SELANJUTNYA, sikap guru yang ideal menurut surat an-Naml [27]: 15-44 adalah:
Pertama, Seorang guru harus menyadari bahwa dia adalah seorang yang memiliki ilmu, sehingga memiliki tanggung tanggung jawab moral terhadap ilmu yang dimilikinya untuk menyebarluaskan dan mengajarkannya kepada manusia. Hendalak setiap guru berkeingianan untuk menjadikan anak didiknya seperti dirinya atau melebihi dirinya. Itulah yang ditunjukan oleh nabi Sulaiman as. dalam ayat 16.
ÙÙÙÙØ±Ùث٠سÙÙÙÙÙ'Ù ÙØ§ÙÙ Ø¯ÙØ§ÙÙØ¯Ù ÙÙÙÙØ§ÙÙ ÙÙØ§Ø£ÙÙÙ'ÙÙÙØ§ اÙÙÙ'ÙØ§Ø³Ù عÙÙÙ'ÙÙ Ù'ÙÙØ§ Ù ÙÙÙ'Ø·ÙÙÙ Ø§ÙØ·Ù'ÙÙÙ'ر٠ÙÙØ£ÙÙØªÙÙÙÙØ§ Ù ÙÙÙ' ÙÙÙÙ'Ù Ø´ÙÙÙ'ء٠إÙÙÙ'Ù ÙÙØ°Ùا ÙÙÙÙÙ٠اÙÙ'ÙÙØ¶Ù'Ù٠اÙÙ'Ù ÙØ¨ÙÙÙÙ
Artinya: âDan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: âHai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.â
Nabi Sulaiman menyadari sepenuhnya akan ilmu yang dimilikinya dan bahwa itu adalah karunia Tuhan kepadanya. Oleh Karena itu, dia memberitahukan kepada manusia pengetahuannya dengan maksud sekiranya manusia juga berkeinginan untuk belajar dan menimba ilmu darinya. Minimal dia mengatakan hal yang demikian agar tidak terkesan kalau dia menutupi ilmu yang diberikan kepadanya.
Kedua, seorang guru meskipun dipahami orang banyak sebagai orang alim yang memiliki ilmu yang berbeda dengan orang awam. Namun, hendaklah setiap guru menyadari bahwa betapa banyak dan luas pengetahuannya, masih banyak yang belum diketahui dan mungkin saja pengetahuan itu ada pada orang lain yang kedudukannya lebih rendah daripadanya. Sehingga, sikap yang demikian akan mengantarkan seseorang memiliki sikap tawadhuâ dan menghargai orang lain, serta mau belajar kepada yang lain sekalipun kedudukannya lebih rendah darinya, termasuk muridnya sekalipun.
Sikap itulah yang ditunjukan nabi Sulaiman as. dalam ayat 22-23.
ÙÙÙ ÙÙÙØ«Ù غÙÙÙ'Ø±Ù Ø¨ÙØ¹ÙÙØ¯Ù ÙÙÙÙØ§ÙÙ Ø£ÙØÙØ·ØªÙ بÙÙ ÙØ§ ÙÙÙ Ù' ØªÙØÙØ·Ù' بÙÙÙ ÙÙØ¬ÙئÙ'تÙÙÙ Ù ÙÙÙ' Ø³ÙØ¨Ùإ٠بÙÙÙØ¨ÙØ¥Ù ÙÙÙÙÙÙÙ(22)Ø¥ÙÙÙ'ÙÙ ÙÙØ¬ÙدÙ'ت٠ا٠Ù'Ø±ÙØ£Ùة٠تÙÙ Ù'ÙÙÙÙÙÙÙ Ù' ÙÙØ£ÙÙØªÙÙÙØªÙ' Ù ÙÙÙ' ÙÙÙÙ'Ù Ø´ÙÙÙ'ء٠ÙÙÙÙÙÙØ§ Ø¹ÙØ±Ù'Ø´Ù Ø¹ÙØ¸ÙÙÙ Ù(23)
Artinya: âMaka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: âAku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini (22). Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar (23).â
Pada ayat sebelumnya, nabi Sulaiaman as. telah mengatakan bahwa dia telah diajarkan ilmu yang banyak, diberikan kekuasaan yang sempurna bahkan mampu memahami bahasa makhluk lain selain mamnusia. Akan tetapi, salah seorang tentaranya; burung hud-hud dengan lantang mengatakan ââ¦Aku mengetahui apa yang belum engkau ketahuiâ¦â. Hal itu membuktikan bahwa tidak semuanya yang dapat diketahui manusia, bahkan oleh seorang nabi yang diberi wahyu sekalipun karena ada hal-hal tertentu yang dia tidak mengetahuinya.
Ketiga, Seorang guru secara pasti memiliki pengetahuan melebihi muridnya, akan tetapi dia semestinya tetap memberikan kesempatan dan penghargaan kepada para muridnya untuk ikut aktif dalam mengaktualkan diri dan kemampuan mereka. Itulah hal yang ditunjukan oleh nabi Sulaiman as. sebagai guru yang memiliki ilmu yang luas, di dimana dia memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengangkat istana ratu Balqis dari Yaman ke Palestina, sekalipun dia sendiri mampu dan sangat mampu untuk melakukan itu. Begitulah isyarat yang terdapat dalam ayat 38-40.
ÙÙØ§ÙÙ ÙÙØ§Ø£ÙÙÙ'ÙÙÙØ§ اÙÙ'Ù ÙÙÙØ£Ù Ø£ÙÙÙ'ÙÙÙÙ Ù' ÙÙØ£Ù'تÙÙÙÙÙ Ø¨ÙØ¹ÙرÙ'Ø´ÙÙÙØ§ ÙÙØ¨Ù'Ù٠أÙÙÙ' ÙÙØ£Ù'تÙÙÙÙÙ Ù ÙØ³Ù'ÙÙÙ ÙÙÙÙ(38)ÙÙØ§Ù٠عÙÙÙ'Ø±ÙØªÙ Ù ÙÙ٠اÙÙ'جÙÙÙ'٠أÙÙÙØ§ Ø¡ÙØ§ØªÙÙÙ٠بÙÙÙ ÙÙØ¨Ù'Ù٠أÙÙÙ' تÙÙÙÙÙ Ù Ù ÙÙÙ' Ù ÙÙÙØ§Ù ÙÙÙ ÙÙØ¥ÙÙÙ'Ù٠عÙÙÙÙÙ'ÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙ'٠أÙÙ ÙÙÙÙ(39)ÙÙØ§Ù٠اÙÙ'ÙØ°Ù٠عÙÙÙ'دÙÙ٠عÙÙÙ'Ù Ù Ù ÙÙ٠اÙÙ'ÙÙØªÙاب٠أÙÙÙØ§ Ø¡ÙØ§ØªÙÙÙ٠بÙÙÙ ÙÙØ¨Ù'Ù٠أÙÙÙ' ÙÙØ±Ù'ØªÙØ¯Ù'٠إÙÙÙÙÙ'ÙÙ Ø·ÙØ±Ù'ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù'ÙØ§ Ø±ÙØ¢ÙÙ Ù ÙØ³Ù'تÙÙÙØ±Ù'ÙØ§ عÙÙÙ'دÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙ ÙÙØ°Ùا Ù ÙÙÙ' ÙÙØ¶Ù'ÙÙ Ø±ÙØ¨Ù'ÙÙ ÙÙÙÙØ¨Ù'ÙÙÙÙÙÙÙ Ø¡ÙØ£ÙØ´Ù'ÙÙØ±Ù Ø£ÙÙ Ù' Ø£ÙÙÙ'ÙÙØ±Ù ÙÙÙ ÙÙÙ' Ø´ÙÙÙØ±Ù ÙÙØ¥ÙÙÙ'ÙÙ ÙØ§ ÙÙØ´Ù'ÙÙØ±Ù ÙÙÙÙÙÙ'سÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙ' ÙÙÙÙØ±Ù ÙÙØ¥ÙÙÙ'Ù Ø±ÙØ¨Ù'Ù٠غÙÙÙÙÙ'Ù ÙÙØ±ÙÙÙ Ù(40)
Artinya: âBerkata Sulaiman: âHai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri(38). Berkata âIfrit (yang cerdik) dari golongan jin: âAku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya(39). Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: âAku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.â Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: âIni termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia(40)â.
Begitulah cara guru dalam mengahdapi muridnya, yaitu memberikan kesemapatan dan penghargaan kepada siapa saja yang memiliki kemampun untuk malakukan sesuatu dan menunjukan kemampuannya. Sehingga, pembelajaran tidak menjadi dominasi guru, sementara murid hanya duduk dan diam mendengarkan uraian gurunya Dengan cara begitu, para murid merasa dihargai dan akan termotivasi untuk besaing dan lebih maju.
BERSAMBUNG
Redaktur: Dini Sri MulyatiSumber: http://www.islampos.com/kriteria-guru-ideal-dalam-al-quran-4-148125/