Wujud Ada Tapi Tidak Ada?

Wujud Ada Tapi Tidak Ada?

bunga mawar merah layu

MANUSIA tentunya memiliki wujud yang masih terlihat oleh panca indera. Jika tidak, maka sudah barang tentu, manusia tersebut memanglah tidak ada, artinya masuk ke dalam wujud non materi atau tak dapat terlihat oleh panca indera. Dengan demikian manusia yang seperti ini kita anggap sebagai manusia yang mati.

Ada yang mengatakan bahwa beberapa manusia yang memiliki wujud, namun seolah-olah ia itu tidak ada. Manusia jenis apakah itu? Ialah manusia yang hatinya mati. Hatinya mati itu berarti dalam menjalankan hidupnya ia tidak mengikuti apa kata hati dan akalnya, melainkan mengikuti nafsu semata.

Orang yang jenisnya seperti itu, tidak dianggap ada oleh orang lain. Di saat dia ada tidak memberikan efek apa pun. Dan ketika dia tidak ada di lingkungannya pun, seolah-olah tidak ada yang hilang. Itu ciri dari orang yang berwujud tapi hatinya mati.

Menjadi orang yang demikian, hidupnya tentu tidak akan nyaman dan tenang. Mengapa? Karena ia pasti akan berpikir bahwa untuk apa ia hidup jika saat ia hidup saja tidak ada yang memperdulikannya. Jadi, ia ingin diperdulikan oleh orang lain, tapi dirinya sendiri tidak mau untuk beradaptasi dengan orang lain.

Jika hal ini terus dibiarkan oleh orang yang memiliki kepribadian seperti ini, maka cepat atau lambat rasa prutstasi akan hadir pada dirinya. Hidupnya hanya ditemani dengan keluhan dan kemarahan. Ia menyalahkan dirinya sendiri dan orang lain pun menjadi target kemarahannya. Maka, inilah yang menyebabkan seseorang mengakhiri hidupnya sendiri.

Oleh karena itu, sebagai makhluk sosial, kita harus bisa beradaptasi dengan orang lain. Kita harus mau terbuka atau pun apa adanya pada orang lain. Bukan berarti terbuka itu segala sesuatu kita ungkapkan. Tapi, terbuka berarti kita menunjukkan sikap yang apa adanya, yang benar-benar menjadi kepribadian kita. Orang yang seperti ini biasanya yang lebih menjadi daya tarik bagi orang lain. Di saat dia ada maka orang akan merasa senang, dan ketika tidak ada orang lain akan merasa kesepian.

Jangan kita tutup-tutupi kepribadian kita dengan kepribadian orang lain. Maksudnya, gaya yang suka ikut-ikutan tentu menunjukkan kita ini tidak mempuyai jati diri. Sehingga, kita tidak memiliki identitas atau ciri khas yang ada pada diri kita. Boleh saja jika kita mengikuti seseorang yang menjadi idola, tapi ingat jangan terlalu berlebihan. Cukup seperlunya saja, dengan tidak menghilangkan identitas diri. Wallahu ‘alam. [Disarikan dari Dr. Anang Abdul Razak M.Pd]

islampos mobile :

Redaktur: Rika Rahmawati