Siswa Nonmuslim pun Dapat Nilai Bagus

Siswa Nonmuslim pun Dapat Nilai Bagus

Foto: ydsf Foto: ydsf

Oleh Dr. Manpan Drajat, M.Ag., Dosen UIN SGD Bandung DPK STAI DR.KH.EZ. Muttaqien Purwakarta, Ketua STAI DR.KH.EZ.Muttaqien Purwakarta

KETIKA saya masih mahasiswa S1 semester V akhir, saya melakukan praktik profesi lapangan di sebuah sekolah suasta di Bandung. Saya mengira sekolah tersebut 100% siswanya adalah muslim. Tetapi dugaan saya salah, ternyata ada beberapa siswa non muslim di sekolah tersebut. Tibalah saatnya saya untuk praktik mengajar pelajaran PAI di sebuah kelas yang “kebetulan” ada siswa non muslimnya. Sungguh sangat mengejutkan ternyata siswa non muslim tersebut tidak izin ke luar, justru izin mengikuti pelajaran PAI saya.

Seperti pada umumnya praktik mengajar, saya melakuan semua tahapan mengajar dari mulai pembukaan sampai post test. Sama seperti siswa muslim lainnya siswa non muslim tersebut juga mengikuti post test yang saya lakukan. Sungguh sangat mengejutkan siswa non muslim tersebut mampu menjawab soal PAI yang saya berikan.

Dari kejadian di atas muncul pertanyaan, apakah pembelajaran PAI dikatakan berhasil jika siswa dapat menjawab soal yang diberikan guru dengan baik. Jika pelajaran PAI hanya sebatas pengetahuan kognitif saja, tidak hanya siswa muslim, siswa non muslimpun mampu menjawab soal PAI. Tapi apakah ini hakikat dari pembelajaran PAI? Saya kira tidak, Pendidikan Agama Islam bukan hanya siswa mampu menjawab soal. Tujuan pendidikan agama Islam yang hakiki adalah tasdiiqu bilqolbi, waikroru billisan, wal amalu bil arkan, atau meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan melakukan dengan perbuatan

Jadi bila selama ini guru PAI merasa puas dengan kemampuan siswa menjawab pertanyaan PAI nya dengan baik tentu ini sebuah kesalahan, dan hanya melakukan pengkuran penilaian dengan tes tulis saja ini sebuah kekeliruan. Karena belum tentu ada korelasi postif antara nilai tes pendidikan agama dengan perilaku keberagaam siswa.

Selain pengetahuan tentang agamanya dilihat, yang lebih penting adalah apakah ada perubahan perilaku keberagamaan siswa yang signifikan, dan tentu untuk menilaian perubahan perilaku keberagamaan tidak bisa diukur hanya dengan tes tulis atau lisan, guru harus melakukan penilaian non tes diantaranya adalah observasi atau mengamati perubahan perilaku siswa, dan penilaian dengan observasi atau pengamatan ini tidak dilakukan menjelang akhir semeser saja, tetapi setiap bertemu siswa kita mengamati perubahan perilaku pada sisiwa.

Saatnya kini guru PAI harus merenungkan kembali, apaka kita selama ini hanya mengajarkan pengetahuan agamanya saja, dan hanya menilai kembali pengetahuan agamanya? []

Redaktur: Saad Saefullah

Sumber: http://www.islampos.com/siswa-nonmuslim-pun-dapat-nilai-bagus-153806/