Menyoal Gaya Hidup Mewah, Begini Islam Memandang (1)

Menyoal Gaya Hidup Mewah, Begini Islam Memandang (1)

harta

Oleh: Ahmad Sarwat, Lc., MA

MENJADI orang super kaya nomor 1 di dunia-pun sesungguhnya Islam tidak melarang, apalagi bila kekayaan itu digunakan utk beramal shalih. Namun sebagian besar orang kalo sudah menjadi kaya maka otomatis gaya hidupnya juga meningkat, seperti suka membeli pakaian atau perhiasan yg mahal, membangun rumah mewah, menaiki kendaraan yang mahal.

Memang di satu sisi barang mahal identik dengan kualitas yg tinggi. Misalnya pakaian mahal cenderung terbuat dari bahan yang kuat dan lebih indah dipandang. Makanan yang sehat juga biasanya lebih mahal daripada makanan yang kualitasnya tidak terjamin.

Seandainya semua barang mewah tersebut merupakan barang halal, misalnya membeli jam tangan mewah seharga 70 juta.

Pertanyaannya, sampai batas mana kemewahan itu bisa disebut sebagai israf atau mubadzir? Anggap saja orang kaya tersebut gemar berinfaq dan bersedekah, namun di sisi lain dia juga gemar membeli barang-mewah mewah walaupun barang yg halal. Apakah hal itu dilarang dalam Islam?

Sebenarnya kalau kita cermati lebih dalam, apa yang disebut sebagai kemewahan itu agak relatif juga. Maksudnya, tidak mentang-mentang harga suatu barang itu mahal, lantas bisa disebut mewah.

Relativias Kemewahan

Pakaian yang mahal biasanya memang lebih kuat dan lebih baik kualitasnya. Namun kalau kita bicara harga, kadang yang membuatnya menjadi mahal bukan semata karena kualitas bahan dan kerapihan jahitan. Kadang mode dan perancang busana ikut memperngaruhi harga, apalagi kalau produksinya masuk kategori terbatas (limited edition).

Pakaian yang dibilang mewah itu sebenarnya biasa-biasa saja, kalau melihatnya dari kalangan yang sekelas dan sama-sama penggemar. Namun akan menjadi sangat mewah ketika melihatnya dari sudut pandang orang kebanyakan.

Demikian juga halnya dengan kendaraan, kadang yang disebut mewah itu biasa saja, kalau melihatnya dari sesama pengguna atau kolektor mobil mewah juga. Namun kalau melihatnya dari kelas yang lebih bawah, atau justru dari kalangan yang tidak punya mobil sama sekali, jadilah barang mewah.

Jam tangan yang harganya 70 juta itu boleh jadi hanya jam tangan biasa saja, kalau lingkungan pergaulannya sesama kolektor jam mahal. Tetapi jam itu akan jadi barang terlalu mewah kalau melihatnya dari kelas yang paling bawah.