Dunia Aktivis Katanya

Dunia Aktivis Katanya

aktivis

Oleh: Rana Ida Sugatri, Mahasiswa Jurusan Kimia Unjani

KOMPLEKS. Ya, itulah kalimat sederhana yang kerap dialami beberapa orang yang katanya aktivis. Kompleks ketika usaha me-menej waktu tidak didukung dengan keadaan yang ada. Kalimat lebih sederhana untuk menggambarkan situasi ini adalah tidak menentunya jadwal organisasi yang menimbulkan bentrokan-bentrokan dan menjadi kompleks ketika hal ini didukung dengan ketidak-senangan seorang “aktivis” dalam menjalani kegiatannya. Ada beberapa situasi yang sering melingkupi dunia seorang aktivis (katanya).

Kondisi pertama,

Bergerak di organisasi yang memang diinginkan, disukai, bahkan dilakoni. Orang yang berada diposisi ini sering kali merasa nyaman dengan dunia organisasinya. Ia rela mengorbankan jiwa dan raga bahkan harta untuk dunianya. Ia memiliki niat dan amal yang baik untuk berkontribusi.

Kondisi kedua,

Bergerak di organisasi yang diinginkan, tidak disukai, namun dilakoni. Ada usaha yang diberikan seorang yang katanya aktivis itu untuk terus bergerak di organisasi yang diinginkan. Hanya ada satu yang menjadi motivasi yaitu semangat untuk berkontribusi walaupun lingkungan bersangkutan tidak selalu membuatnya nyaman.

Kondisi ketiga,

Bergerak di organisasi yang tidak diinginkan, tidak disukai, namun tetap dilakoni. Inilah tipe orang yang katanya aktivis tetap menjalani tanggungjawab, sekalipun ia tidak menginginkannya dan tidak menyukainya. Alasan “tanggungjawab” yang menjadi motivasinya untuk tetap bertahan. Biasanya hal ini terjadi ketika kewajiban yang harus ditanggung olehnya. Bahasa halus yang bisa mencerminkan tentang hal ini adalah “mau tidak mau kamu harus jadi …”. “Ya, mau tidak mau juga saya harus menjalaninya”.

Kamu yang katanya aktivis, cocok yang mana?

Setiap kondisi yang menurut kita cocok saat ini memang tidak mutlak, mungkin ada saatnya nanti kita akan pindah ke posisi yang lain. Ya, jalani saja. Namun akan berbeda proses dan hasil seorang aktivis yang menjalani amanah dengan hati dan tidak.

Kondisi ketiga: bagi kamu yang merasa tidak suka dengan duniamu saat ini, apa yang akan kamu lakukan? Berhenti atau terus lanjut?

Bisa kamu bayangkan, jika kamu berhenti. Kamu akan dikatakan pecundang, tidak memiliki tanggungjawab, dan mungkin dirimu akan bermental tempe. Ya, karena tidak memiliki nyali untuk menghadapi sesuatu yang tidak kamu inginkan atau tidak kamu sukai.

Dan bisa kamu bayangkan, jika kamu terus melangkah. Kamu akan menjalani sesuatu yang tidak kamu sukai, tidak kamu jiwai, dan tidak kamu inginkan. Setiap jalan yang harus kamu lewati akan penuh beban dan rasa pahit. Mungkin kamu akan menjalaninya dengan setengah hati.

Bagaimana?

Setiap pribadi pasti memiliki pilihan dan tindakan yang akan dilakukan. Tidak selalu kondisi ketiga yang terkadang menghantui untuk membuat kita mundur dan pada akhirnya kita mundur selalu ternilai buruk. Hal ini juga dipengaruhi oleh kuatnya alasan kita. Jika alasan kuat untuk mundur adalah yang terbaik, maka itu baik. Namun, jika hal yang menjadi alasan adalah untuk jauh dari tanggung jawab yang seharusnya. So, you can give the value for them.

Bagi kamu yang memilih untuk bertahan: hal itu bisa jadi baik jika kamu terus berusaha untuk menikmati setiap prosesnya. Berusahalah untuk selalu positive thinking, karena itu jauh lebih baik dibandingkan kamu harus terus ngedumel. Ya atau tidak? Berpikir positif dan terus berusaha untuk berkontribusi. Yap, more good than you can’t give something. 

Bagi kamu yang merasa aktivis. See your world! []

Redaktur: Ratna

Sumber: http://www.islampos.com/dunia-aktivis-katanya-152988/