2 Perempuan dari 2 Kutub Berbeda

2 Perempuan dari 2 Kutub Berbeda

Islam Media

2 Perempuan dari 2 Kutub Berbeda

Rabu 13 Jamadilawal 1436 / 4 Maret 2015 13:45

valerie-trierweiler-najla mahmoud
Oleh : Mirawati Uniang

VALERIE Trierweiler dan Najla Ali Mahmud. Dua nama ini memang asing bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi kalangan awam (baca: politik internasional). Apalagi nama yang pertama, bukan hanya asing tapi juga membuat lidah terpatah-patah mengucapkannya.

Valeri dan Najla, dua perempuan hebat di negaranya masing-masing. Bukan miss universe, bukan pula bintang tenar Hollywood. Juga bukan foto model atau peragawati cantik yang menyamar sebagai spionase (agen mata-mata). Valerie adalah “pasangan hidup” Hollande Francois, Presiden Prancis saat ini. Ia seorang jurnalis yang telah menjalin asmara dengan presiden dari Partai Sosialis itu sejak lama. Pasca kemenangan Hollande mengalahkan Sarkozy, janda dengan tiga anak tersebut langsung meluapkan kegembiraannya di twitter. Valerie berkicau, “Sangat bangga mendampingi Presiden Republik Prancis yang baru dan sama bahagianya bisa berbagi kehidupan bersama Francois”, demikian seperti dikutip AFP.
Kontroversi tentang Valerie mulai mengusik publik Prancis, bukan lantaran asmaranya dengan sang presiden, melainkan status pernikahannya yang tidak jelas. Hal itu bahkan sempat membuat protokoler Istana Elysee kelimpungan untuk mencantumkan status sang ibu negara. Valerie disebut-sebut sebagai first lady pertama Francis yang tidak dinikahi oleh sang kepala negara. Namun, sepertinya, Valerie tidak ambil pusing dengan semua itu. Ia terlihat santai dengan kehidupannya, diantara status yang tidak jelas serta beragam kegiatan dan protokoler kenegaraan.
Lalu, bagaimana dengan Najla Ali Mahmud? Nama Najla baru muncul saat suaminya, Muhamad Mursi memenangkan kursi Presiden Mesir pada medio Juni 2012 lalu. Muhammad Mursi merupakan presiden pertama Mesir dari kalangan sipil yang terpilih pasca kudeta berdarah di negara piramada itu. Tak banyak yang kenal siapa Najla Ali Mahmud.
Meski tak lama menjabat sebagai Ibu Negara karena suaminya, Presiden Mursi digulingkan melalui kudeta militer dan kemudian digantikan Al-Sisi, namun Najla Ali Mahmud sempat menjadi perbincangan masyarakat Mesir dan Timur Tengah kala itu.
Setidaknya, ada dua hal yang menyebabkan Najla Ali Mahmud menjadi hot issue di negara Fir’aun tersebut. Pertama tentang pernyataan Najla yang enggan disebut atau dipanggil sebagai ibu negara/first lady. Najla lebih senang menyebut dirinya sebagai pelayan, bukan ibu negara. Hal ini tentu saja sedikit berlawanan dengan keprotokoleran istana. Namun Najla mengakui, senang dengan sebutan tersebut.
Kedua, gaya berpakaian Najla yang dianggap kuno dan tidak bisa mewakili Mesir di percaturan dunia internasional. Menilik gaya busana Najla yang Islami dengan abaya dan kerudung besar, memang bagaikan bumi dan langit bila dibandingkan dengan gaya berbusana Suzane Mubarak yang fashionable dan up to date. Meskipun tak seheboh Lady Diana, namun dalam setiap kesempatan termasuk lawatan kenegaraan mendampingi Husni Mubarak, Suzanne yang berdarah Eropa itu selalu tampil menarik dan memukau. Kiblat mode Suzanne adalah Paris dan kawasan Eropa lainnya.
Tapi jangan salah, meskipun berhijab dengan sempurna dan terkesan lebih sederhana dibanding para pendahulunya, Najla pernah mengenyam pendidikan ala Amerika dan menetap di negara adikuasa itu. Ia setia mendampingi karir Mursi selama hampir 32 tahun.
Valerie dan Najla memang dua sosok dan kepribadian yang berbeda. Ibarat dua perempuan yang berasal dari dua kutub yang tidak sama. Perbedaan itu sangat mencolok, bagai bumi dan langit. Namun di balik perbedaan itu, mereka berhasil menggapai status yang sama, yakni sama-sama mendampingi orang nomor satu di negaranya masing-masing. Hanya saja, bila Najla memilih untuk tak dipanggil first lady, Valerie justru tak mendapatkan panggilan itu karena status pernikahannya yang tidak jelas.
Nah, bagaimana dengan Indonesia? Manakah diantara dua pribadi itu yang cocok dengan iklim dan pemerintah kita? Najla yang kalem dan religius ataukah Valerie yang ambisus, energik dan liberalis? Atau kita punya pola sendiri, sosok ibu negara seperti apakah yang seharusnya mendampingi orang nomor satu di republik ini. Ah, semoga saja ibu negara atau first lady di negeri ini mampu menjadi inspirasi bagi rakyatnya, khususnya kaum hawa. Bukankah disamping laki-laki yang sukses terdapat perempuan hebat yang setia mendampingi?
***
Mirawati Uniang
Berkegiatan sebagai Jurnalis dan Penulis Lepas

islampos mobile :

Redaktur: Saad Saefullah

« Bangsa yang Paradoks