ADA seorang bijak yang berkata, âJauhilah dosa karena dosa itu membawa sial, yang mana sialnya itu seperti peluru dari mortar yang menjebol dinding ketaatan, lantas angina bisa masuk dan memadamkan lampu maârifat.â
Ada seorang bijak yang lain ditanya sebagai berikut, âKami biasa mendengarkan pengajian, tetapi kenapa kami tidak bisa mengambil manfaat daripadanya?â Ia menjawab, âKarena lima hal, yaitu:
1. Allah telah mengaruniakan nikmat kepadamu, tetapi kamu tidak mensyukurinya.
2. Apabila kamu melakukan perbuatan dosa, kamu tidak mohon ampun kepada-Nya.
3. Kamu tidak mengerjakan apa yang telah kamu ketahui.
4. Kamu bergaul dengan orang-orang yang baik, namun kamu tidak mengikuti tingkah laku mereka.
5. Kamu mengubur orang mati, tetapi kamu tidak pernah mengambil pelajaan daripadanya.â
Al Faqih berkata: Saya mendengar ayahku berkata: Diriwayatkan dari Rasulullah SAW, bahwasanya beliau bersabda,
âTidak ada suatu hari melainkan ada lima malaikat yang turun dari langit, yang pertama turun di Mekkah, kedua turun di Madinah, ketiga di Baitul Muqaddas, keempat di kubur-kubur kaum muslimin, dan kelima di pasar-pasar kaum muslimin. Malaikat yang turun di Mekkah berseru, âIngatlah, barangsiapa yang meninggalkan kewajiban-kewajiban Allah Taâala, maka ia telah keluar dari rahmat Allah Taâala.â Malaikat yang turun di Madinah berseru, âIngatlah, barangsiapa yang meninggalkan sunnah-sunnah Nabi SAW, maka ia keluar dari syafaatnya.â Malaikat yang turun di Baitul Muqaddas berseru, âIngatlah, barangsiapa yang mengumpulkan harta haram, maka Allah Taâala tidak akan menerima semua amalnya.â Malaikat yang turun di kubur-kubur kaum muslimin berseru, âWahai ahli kubur, apa yang kamu senangi dan apa yang kamu sesali?â Mereka menjawab, âKami menyesali umur-umur kami yang lewat begitu saja (tanpa mengerjakan amal-amal yang shalih). Dan kami senang dengan orang-orang yang membaca Kalamullah (Al-Quran), rajin mendatangi pengajian, senantiasa membaca shalawat untuk Nabi SAW, dan yang memohon ampun atas dosa-dosa mereka. Kami sama sekali susah tidak bisa lagi berbuat yang demikian itu.â Sedangkan malaikat yang turun di pasar-pasar berseru dan mengucapkan, âWahai segenap manusia, awas dan waspadalah, karena Allah Taâala mempunyai serangan dan balasan siksa. Barangsiapa yang takut terhadap serangan dan balasan siksa-Nya, maka hendaklah ia segera memperbaiki dirinya, sehingga ia bertaubat dari dosa-dosanya. Kami telah menakut-nakuti kamu, namun kamu tidak takut. Seandainya saja tidak ada orang-orang yang khusyuk (beribadah), bayi-bayi yang menetek, binatang-binatang yang terpelihara, dan orang-orang tua yang rukuk, niscaya telah dituangkan siksaan atas kamu.â
Diriwayatkan dari Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda kepadanya, âWahai Aisyah, jauhilah dosa-dosa yang (dianggap) remeh, karena ada tuntutan dari Allah Taâala atas dosa-dosa itu.â
Perumpamaan dosa-dosa kecil itu adalah bagaikan orang yang mengumpulkan kayu-kayu kecil, kemudian setelah terkumpul dinyalakan api padanya. Ada yang meriwayatkan bahwa di dalam Taurat ditulis, âBarangsiapa yang menanam kebaikan, maka ia akan mengetam keselamatan.â Di dalam Injil ditulis, âBarangsiapa yang menanam keburukan, maka ia kana mengetam penyesalan.â Dan di dalam Al-Qurâan ditulis, âBarangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu,â (QS. An-Nisa: 123).
Abul Qasim bin Muhammad meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA bahwasanya Ibnu Abbas ditanya, âMana yang lebih kamu sukai apakah seseorang yang banyak dosa dan banyak amalnya, ataukah orang yang sedikit dosa dan sedikit amalnya?â Ibnu Abbas menjawab, âSaya tidak bisa menyamakan keselamatan dengan sesuatu apa pun.â Maksudnya, yang sedikit dosa itu lebih ia sukai.
Seseorang yang bijaksana berpendapat bahwa orang-orang yang tidak begtu kuat imannya mampu mengerjakan ibadah, namun hanya orang-orang yang kuat imannya saja yang mampu meninggalkan maksiat.
Al Faqih berkata, âDi dalam al-Qurâan ada dalil yang menunjukkan bahwa meninggalkan maksiat itu lebih utama daripada mengerjakan ibadah, karena Allah Taâala mempersyaratkan amal kebajikan tertentu saja yang didapat dibawa ke akhirat, sedangkan dalam meninggalkan maksiat itu tidak ada persyaratan apa pun.â
Allah Taâala berfirman, âBarangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya,â (QS. Al-Anâam: 160).
Dalam ayat lain Allah Taâala berfirman, â⦠dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggalnya,â (QS. An-Naziâat: 40-41).
Kami mohon ampun pada Allah Taâala atas semua dosa yang telah kami perbuat. []
Sumber: Terjemah Tanbihul Ghafilin/Karya: Abu Laits As Samarqandi/Penerbit: PT Karya Toha Putra Semarang
HABIS
islampos mobile :