Setitik Pembeda dari Kita

Setitik Pembeda dari Kita

Foto: journalkinchan

Foto: journalkinchan

 

Oleh: Bagas Triyatmojo

KEMARIN, saya sedang print sesuatu di kertas A4. Klik “PRINT” dan saat mengambil hasilnya, rasanya ada yang sedikit beda. Kertasnya terasa sedikit lebih tebal, dan sedikit lebih berat. Terlintas dalam pikiran, kok bisa ya saya (dan pasti kebanyakan orang tentunya), bisa ngerasain dalam sekejap saja, kalo kertas yang dipegang, lain dari biasanya, lain dari tebalnya, lain beratnya.

Kertas dari yang saya pegang tersebut, mungkin tebalnya gak sampai 1 mm ga sampe, berat kertasnya juga gak sampai 1 gram. Namun tangan kita, jari kita diciptakan dengan begitu hebatnya oleh Allah SWT, hingga perbedaan tipis sekalipun pada kertas yang tipis, dapat terasa dengan sekali pegang saja.

Tidak hanya tangan dan jari kita. Keseluruh anggota tubuh dan indra kita diciptakan dengan begitu menakjubkannya. Ketika terbiasa makan masakan tercinta ibu, dan suatu saat dihidangkan suatu masakan serupa namun bukan ibu yang membuatnya, dalam sekejap saja kita bisa lidah kita bisa membedakannya, “ini bukan yang biasa”.

Siapa yang mengajari lidah kita, tidak ada yang memberitahu lidah kita, berapa banyak garam atau gula yang ditambahkan ke dalam masakan, namun dengan mudahnya ia membedakan, mana yang biasa disajikan, mana yang baru saja dicicipkan.

Tidak habis sampai di lidah. Telinga kita, mampu membedakan suara yang perbedaannya tipis sekalipun. Sama sama suara biola, digesek dengan alat gesekan yang sama pada senar yang sama, namun berbeda orang yang menggeseknya, terdengar berbeda pula suaranya di telinga kita.

Mata, yang mampu membedakan, mana hijau, hijau muda, hijau agak muda, hijau agak muda sekali, hijau amat muda, atau hijau amat muda sekali. Mudah sekali dibedakan oleh mata kita.

Setiap indra dan anggota badan kita, diciptakan oleh Allah dengan sebegitu menakjubkannya, hingga perbedaan yang “sangat tipis sekalipun”, bisa terasa.

Dan ketika Allah berfirman, “….sesungguhnya telah jelas mana jalan yang benar daripada jalan yang sesat…” (QS. Al-Baqarah: 256).

Antara yang benar dan sesat telah jelas bedanya. Antara yang baik dan buruk pun telah jelas bedanya, bukan beda beda tipis lagi, bukan beda milimeter lagi. Telah jelas.

Maka ketika keburukan masih lekat dalam perilaku kita, Mungkin sudah saatnya kita bertanya, “Dimanakah hati dan akalku yang dapat membedakan baik dan buruk itu?” Bisa jadi sudah tidak ada atau bila masih ada, bisa jadi demikian pekat tertutup nafsu yang tak semestinya.

Dan sang Pembeda, Al-Furqaan, Al-Qur’an kita, dikemanakan? Hingga baik dan buruk tak mampu kita bedakan. Wallahu a’lam. []

Top of Form

islampos mobile :

Redaktur: Ratna Nera