnya, karena penularan HIV/AIDS banyak terjadi pada pengguna narkoba terutama suntik, maka untuk mencegah penggunaan narkoba, para pecandunya diberi solusi dengan substitusi metadon. Metadon adalah turunan dari narkoba (morfin, heroin dkk) yang mempunyai efek adiktif (nyandu) dan menyebabkan “loss control” (tidak mampu mengendalikan diri). Dengan dalih agar tidak menggunakan narkoba suntik metadon pun ditempuh karena metadon melalui mulut. Padahal, “loss control” akibat konsumsi metadon ini dapat menyebabkan perilaku seks bebas sebagai transmisi utama penularan virus HIV/AIDS.

Lebih ironis lagi adalah legalisasi penggunaan jarum suntik pada pecandu narkoba, dengan dalih agar tidak terjadi penggunaan jarum suntik secara bersama-sama. Padahal, langkah ini justru akan melestarikan penggunaan narkoba suntik. Siapa yang bisa menjamin jarum suntik akan digunakan sendiri? Sebab, fakta menunjukkan pengguna narkoba biasanya hidup berkelompok.

Jelaslah, solusi ala PBB itu tidak memberantas faktor penyebab utama (akar masalah) atau menghilangkan media penyebarannya yaitu seks bebas, namun justru melestarikannya. Jangan heran jika virus HIV/AIDS ini makin merajalela. Buktinya, tiap tahun angkanya meningkat.

BERSAMBUNG

Redaktur: Rika Rahmawati

Sumber: http://www.islampos.com/meningkatkan-dukungan-untuk-segera-menaggulangi-aids-ala-islam-1-152067/