
ilustrasi
SEKITAR 1954, para ahli fisiologi, ilmuwan dan dokter meneliti, serta dengan yakin mengeluarkan pernyataan bahwa secara struktur tulang dan kekuatan otot manusia tidak mungkin dapat berlari sejauh 1 mil dalam waktu kurang dari empat menit. Keyakinan ini dipercaya oleh setiap pelari, dan memang terbukti bahwa sepanjang sejarah tidak ada satu pelari pun yang dapat melakukannya.
Sampai suatu hari ada seorang yang âgilaâ yang tidak mau percaya dengan pernyataan para ahli tersebut. Dengan semangat yang luar biasa, anak muda bernama Roger Bannister ini berhasil berlari sejauh 1 mil dengan waktu kurang dari empat menit.
Namun, bukan cerita tentang Roger Bannister saja yang menarik. Satu bulan setelahnya, ada 32 orang yang dapat berlari kurang dari empat menit dan yang lebih fantastis lagi adalah yang terjadi di tahun berikutnya, ada 236 pelari berhasil menembus titik psikologis itu.
Mengapa ini terjadi? Apakah pada tahun itu ditemukan vitamin yang dapat membuat orang bergerak lebih cepat? Apakah pada tahun tersebut ditemukan teknik berlari yang lebih baik? Tidak. Jawabannya adalah keyakinan yang membelenggu benak setiap pelari telah terhancurkan. Sebelumnya, semua pelari yakin dengan penelitian para ahli sampai hal itu dipecahkan oleh Roger Bannister.
Dalam buku yang berjudul We are a Prisoner of Our Belief, ada sebuah kalimat, âKita adalah tawanan dari keyakinan kitaâ. Judul buku ini juga mengingatkan kita pada seorang yang pemikirannya sering dianggap kontroversional, yaitu Nietzsche. Ia pernah menulis bahwa âKeyakinan adalah penjaraâ.
Mungkin kata penjara dan tawanan yang berkonotasi âtidak baikâ ini digunakan untuk memancing otak berpikir lebih dalam tentang apa yang di maksud dua pengarang diatas. Tentu maksud dari kata âtawananâ atau âpenjaraâ tidak lain artinya adalah sesuatu yang membatasi kita. Batasan ini bukan berada di daerah fisik, tetapi sebenarnya ada dalam pikiran kita.
Oleh karena itu, sebagian orang tidak pernah sudi mengikuti tes IQ (intelligence quotient) yang kebanyakan orang mengikutinya agar mengetahui seberapa besar kemampuan IQ (intelligence quotient), karena bila kita mengetahuinya, maka pengetahuan itu akan jadi penjara bagi diri kita. Akibatnya, segala hal yang akan kita perbuat kita batasi itulah penjara.
Jika kita pergi ke India, kita mungkin akan bertanya-tanya ketika melihat gajah dewasa yang diikat dengan sebuah tali yang tidak terlalu tebal dan tali tersebut ditambatkan pada sebuah dahan kecil. Gajah itu tidak ke mana-mana, berputar-putar sepanjang tali yang mengikat kakinya. Secara matematis, kekuatan gajah dan kekuatan tali yang mengikat tidaklah seimbang. Dengan kekuatan yang dimilikinya, gajah pasti dengan mudah dapat memutuskan tali dan mencabut dahan yang membelenggunya. Namun, mengapa gajah tidak melakukannya?
Jawabannya, karena gajah tersebut sewaktu kecil diikat oleh tali yang kuat dan ditambatkan ke sebuah tambatan yang kuat pula. Gajah kecil meronta dan memberontak sekuat tenaga, tetapi semakin gajah kecil itu menarik, semakin kuat pula tarikan tali itu menjerit kaki si gajah.
BERSAMBUNG
islampos mobile :