Oleh: Vinci Pamungkas., [email protected]
BUNDA, hari ini hari pertama aku masuk taman kanak-kanak
Teman-temanku diantar dan ditunggui bundanya hingga waktu pulang
Aku hanya diantar oleh sepupuku dan dijemput saat pulang
Bunda, kau di mana?
Bunda, hari ini perpisahan taman kanak-kanak
Aku tampil menari di panggung
Jantungku berdebar, keringatku bercucuran
Bersyukur ada sahabatku di bawah panggung, maka aku tidak gugup lagi
Bunda, kau di mana?
Bunda, hari ini pembagian raport pertamaku di sekolah dasar
Aku mengambil raport paling akhir dengan 4 temanku yang nakal-nakal
Karena tidak ada siapapun yang mengambilkan raportku
Padahal aku ranking 1 di kelas
Bunda, kau di mana?
Aku sudah berseragam putih biru sekarang
Saat pulang ke rumah dengan perut kosong, ternyata di bawah tudung saji pun kosong
Terpaksa kubuka lemari untuk mengambil mie instan dan telur
Bunda, kau di mana?
Bunda, aku lebih senang pulang ke rumah temanku
Bunda temanku ada di rumah saat pulang
Makan siang sudah tersedia dan dimasak oleh bunda temanku sendiri, bukan buatan warteg
Bunda, kau di mana?
Untuk semua bunda yang ada di seluruh dunia, jangan bunda tinggalkan anak-anak bunda karena mereka membutuhkan bunda dalam setiap moment hidupnya. Mereka ingin bunda selalu berada disampingnya, tidak selalu untuk membantunya tapi cukup untuk menentramkan hatinya.
Uang selalu menjadi alasan yang kuat untuk meninggalkan anak-anak dengan dalih bahwa uang hasil keringat bunda, untuk kepentingan dan kebahagiaan anak-anak. Karena saat ini, segalanya bisa didapat asal ada uang.
Ini bukan sepenuhnya salah bunda, tapi karena beban hidup yang begitu berat hingga bunda terpaksa bekerja siang-malam. Para penguasa yang awalnya kami percayai mengkhianati kami. Kami tak pernah sedikit pun diperhatikan, dilayani, diringankan untuk memenuhi kebutuhan pokok kami. Para penguasa itu hanya menginginkan uang kami.
Kembalikan bunda kami kepada fitrahnya sebagai ummu wa robbatul bait. []
Redaktur: Rika RahmawatiSumber: http://www.islampos.com/surat-untuk-bunda-153222/