Ibu dan Anak, Ketika Posisi Harus Berbalik Arah  

Ibu dan Anak, Ketika Posisi Harus Berbalik Arah  

sentuhan ibu

Oleh : Islah Wardani, Bandar Lampung

MENGEJA kembali satu kata dengan tiga huruf, IBU. Kita pasti akan terbayang satu sosok wanita yang telah berjasa dalam hidup ini. Bayangan tentang sosoknya pasti berbeda-beda pada setiap orang. Cara kita dalam menilai jasanya pun akan berbeda-beda. Semuanya tergantung kepada hubungan yang terjalin antara kita dengan  ibu.

Perjalanan apa sajakah yang telah kita lewati bersama ibu. Tentang bagaimana ibu telah memperlakukan kita. Dan tentang bagaimana kita memperlakukan ibu. Tanpa kita sadari, sebenarnya ikatan yag ada diantara seorang anak dan ibu adalah sebuah ikatan antara hak dan kewajiban.

Ketika seorang ibu mengetahui untuk pertama kalinya bahwa di dalam tubuhnya tengah tumbuh janin. Dapat dipastikan kemudian secara naluri akan tumbuh rasa kasih sayang dalam diri ibu untuk menjaga, melindungi dan merawat janin tersebut. Bahkan ketika janin itu telah lahir ke dunia, bertambahlah rasa kasih sayangnya. Kini kewajibannya adalah menjaga anaknya. Amanah yang telah Allah subhanahu wa ta’ala titipkan. Kemudian hari-harinya dipenuhi dengan tanggung jawab untuk menjalankan kewajibannya. Mengapa seorang ibu mampu menjalankan kewajibannya dengan penuh senyuman? Dengan ikhlas tanpa merasa terbebani. Bahkan dalam mengemban kewajibannya kadang seorang ibu membersamainya dengan sebuah rasa kebanggaan?

Itu semua karena seorang ibu menjalankan kewajibannya dengan cinta dan ketulusan. Dengan penuh kesadaraan bahwa menjalankan sebuah kewajiban pasti akan menghadirkan sebuah kebahagiaan.

Sedangkan dalam pihak anak, semua kewajiban yang dilimpahkan oleh ibu kepadanya itu adalah menjadi haknya. Seorang anak berhak dilimpahi kasih sayang, diperhatikan, diberi pendidikan, bimbingan, perlindungan dan dipenuhi segala kebutuhannya.

Kini, ketika posisi harus berbalik arah. Ketika saatnya seorang anak harus melaksanakan kewajibannya. Ketika seorang ibu telah sampai saatnya untuk mendapat haknya, untuk dirawat dan diperhatikan. Dijaga segala perasaannya, di perlakukan dengan kelemah lembutan dan kehati-hatian. Akankah kita melaksanakan kewajiban kita dengan senyuman? Akankah kita menjalankan kewajiban kita dengan kerelaan dan keikhlasan? Akankah kita mampu menetapkan hati bahwa kewajiban ini akan mendatang kebahagian untuk kita?

Mari tanyakan pada hati kita masing-masing. Apa yang telah kita perbuat untuk memenuhi kewajiban kepada ibu. Apa yag telah kita berikan untuk membuat satu lukisan senyum di wajah ibu?

Mampukah kita menghitung berapa malam ibu tidak tertidur karena menjaga kita? Berapa rupiah yang dapat kita keluarkan untuk mengganti Asi yang telah ibu berikan kepada kita? Berapa airmata yang telah ibu teteskan karena kenakalan kita? Akankah kita mampu mengganti itu semua?. Tidak akan dan tidak akan pernah bisa kita menggantinya.

Dalam sebuah hadits, Al-Baihaqi meriwayatkan dari Ibn ‘Abbas berkata, bersabda Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam: “Barangsiapa taat kepada Allah dengan berbakti kepada kedua orangtuanya, baginya dua pintu surga yang terbuka walaupun satu demi satu, dan barangsiapa bermaksiat kepada Allah dalam durhaka terhadap kedua orangtuanya, baginya dua pintu neraka yang terbuka walaupun satu demi satu. Seseorang berkata: “meskipun kedua orangtuanya menzhaliminya?” Rasulullah menjawab “meskipun menzhaliminya, meskipun menzhaliminya.”

Semoga Allah senantiasa memeluk ibu kita dalam kasih dan dalam lindungan-Nya, menjauhkan ibu dari panasnya api neraka dan menjauhkan kita dari kelalaian menjaga ibu. Rabbighfirlii waliwalidayya warkhamhumaa kamaa rabbayanii shaghira. []

Redaktur: Ratna

Sumber: http://www.islampos.com/ibu-dan-anak-ketika-posisi-harus-berbalik-arah-153483/