Oleh : Henny (Ummu Ghiyas Faris), www.ummughiyas.blogspot.com
PERKEMBANGAN teknologi sudah semakin canggih, begitu pun dengan teknik-teknik film besutan sutradara-sutradara terkenal. Kemajuan teknologi bisa dianggap menjadi baik dan buruk, tergantung dari si pemakai. Bagi pemuja kebebasan, pembuatan film bisa digunakan ajang kebebasan berekspresi, tak peduli baik ataupun buruk.
Begitu pun dengan berbagai tayangan di layar kaca, sungguh sangat membuat kita prihatin. Sebagai umat muslim, begitu banyak tayangan-tayangan yang menyudutkan kehidupan umat. Lebih parahnya kaum muslimin terlena dan asyik dengan tayangan-tayangan yang sejatinya merusak akidah umat.
Sebut saja tayangan boolywood; Mahabarata, Jodha Akbar, Ramayana, Mahadewa, dan yang baru tayang King Suleiman. Serial King Suleiman yang mulai tayang Senin (22/12/2014) di salah satu televisi swasta, serial ini menceritakan Sultan Suleiman Al-Qanuni. Film serial ini menuai protes umat Islam. Sejatinya hati umat Islam tersakiti dengan tayangan ini.
Konon film ini di Turki dilarang tayang bahkan Presiden Turki Racep Tayyep Erdogan mengecam film tersebut ketika ditayangkan di Turki akhir 2012 lalu. Yang menjadi pertanyaannya mengapa justru di negeri ini tayang dengan berbagai dalih ?
Tidak sesuai Fakta Sejarah
Sejarah umat Islam pernah berjaya di masanya, tapi dalam serial ini terlalu banyak memasukkan unsur-unsur fiktif yang bertolak belakang dengan sejarah sebenarnya. Yang lebih menonjol dalam serial ini adalah unsur tahta, harta, dan perempuan.
Dalam kisah tahta, dalam serial ini Sultan Suleiman dikisahkan sebagai sosok pemimpin yang angkuh. Padahal jika kita bercermin dari sejarah sosok Sultan Suleiman Al-Qanuni adalah sosok pemimpin yang bijaksana dalam bertingkah laku, terutama dalam mengambil keputusan. Karenanya beliau terkenal sebagai pemimpin yang disegani.
Dikisahkan dalam Daulah Ustmaniyah para perempuan ini mengumbar aurat secara bebas. Apakah Islam mengajarkan umbar aurat? Tentu saja jawabannya tidak! Lebih ironisnya lagi tayangan ini mempertontonkan adegan-adegan Sultan yang berganti-ganti pasangan perempuan yang menemaninya tidur. Tidak hanya itu banyak adegan tidak senonoh seperti tarian erotis dan adegan ranjang. Jika kita berpikir waras apakah seorang sultan yang menjunjung tinggi Syariat Islam akan dengan sengaja menonton tarian-tarian erotis, yang tentu saja para penarinya adalah bukan mahromnya? sekali lagi jawabannya tentu tidak!
Secara kasat mata saja sudah terlihat, bahwa film ini memang sengaja menyudutkan Islam. Padahal, pada zaman Sultan Suleiman Al-Qanuni (1520-1566), Daulah Ustmaniyah menerapkan undang-undang (qanun) yang diadopsi dari syariat Islam, yang tentu saja mewajibkan perempuan Muslimah berjilbab (menutup aurat).
Sumber: http://www.islampos.com/king-suleiman-dan-penyesatan-sejarah-154539/