Oleh: Sapto Waluyo
EH ngomong-ngomong, boleh tau gak, berapa umur kamu sekarang sih? Mungkin 16, 17, atau 18 taon? Wow, ada yang baru sweet seventeen, yak. Dari sekian belas ganti kalender itu, berapa banyak prestasi yang telah kamu catat dalam hidup ini?
Prestasi yang dimaksud bukan cuma juara lomba seni dan olahraga, atau adu kepintaran otak. Itu semua memang perlu, Tapi, lebih penting lagi âprestasi sosialâ, misalnya: berapa kali kamu membuat ortu berbahagia hingga menangis tersedu-sedu, apa saja yang pernah kamu lakukan terhadap adik-kakak sehingga mereka benar-benar merasa punya saudara kandung nan tercinta? Apa yang telah kamu lakukan untuk sekolah, lingkungan tetangga, dan masyarakat di sekitarmu?
Saya senang menonton iklan di teve yang membawa pesan moral, seperti seorang anak yang bangun di pagi hari, lalu bergegas membersihkan sampah di lingkungan rumahnya. Inisiatif itu kemudian menggerakkan kawan-kawannya sebaya untuk menyingsingkan lengan baju ikut bersampah-ria. Mereka tidak takut kotor, karena ada sabun mandi yang membasmi kuman di tubuh. Itu iklan cerdas bangeet, dan mendidik!
Ada lagi iklan anak muda yang mau pergi kemping dan sudah dijemput kawanannya dengan mobil troper, tapi dia menunggu ibunya pulang dari pasar, lalu membantu angkut keranjang belanja dan pamitan. Pesan iklannya bagus â" hormat pada orangtua â" sama bagusnya dengan iklan anak muda yang memberi tempat duduk di atas kereta api yang penuh sesak kepada ibu-ibu yang kebingungan akibat beli karcis bodong. Sayang produk yang diiklankan sama sekali tak bagus:⦠rokok!
Inisiatif untuk melakukan kebaikan sekecil apapun tanpa ada pamrih sedikitpun itulah yang mendorong lahirnya seorang: AKTIVIS. Ingat yak, yang penting bukan sekadar bergerak (move) atau bertindak (action), sebab seorang aktivis memiliki motivasi (niyat) yang kuat.
Ada orang yang setiap hari kerjanya mengorek-ngorek tong sampah dari subuh sampai maghrib, tapi bukan aktivis lingkungan, karena dia petugas kebersihan kampung atau pemulung. Ada lagi orang yang suka mengangkut barang, tapi bukan aktivis pula, karena kerjaannya memang kuli angkut. Ada juga orang yang suka mengatur dan mempersilakan duduk para penumpang, tapi sama sekali bukan aktivis, karena dia kondektur.
Dalam khazanah dakwah, kita mengenal istilah Muharik (penggerak) yakni tokoh mengarahkan masyarakat untuk berbuat kebaikan (al Maâruf) dan mencegah keburukan (al Munkar). Ada pula istilah âAmil (pekerja) dakwah, maksudnya mereka yang siap memikul beban tugas dan kewajiban demi memperbaiki kondisi masyarakat. Mereka itulah â" muharik dan âamil â" yang pantas disebut aktivis. Bukan orang yang berdakwah dan bertabligh demi mengharapkan amplop atau popularitas. Kamu bisa kan mendeteksi perbedaannya di lapangan?
Allah mengingatkan, âTidaklah sama orang muâmin yang duduk (tidak ikut berperang) tanpa uzur dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad (mujahidun) atas orang-orang yang duduk (qaâidun) satu derajatâ¦â (An Nisa: 95).
Lihat, nyata benar bedanya: seorang aktivis yang mengerahkan seluruh potensi dirinya untuk berjuang di jalan Allah (mujahid) dengan mereka yang suka nongkrong aja (qaâid). Dalam ungkapan Betawi, koâit artinya modar alias tewas. Ya, fisik mereka mungkin masih hidup dan segar-bugar, tapi jiwa dan semangatnya telah terkubur. Kayak mummi aja, hiiii!
Kita juga harus mampu membedakan seorang âAmil (ain-mim-lam) dengan Amil (hamzah-mim-lam). Yang satu bermakna bekerja dan beraktivitas, sedang yang kedua berarti berangan-angan kosong atawa berkhayal. Jauh betul yap bedanya. Sekarang coba hitung, dari belasan tahun umur kamu masing-masing: berapa prosen digunakan untuk aktivitas kebaikan atau keburukan, dan berapa sisanya untuk ngelamun. Jangan terlalu sering ngelamun, nanti jadi oon kayak Mpok Oneng atau si Kabayan. []
islampos mobile :