Tanggal 14 Februari, Tentara PETA Berperan Besar untuk Indonesia

Tanggal 14 Februari, Tentara PETA Berperan Besar untuk Indonesia

Tentara PETA sedang latihan di Bogor pada tahun 1944

Tentara PETA sedang latihan di Bogor pada tahun 1944

TANGGAL 14 Februari, apa yang Andaingat dari tanggal tersebut? Mungkin sebagian kita langsung terpikirkan hari kasih sayang atau yang disebut valentine oleh kalangan pemuda.

Tahukah Anda, ada yang lebih bersejarah daripada sekedar ingat pada hari valentine bagi orang Indonesia khususnya, tanggal 14 Februari 1945 tentara PETA (Pembela Tanah Air) telah berperan besar dalam Kemerdekaan Indonesia.

Disarikan dari wikipedia, inilah sejarah PETA yang merupakan bagian penting dari sejarah kemerdekaan Indonesia.

Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA) PETA adalah kesatuan militer yang dibentuk Jepang di Indonesia dalam masa pendudukan Jepang. Tentara Pembela Tanah Air dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 berdasarkan maklumat Osamu Seirei No 44 yang diumumkan oleh Panglima Tentara Ke-16, Letnan Jendral Kumakichi Harada sebagai Tentara Sukarela. Pelatihan pasukan Peta dipusatkan di kompleks militer Bogor yang diberi nama Jawa Bo-ei Giyûgun Kanbu Resentai.

Latar belakang

Pembentukan PETA dianggap berawal dari surat Raden Gatot Mangkoepradja kepada Gunseikan (kepala pemerintahan militer Jepang) pada bulan September 1943 yang antara lain berisi permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu pemerintahan Jepang di medan perang.

Pada pembentukannya, banyak anggota Seinen Dojo (Barisan Pemuda) yang kemudian menjadi anggota senior dalam barisan PETA. Ada pendapat bahwa hal ini merupakan strategi Jepang untuk membangkitkan semangat patriotisme dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan PETA berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. Pendapat ini ada benarnya, karena, sebagaimana berita yang dimuat pada koran “Asia Raya” pada tanggal 13 September 1943, yakni adanya usulan sepuluh ulama: K.H. Mas Mansyur, KH. Adnan, Dr. Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Guru H. Mansur, Guru H. Cholid. K.H. Abdul Madjid, Guru H. Jacob, K.H. Djunaedi, U. Mochtar dan H. Mohammad Sadri, yang menuntut agar segera dibentuk tentara sukarela bukan wajib militer yang akan mempertahankan Pulau Jawa.

Hal yang menunjukkan adanya peran golongan agama dalam rangka pembentukan milisi ini. Tujuan pengusulan oleh golongan agama ini dianggap untuk menanamkan paham kebangsaan dan cinta tanah air yang berdasarkan ajaran agama. Hal ini kemudian juga diperlihatkan dalam panji atau bendera tentara PETA yang berupa matahari terbit (lambang kekaisaran Jepang) dan lambang bulan sabit dan bintang (simbol kepercayaan Islam).