Mengukur Bobot Masa Muda (2-Habis)

Mengukur Bobot Masa Muda (2-Habis)

bangkit-pemuda

Oleh : Ary Herawan, Guru SMP Terpadu Fajrul Islam Kota Tasikmalaya

Persepsi terhadap masa muda yang keliru tersebut mesti kita ubah. Karena sejatinya, masa muda bukanlah masa pencarian jati diri, akan tetapi masa pembuktian jati diri. Bahkan kalau kita telaah dalam pandangan Islam, masa remaja termasuk dalam fase baligh, yaitu fase di mana amal baik dan buruknya sudah dihisab oleh Allah SWT. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW, yang artinya : “Diangkat pena (tidak dicatat) dari 3 golongan: orang gila sampai dia sadarkan diri, orang yang tidur hingga dia bangun dan anak kecil hingga dia baligh. ” (THR. Ahmad, Abu Dawud dan At-Tirmidzi). Hadits ini pun bisa dipahami, bila sudah baligh maka akan dicatat (baca : dihisab) seluruh amalnya, baik taat maupun maksiat.

Oleh karena itu, menjelang akhir tahun ini saatnya kita hitung bobot masa muda kita. Sudahkah bejana masa muda yang sangat berharga ini kita isi dengan aktifitas yang sepadan dengan harganya. Atau bahkan dengan aktifitas yang lebih berbobot sebagaimana para pendahulu kita yang telah menuliskan sejarah dengan tinta emas pengorbanan dan perjuangan mereka. Ataukah kita masih termasuk para pemuda dan pemudi yang berleha-leha. Kita biarkan masa muda yang berharga berlalu begitu saja, tanpa amal, prestasi, bobot dan makna. Bahkan menjadi pemuda yang panjang angan-angan, berharap umur panjang dan bisa bertaubat pada usia tua. Padahal tidak ada seorang manusia pun yang bisa menjamin dirinya tetap bugar sampai usia tua.

Bila tak ada jaminan, saatnya kita untuk mengukur neraca masa kita. Tidak ada kata terlambat untuk berhitung selama nyawa masih dikandung badan. Karena masa lalu bagi seorang mukmin adalah suatu pelajaran untuk mempersiapkan masa depan. Sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman! bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (TQS.Al Hasyr[59]:18).

Saatnya juga kita renungkan apa yang diucapkan Hatim al-Asham, “Ada empat perkara yang tidak diketahui nilainya kecuali dalam empat keadaan: Masa muda tidak akan diketahui nilainya kecuali saat menjadi tua. Kelapangan tidak akan diketahui nilainya kecuali saat ditimpa bencana (kesempitan). Nikmat sehat tidak akan diketahui nilainya kecuali saat sakit. Hidup tidak akan diketahui nilainya kecuali saat mati.” (An-Nawawi, Nasha’ih al-‘Ibad). Pilihan ada di tangan kita, membiarkan masa muda kita kosong yang berarti rugi, memperberatnya dengan kelalaian dan dosa yang berarti celaka, atau memperberatnya dengan amal, prestasi dan pahala yang berarti bahagia. Wallohu a’lamu bishshowwaab.

 

Redaktur: Eva

Sumber: http://www.islampos.com/mengukur-bobot-masa-muda-2-habis-154658/