Ketika Tangan Amerika Mengoyak Somalia (1)

Ketika Tangan Amerika Mengoyak Somalia (1)

tentara amerika somalia 2

SUATU hari di tahun 2006, pasukan Ethiopia yang didukung tank dan pesawat tempur F.16 buatan Amerika berhasil merebut ibukota Somalia, Mogadhshu dari para pendukung kelompok Uni Syariah (Mahkamah) Islam. Ethiopia yang merupakan perpanjangan tangan Washington ini berhasil mendudukkan kembali pemerintahan Abdullah Yusuf dan Ali Mohammad Gedi, yang lebih pro-Barat.

Somalia wilayah yang berada di Tanduk Afrika dengan jumlah penduduknya 20 juta jiwa, mayoritas 95% beragama Islam. Wilayah mempunyai posisi yang sangat strategis secara geopolitik. Karena negara ini dapat mengontrol laut merah, yang merupakan urat nadi, bagi keluar masuknya suplai minyak dari Arab Saudi, dan masuknya kapal-kapal besar ke laut Mediterania lewat terusan Suez.

Pemerintahan Jendral Mohammad Siad Barre runtuh melalui konflik politik yang paling berdarah menjelang dekade 90an. Namun, sesudah pemerintahan Barre jatuh, situasi di Somalia mengalami kekacauan yang lebih hebat. Hampir selama lebih lima belas tahun tak ada pemerintahan yang efektif di Somalia. Wilayah-wilayah Somalia yang sangat luas itu, di bagi-bagi oleh para pemimpin suku.

Para pemimpin suku yang menjadi panglima perang (warlord) yang sangat menentukan kehidupan politik di Somalia. Perang antara kepala suku di Somalia yang semakin luas, akhirnya memerosokkan negara yang terletak di Tanduk Afrika ke dalam perang saudara.

Salah satu kelompok panglima perang (warlord) yang mendapatkan dukungan senjata dan dana dari AS adalah ‘Aliansi untuk Restorasi Perdamaian dan Kontra-Terorisme (ARPCT). Kelompok yang sekuler dan anti Islam yang mendapatkan dukungan AS ini, dipimpin panglima suku Abdullah Yusuf, yang kemudian dipilih menjadi presiden Somalia, melalui pertemuan yang berlangsung di ibukota Kenya, Nairobi (2004).

Tentu, pemilihan presiden dan perdana menteri Somalia Ali Mohamad Gedi, yang menjadi boneka Amerika dan kaki tangan Ethiopia ini, tak memuaskan semua kelompok yang terlibat dalam konflik di Somalia, khususnya kelompok-kelompok Islam, akhirnya mengangkat senjata melawan panglima perang yang di dukung Amerika.

Kekuatan baru yang muncul yang lebih berorientasi kepada Islam, mendapatkan dukungan mayoritas rakyat Somalia, yang sudah muak dengan tingkah laku para pemimpin suku dan para panglima perang, yang telah menghancurkan Somalia. Maka, kelompok Islam yang baru muncul ini, mendapatkan simpati yang luas dikalangan rakyat Somalia. Apalagi, mereka mengusung isu-isu yang selama ini sudah memiliki landasan dikalangan rakyat luas, yaitu Islam. Kelompok baru yang bernama Uni Syariah Islam ini berkembang ke seluruh Somalia. Bahkan, beberapa Negara tetangganya, seperti Eritrea ikut memberikan dukungan.

Dengan munculnya Uni Syariah di Somalia, rakyat yang tak puas terhadap gerakan dan tindakan yang dilakukan para kepala suku dan panglima perang, mendorong mereka bersatu dan bergabung dengan kelompok Islam itu. Dengan dukungan rakyat para pemimpin Gerakan Islam â€" Uni Syariah ini berhasil menguasai ibukota Somalia, Mogadishu. Kemenangan militer yang sangat cepat ini mencemaskan Negara tetangganya, yaitu Ethiopia. Bahkan, pemerintahan baru Somalia, yang dipimpin Presiden Abdullah Yusuf dan Perdana Menteri Ali Mohammad Gedi, hanya dapat bertahan di kota paling selatan yaitu Baidoha.

Menghadapi munculnya kekuatan baru yang lebih cenderung kepada Islam, yaitu Uni Syariah Islam, yang dipimpin Syarif Ahmad. Kelompok sekuler bikinan Amerika ARPCT mengangkat isu baru, yang mengarahkan bahwa Uni Syariah yang dipimpin Syeikh Syarif Ahmad, yang jebolan Universitas al-Azhar ini, sebagai kelompok teroris dan mempunyai hubungan dengan al-Qaedah.

Isu yang dilansir para panglima perang yang berkuasa di Baidoha ini mendapatkan respon dari pemerintahan George Bush, yang kemudian mengadakan pertemuan dengan Menlu Condoleeza Rice serta Menhan Donald Rumsfeld, yang kemudian melakukan koordinasi denga pemerintahan Ethiopia untuk menghancurkan Gerakan Uni Syariah, yang telah menguasai ibukota Mogadishu dan kota-kota strategis lainnya di Somalia.

Amerika telah mengirimkan puluhan pesawat tempur F.l6 dari kapal Induk Amerika yang berada di Laut Merah. Selain itu, AS juga mengirimkan sejumlah peralatan tempur lainnya, seperti tank dan halikopter yang digunakan untuk menyerbu basis-basis kekuatan militer yang dimiliki kelompok Gerakan Islam Uni Syariah.

BERSAMBUNG

Sumber: Majalah SAKSI, Jakarta, Edisi Januari 2006

islampos mobile :

Redaktur: Saad Saefullah