Gangguan Kepribadian Paranoid dan Upaya Terapinya (2-Habis)

Gangguan Kepribadian Paranoid dan Upaya Terapinya (2-Habis)

teriak lelaki

Oleh: Inna Mutmainnah, Psi

Kecurigaan yang berulang dan tanpa dasar tentang kesetiaan pasangannya

KECEMBURUAN yang berlebihan terhadap suami/istrinya, yang pada intinya adalah tidak adanya kepercayaan pada pasangan dan merasa terancam akan dikhianati.

Kecenderungan merasa dirinya penting secara berlebihan

Merasa sebagai orang yang tidak layak dan tidak sepatutnya mendapatkan kritikan, penolakan dan kekecewaan. Bagi yang mengkritik, menolak atau mengecewakannya dianggap sebagai orang yang tidak tahu diri dan menginjak-injak harga dirinya.

Pikirannya terpaku pada prasangka adanya persekongkolan, walaupun tanpa bukti terhadap suatu peristiwa (baik terhadap dirinya maupun dunia umumnya)

Prasangka, yang sebenarnya hanyalah suatu perkiraan, benar-benar diyakini sebagai suatu kebenaran yang pasti. Sehingga ia merasa pantas-pantas saja bila berusaha mengambil jarak, bersikap bermusuhan, dan tidak bersahabat.

Penyebab dari gangguan kepribadian Paranoid

Faktor sosiokultutal, seperti faktor budaya, pola asuh keluarga, dan pengaruh lingkungan social, merupakan penyebab dominan dari terbentuknya kepribadian yang paranoid. Pola asuh keluarga memainkan peranan yang penting. Pengasuhan yang dominan menggunakan kata-kata sarkasme, sinisme, kritik yang sifatnya merendahkan orang lain, menekan dan kurang menghargai perasaan anak maupun orang lain bisa menjadikan seseorang tumbuh menjadi penderita paranoid.

Bentuk Terapi

Terapi kognitif bisa jadi menjadi terapi pilihan yang utama untuk menyembuhkan kepribadian paranoid ini. Terapi kognitif adalah terapi dimana individu dirubah cara berpikirnya yang maladatif (tidak sehat) menjadi pola berpikir yang adaptif (sehat). Proses ini tentunya memerlukan waktu yang tidak sebentar dan harus dilakukan secara bertahap berkesinambungan, dan perlu kontrol untuk mengevaluasi perubahannya. Pada prinsipnya terapi kognitif yang efektif adalah yang berusaha menghubungkan pikiran dengan value tertinggi yaitu aspek kesadaran atau kecerdasan spiritual (Spiritual quotient). Yang pada akhirnya secara bersamaah ia juga mengasah dan membuka kepekaan emosional (emotional quotient)

Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam terapi kognitif ini antara lain:

  1. Menanyakan pada individu apa kira-kira yang banyak mempengaruhi pikiran-pikirannya, apakah itu orang-orang tertentu, pemikiran-pemikiran tertentu, atau peristiwa-peristiwa tertentu ?
  2. Lalu mintalah individu untuk mengevaluasi pikiran-pikirannya, bandingkan dengan nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan yang haqiqi yang bersifat Illahiyah (yang tidak lain adalah nilai-nilai spiritual yang bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Hadist). Ini berguna untuk merumuskan kembali nilai-nilai hidupnya. Termasuk juga ajak ia untuk berusaha menjawab, mengapa ia harus curiga, dendam, atau marah. Perasaan-perasan itu harus memiliki alasan yang kuat.
  3. Luaskan wawasan dan pengetahuan individu tentang nilai-nilai agama secara terus menerus, kalau perlu jadikan itu sebagai pembelajaran seumur hidup. Dekatkan ia pada sosok-sosok individu yang memiliki kesehatan mental (psikologis dan spiritualnya) untuk mewarnai dan meminimalisir sifat negatifnya.
  4. Mintalah individu untuk merumuskan visi dan misi hidupnya serta idealisme atau nilai-nilai tertinggi yang dijunjung tinggi dalam hidupnya
  5. Mintalah individu untuk melawan dan mengontrol lintasan-lintasan pikiran negatif yang memasuki pikirannya dan isi segera dengan pikiran baik sebagai pengganti. Ajak ia untuk berusaha melapangkan jiwa.
  6. Mintalah individu untuk sering merenung dan introspeksi sedikitnya setiap akan tidur, yang berguna untuk menciptakan kejernihan berpikir. Berikan motivasi padanya untuk memperkuat diri terhadap berbagai bentuk tekanan hidup dan perubahan-perubahan lingkungan (sosial, ekonomi, politik).
  7. Bila ada gagasan-gagasan baru yang sifatnya untuk pengembangan diri ada baiknya segera dicatat dan didokumentasikan, ini berguna untuk menumbuhkan motivasi dan memberikan semangat untuk perbaikan
  8. Sekali waktu rencanakan rihlah, rekreasi, atau perjalanan ke tempat-tempat tertentu atau ke luar kota, yang beguna untuk merilekskan dan menyegarkan pikiran (yang sumpek karena dijejali beban prasangka) dan juga melihat banyak sisi dalam kehidupan ini yang bisa jadi bahan renungan. Di sini individu bisa belajar dan berusahalah untuk mencintai diri sendiri dan orang lain dengan ketulusan. Berikan perhatian dan kehendak baik pada orang lain.

Segera list sifat-sifat buruk yang ada pada diri dan ingin dihilangkan, dan juga sifat-sifat baik yang ingin dimiliki, serta mudharat dan manfaat masing-masing sifat tersebut. Ini akan memancing dan menumbuhkan motivasi untuk berjuang memperbaiki diri

Yang tidak kalah pentingnya adalah berdoa kepada Allah memohon diberikan sifat yang diinginkan tersebut. Usahakan untuk terus menghadirkan Allah dalam setiap dimensi waktu (dzikrullah), ini berguna untuk menenangkan jiwa dan emosi, juga sebagai fungsi kontrol dalam upaya pengendalian diri.

Wallahu’alam Bishawab. []

Sumber: Majalah SAKSI, Jakarta

islampos mobile :

Redaktur: Saad Saefullah