Belajar dari Perjuangan Nabi Yahya Menentang Kemungkaran (2)

Belajar dari Perjuangan Nabi Yahya Menentang Kemungkaran (2)

padang pasir

KETIKA itu, dapat diceritakan kaum Yahya merupakan kaum yang keras kepala. Mereka sudah tak lagi berpegang ajaran Nabi Musa. Mereka lebih mencintai uang daripada apa pun. Mereka juga hidup dalam kubangan dosa. Dengan alasan itu, Zakaria kemudian ingin membangunkan mereka dengan memohon kepada Allah untuk diberi keturunan guna melanjutkan misi perjuangan menentang kemungkaran. Dan Alla telah memberi kabar gembira pada Zakaria akan melahirkan seorang anak itu. Istri Zakaria yang mandul bisa hamil.

Dibekali Pengetahuan

Akhirnya, anak yang dijanjikan Allah itu pun lahir. Yahya tumbuh remaja tanpa cacat. Bahkan, saat Yahya menginjak remaja, Allah membekali pengetahuan tentang kandungan Taurat.

Dalam al-Qur’an, Allah berfirman, “Hai Yahya, ambillah al-Kitab itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertaqwa dan seorang yang berbakti kepada orangtuanya dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka,” (QS. Maryam: 12-14).

Seiring pertumbuhan Yahya, Allah menganugerahkan pula rasa belas kasih . Yahya dijaga dari dosa, tumbuh jadi remaja dengan kepribadian matang, tek tercela dan tanpa cacat. Lebih dari itu, Yahya adalah seorang yang bertakwa, berbakti kepada kedua orangtua dan tidak pula sombong. Yahya memiliki sifat-sifat yang belum pernah disandang manusia sebelumnya. Dia bisa menahan diri sehingga tidak sampai terjerumus perbuatan yang dilarang. Yahya tumbuh menakjubkan. Wajahnya bercahaya dan terlihat kehidmatan seorang nabi. Kelahiran Yahya juga membawa berita gembira tentang risalah kenabian Isa.

Anak-anak seusia Yahya pernah mendatangi Yahya, “Mari kita bermain-main!” Dengan sopan Yahya menjawab, “Aku tidak diciptakan untuk bermain-main.”

Yahya ternyata sudah mampu berpikir matang dalam banyak hal saat dia masih kanak-kanak. Dalam benak Yahya, sempat pula berpikir pertanyaan, “Mengapa Maryam membawa bayinya pergi? Mengapa kaum Yahudi menjalani kehidupan yang dipenuhi dengan kebodohan, penyimpangan dan kejahatan? Mengapa orang-orang kafir Roma menguasai kaumku?”

Yahya menjawab semua pertanyaan itu dengan perkataan, “Semua kejadian ini adalah karena Bani Isra’il telah meninggalkan agama yang benar. Karena apa yang datang dari Allah adalah jelas dan lurus, maka janganlah membuatnya bengkok!”

Pada saat itu, raja Roma, Hirodus menguasai Suriah. Raja tersebut seorang penyembah berhala yang jahat. Saudara laki-laki Hirodus memiliki seorang istri yang cantik, tapi Hirodus culas mengambil istri saudaranya itu secara paksa untuk dijadikan sebagai istrinya. Tak seorang pun berani menentang Hirodus kecuali Yahya, “Kau tak berhak menikahi istri saudaramu!”

Yahya tidak tinggal diam. Ia menyalahkan Hirodus atas perbuatan jahatnya itu. Hirodus marah dan kemudian memerintahkan kepada pengawalnya untuk menangkap Yahya dan Yahya dijebloskan ke dalam penjara. Tetapi, jeruji penjara tak membuat Yahya bersedih. Yahya juga tak takut sedikit pun kepada mereka. Ia hanya takut pada Allah.

Yahya tidak memohon kepada mereka untuk dibebaskan. Dengan gagah berani, ia tetap bersuara lantang, “Akan datang seseorang yang lebih kuat daripada aku!” Rahmat akan mengalahkan para penentang nabi, karena mereka telah menjadi orang-orang yang mementingkan diri sendiri.” Yahya selalu berkata dengan berani, “Barangsiapa yang memiliki pakaian, harus memberi mereka yang tidak memiliki pakaian. Dan yang mempunyai makanan haruslah memberi makan kaum miskin. Jangan menindas siapa pun! Jangan memfitnah siapa pun! Negeri yang dipenuh jalan setapak! Bunga-bunga lili bermekaran! Mata akan melihat terangnya siang, telinga yang tuli akan terbuka!” [Sumber: Hidayah edisi 67 tahun 6]

BERSAMBUNG

islampos mobile :

Redaktur: Rika Rahmawati

Sumber: https://www.islampos.com/belajar-dari-perjuangan-nabi-yahya-menentang-kemungkaran-2-157235/